Berita Viral

Curhat Pilu Dosen Pamekasan Digaji Cuma Rp 300 Ribu, Tak Ada Uang Tambahan dan Cuma Diberi Sembako

Inilah curhat seorang dosen di Pamekasan, Madura, Jawa Timur mengaku cuma digaji Rp 300 ribu. Tak Ada Uang Tambahan dan Cuma Diberi Sembako.

Humas MK
Dosen Pamekasan yang Mengaku Cuma Digaji Cuma Rp 300 Ribu. 

SURYA.co.id - Curahan hati (curhat) seorang dosen di Pamekasan, Madura, ramai jadi sorotan karena cukup miris.

Dosen Pemekasan bernama Saleh itu mengaku dapat gaji cuma Rp 300 ribu.

Saleh mengaku tak ada uang tambahan dari kampus, dan cuma dikasi sembako saat ramadhan.

Saleh merupakan Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Ulum Banyuanyar, Kabupaten Pemekasan, Jawa Timur.

Curhat pilunya itu terungkap saat ia menjadi saksi di Mahkamah Konstitusi (MK) terkait perkara Nomor 135/PUU-XXI/2023 mengenai pengujian materiil Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti).

Baca juga: Biodata Harashta Haifa Zahra Puteri Indonesia 2024 yang Tuai Kontroversi hingga Dibela Ridwan Kamil

"Gaji yang saya terima itu, kalau gaji tetap sebagai dosen itu Rp 300.000," ucap Saleh dikutip dari laman resmi MK, Jumat (8/3/2024).

Menurut Saleh, setiap kali mengajar hanya dibayar Rp 50.000 per tatap muka dengan uang transportasi sebesar Rp15.000.

Bahkan, di semester ini hanya mengajar satu kali dalam seminggu.

Gaji tersebut, kata Saleh, masih jauh dari Upah Minimum Kabupaten (UMK) Pamekasan pada 2024 yang mencapai Rp 2,2 juta per bulan.

Saleh memahami saat mendaftar sebagai dosen di kampus itu secara sadar mengetahui besaran gaji yang didapatkannya.

Namun, Saleh merasa tidak bisa menuntut banyak dengan kampusnya yang baru berusia 9 tahun dan program studi (prodi) yang diajarkannya baru berdiri 2 tahun.

Baca juga: Sosok Sukma Wahyudin yang Kini Sukses Jadi Dokter Kepresidenan, Dulu Jualan Asongan untuk Kuliah

Terlebih lagi, kampusnya hanya menghasilkan pendapatan dari Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) mahasiswa.

"Tidak ada untuk uang (tambahan dari kampus). Jadi, mungkin kalau di akhir Ramadhan, tapi biasanya sembako, seperti itu," ujar dia.

Saleh mengatakan, SPP Prodi Pendidikan Sastra Arab yang diajarkannya hanya sebesar Rp 300.000 per satu semester.

Jika dikalikan setiap mahasiswa yang bisa lulus kuliah delapan semester, maka mahasiswa membayar SPP selama kuliah sebesar Rp 2,4 juta.

Ditambah uang pembangunan Rp 500.000 dan uang pendaftaran Rp 100.000.

Dengan demikian kampus menerima biaya Rp 3 juta dari setiap mahasiswa sampai lulus.

"Jadi total dari masa kuliah, masuk sampai lulus itu Rp 3 juta. Bagaimana kemudian mau menuntut," pungkas dia.

Asal tahu saja, Saleh menjadi saksi untuk perkara yang menguji norma Pasal 70 ayat (3) UU Dikti yang berkaitan dengan kewajiban badan penyelenggara memberikan gaji pokok serta tunjangan kepada dosen dan tenaga pendidikan.

Baca juga: Nasib Santri dan Pondok Nuswantoro Usai Gus Samsudin Ditahan, Mengapa Baru Ditutup Sekarang?

Namun, pemohon menyebut pembebanan kewajiban pemberian gaji pokok dosen perguruan tinggi swasta (PTS) hanya kepada badan penyelenggara jelas berdampak pada timbulnya ketidaksetaraan/kesenjangan/ketimpangan gaji pokok dosen PTS.

Ketidaksetaraan/kesenjangan/ketimpangan itu tidak hanya terjadi antara gaji pokok dosen PTS dengan dosen perguruan tinggi negeri (PTN).

Guru Honorer di Kediri Viral Bantu Ekonomi Siswa Meski Gaji Rp 200 Ribu

Sebeumnya, sosok seorang guru honorer di Kediri, Jawa Timur bernama Marga Cistha baru-baru ini viral di media sosial.

Marga aktif membantu para siswa dengan latar belakang ekonomi kurang mampu.

Meski gajinya sebagai guru honorer cuma Rp 200 ribu per bulan.

Marga merupakan guru honorer yang mengajar di SD Negeri Tiru Lor 2, Kecamatan Gurah.

Ia sudah mengajar sejak tahun 2021.

Marga dikenal sebagai guru yang sering memberi muridnya hadiah.

Baca juga: Ditipu Guru Spiritual hingga Jual Rumah, Komedian Ini Ikhlas Tanggung Semua Kerugian: Kasihan

Di sekolah, sejak awal mengajar Marga melihat ada siswanya mengenakan sepatu rusak.

Sang guru merasa iba, hingga muncul niatan membelikan siswanya sepatu.

"Saya sisihkan gaji untuk membelikan sepatu," kata Marga, Selasa (16/1/2024).

Sebagai guru honorer, Marga waktu itu mendapatkan gaji Rp200 ribu/bulan.

Meski gajinya tak seberapa, ketulusannya dalam membantu membelikan peralatan sekolah siswanya tak berhenti.

Setiap hari bertemu, dia semakin mengetahui kondisi anak didik di sekolahnya.

Tak hanya sepatu, kadang dia membelikan buku, tas maupun peralatan sekolah lain kepada para siswanya.

Konten yang dibagikan di Tiktok pribadinya pun lambat laun dilihat banyak orang.

Bahkan diakui bantuan yang disalurkan kini kerap datang dari para follower, maupun endorse yang masuk.

Baca juga: Sosok Putri Jenderal Bintang 2 yang Diisukan Jadi Calon Istri Mayor Teddy, Lulusan Luar Negeri

"Yang mau donasi biasanya DM ke saya mau bantu misal alat tulis nanti dikirim ke alamat saya," ucap Marga.

Tidak hanya kepada siswa di sekolah tempatnya mengajar, bantuan juga disalurkan bagi para siswa sekolah lain di Kabupaten Kediri.

Tak terbatas peralatan sekolah, bantuan juga diwujudkan uang saku, sepeda maupun yang lain menyesuaikan kebutuhan siswa.

Bahkan, sempat bantuan diberikan dalam bentuk komputer untuk sekolah termasuk renovasi rumah siswa.

Karena kerap membantu para murid yang membutuhkan, Marga Cistha sampai menyita perhatian Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana.

Ia pun akhirnya diundang untuk datang ke kantor bupati di Pemkab Kediri.

Mendengar pemaparan Marga Cistha, Bupati Mas Dhito merasa bangga dan kagum dengan perjuangan yang dilakukan guru honorer itu.

Tanpa campur tangan pemerintah, karena empatinya yang tinggi, Marga telah banyak membantu para siswa.

"Saya perlu orang yang bisa bekerja dengan ikhlas dan jujur, punya integritas," ungkap Mas Dhito.

Baca juga: Rekam Jejak Irjen Purn Basaria Panjaitan Perwira Polwan yang Pernah Jadi Wakil Ketua KPK

Melihat nilai positif dan semangat pengabdian yang dilakukan, Mas Dhito menawari Marga untuk bergabung dalam tim yang membantu dirinya di Pemerintah Kabupaten Kediri.

Pun begitu, Marga tetap tidak dibatasi ketika masih berkeinginan untuk mengajar.

Mas Dhito bahkan berkeinginan untuk mengangkat Marga Cistha sebagai tenaga ahli bupati.

"Kami ingin ajak yang bersangkutan untuk bergabung dan bersedia. Kami berharap nantinya dapat ikut membantu dalam mencari solusi atas persoalan yang harus dihadapi di pemerintahan. Tidak terbatas pada sektor pendidikan," papar Mas Dhito.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved