Pilpres 2024
Biodata 3 Jenderal yang Disebut Mencla-Mencle Oleh Ganjar Pranowo, Luhut Balik Serang Capres 3: Dia
Tiga jenderal disebut mencla mencle oleh calon presiden nomor urut 1, Ganjar Pranowo. Ini profil dan biodatanya!
Wiranto merupakan anak keenam dari sembilan bersaudara.
Ketika usianya baru satu bulan, Wiranto harus pindah bersama keluarganya ke Surakarta karena agresi militer Belanda yang menyerang Yogyakarta.
Wiranto mempersunting seorang perempuan bernama Rugiya Usman.
Dari pernikahannya dengan Rugiya Usman, Wiranto dikaruniai tiga orang anak yaitu Amalia Santi, Ika Mayasari, dan Zainal Nur Rizky.
Namun putra ketiga Wiranto ini meninggal dunia ketika tengah menuntut ilmu di Afrika Selatan karena sakit pada tahun 2013. (1)
Karena pindah ke Surakarta, Wiranto menyelesaikan pendidikan dasar sampai SMA-nya di kota tersebut juga.
Lulus dari SMA Negeri 4 Surakarta, Wiranto melanjutkan pendidikannya di sekolah militer, yaitu Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang sampai tahun 1968.
Lulus dari AMN, Wiranto fokus dengan kariernya di dunia militer.
Baru setelah menjelang penghujung kariernya di militer, pada tahun 1995 Wiranto melanjutkan pendidikannya di Universitas Terbuka mengambil Jurusan Administrasi Negara.
Setahun berikutnya, pada 1996, Wiranto pindah ke Perguruan Tinggi Ilmu Hukum Militer dan berhasil mendapat gelar sarjananya.
Wiranto kembali melanjutkan studinya dengan mengambil program magiste di STIE IPWIJA mengambil jurusan manajemen.
Wiranto pun berhasil meraih gelar magisternya tersebut pada tahun 2006.
Wiranto kembali melanjutkan kuliahnya dengan mengambil program doktoral bidang Manajemen Sumber Daya Manusia di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang selesai pada tahun 2013. (2)
Wiranto juga berkarier di dunia bisnis. Salah satu bisnis yang ia jalani adalah ketika ia menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Ujung Genteng Indonesia (UGI) yang bergerak di bidang properti pada tahun 2004.
Wiranto mulai merintis kariernya di bidang militer setelah ia lulus dari AMN pada tahun 1968 di Korps Kecabangan Infanteri.
Kariernya perlahan terus merangkak, mulai naik pada tahun 1983 sebagai Karoteknik Ditbang Pussentif.
Setahun berikutnya Wiranto diangkat menjadi Kadep Milnik Pussentif, lalu menjadi kasbrigif-9 Kostrad, Maasops Kas Kostrad, serta Asops Kasdivif-2 Kostrad pada tahun 1988.
Namanya mulai diperhitungkan ketika Wiranto dipilih menjadi Ajudan Presiden Soeharto pada tahun 1989 sampai 1993.
Kariernya terus naik ketika ia didapuk sebagai Kasdam Jaya pada tahun 1993 sampai 1994 sebelum akhirnya diangkat sebagai Pandam Jaya dari tahun 1994 sampai 1996.
Pada tahun 1996, Wiranto diangkat menjadi Pangkostrad sampai 1997 dan kemudian diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) sejak 1997 sampai 1998.
Puncak kariernya dimiliter adalah ketika Wiranto diangkat menjadi Panglima ABRI oleh Presiden Soeharto pada tahun 1998 dan menjabat sampai tahun 1999. (3)
Pasca gulingnya Presiden Soeharto, Wiranto kemudian diangkat menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan Kabinet Reformasi dan menjabat sejak 1998 sampai 1999.
Di era Presiden Abdurrahman Wahid, namanya kembali mengisi kursi kabinet. Wiranto ditunjuk kembali oleh Presiden Abdurrahman Wahid untuk menjadi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan.
Namun di tengah masa jabatannya, Wiranto kemudian dinonaktifkan karena kasus pelanggaran HAM di Timor Timur pada tahun 1999 yang melibatkan dirinya.
Wiranto bersama lima perwira lain didakwa oleh pengadilan PBB terlibat dalam kekerasan yang menyebabkan 1.500 warga Timor Timur itu tewas.
Namun pengadilan HAM Indonesia menolak keputusan tersebut dan melakukan penyelidikan terhadap perwira dan aparat yang diduga terlibat.
Penolakan tersebut dianggap sebuah pelecehan dan membuat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat marah, akhirnya Wiranto beserta temannya dilarang masuk ke wilayah Amerika Serikat. (4)
Meski begitu, Wiranto tetap berkarier di dunia politik.
Pada tahun 2004, Wiranto bahkan maju sebagai calon presiden dari Partai Golkar berpasangan dengan Salahudin Wahid setelah memenangkan konvensi capres yang digelar oleh Partai Golkar.
Namun dalam pemilu ini Wiranto kalah dan harus mengakui keunggulan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla yang kemudian menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia.
Wiranto tidak putus asa, setelah mendirikan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) pada tahun 2006, ia kembali maju dalam Pemilu 2009 mewakili Jusuf Kalla.
Lagi-lagi harapannya kandas, lagi-lagi Wiranto kembali harus mengakui kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono yang dalam Pemilu 2009 berpasangan dengan Boediono.
Wiranto kemudian fokus untuk membesarkan parai politik bentukannya.
Pada tahun 2013, Wiranto kembali mendeklarasikan diri sebagai calon presiden berpasangan dengan pemilik MNC Grup, Harry Tanoe Soedibjo.
Namun keduanya gagal maju dan harus berpisah karena suara yang diraih oleh Partai Hanura tidak memenuhi syarat untuk mencalonkan presiden.
Sedangkan partai lain tidak ada yang memberikan dukungan kepada pasangan tersebut.
Akhirnya Wiranto merapat ke kubu Joko Widodo untuk melawan pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014.
Joko Widodo kemudian mengangkat Wiranto sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) dalam reshuffle kabinet yang dilakukan Jokowi.
Wiranto menggantikan posisi Luhut Binsar Panjaitan yang kemudian diangkat oleh Joko Widodo sebagai Menteri Koordinator Kemaritiman.
3. Agum Gumelar
Agum Gumelar lahir di Tasikmalaya pada 17 Desember 1945.
Seperti dilansir dari Tribunnews Wiki dalam artikel 'Agum Gumelar'
Agum Gumelar menghabiskan masa kecilnya di Bandung hingga selesai pendidikan SMA.
Agum Gumelar kemudian melanjutkan pendidikannya di Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang pada 1969.
Agum Gumelar menikah dengan Linda Amalia Sari putri dari Letjen (Purn) Achmad Tahir, salah satu tokoh militer Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata kabinet Pembangunan IV.
Pasangan ini dikaruniai dua orang anak, Zeke Khaseli dan Ami Gumelar.
Agum Gumelar mengawali karier militernya pada 1973 ketika ia menjabat sebagai staf Kopkamtib.
Pada 1987 Agum Gumelar menjadi Wakil Asintel Kopassus, lalu menjadi Asisten Intelijen Kopassus setahun berikutnya.
Pada 1992, Agum Gumelar menjadi Danrem Garuda Hitam di Lampung dan karirnya menanjak sampai ia menjadi Kasdam I Bukit Barisan hingga 1996.
Setelah itu Agum Gumelar menjadi staf ahli Pangab bidang PolKam dan Pangdam VII WiraBuana di tahun 1996 sampai 1998.
Pada 1998 Agum Gumelar menjadi Gubernur Lemhanas.
Agum Gumelar terjun ke dunia politik pada 1999 ketika Agum Gumelar menjabat sebagai Menteri Perhubungan.
Disaat yang sama, Agum Gumelar juga menjabat sebagai Ketua Umum PSSI periode 1999-2003.
Kemudian Agum Gumelar menjadi Menko Polkam dalam Kabinet Persatuan Nasional pada 2001 di bawah kepemimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Pada tahun yang sama, Agum Gumelar menjabat sebagai Menteri Perhubungan di dalam Kabinet Gotong Royong.
Pada 2004, Agum Gumelar menjadi calon wakil presiden dalam pemilihan presiden dari fraksi PPP bersama Hamzah Haz sebagai calon presiden.
Pada 2007, Agum Gumelar mencalonkan diri dalam Pilkada DKI Jakarta.
Satu tahun kemudian, Agum Gumelar dicalonkan sebagai Gubernur Jawa Barat oleh PDIP namun gagal.
Pada 2011, Agum Gumelar menjabat sebagai Ketua Komite Normalisasi PSSI dan sebelumnya Agum menjabat sebagai Ketua umum KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) pada 2003 hingga 2007. (1)
Pada Rabu (17/1/2018), Presiden Joko Widodo melantik Agum Gumelar sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
Karier Militer
- Ketua Sekretaris Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional Daerah (Bakorstanasda)
- Dan Ton Yonif 323/Siliwangi (1969-1970)
- Dan Ton 1 KI-121 Grup 1 Kopassandha (1971-1972)
- Dan Prayudha (1972-1974)
- Staf Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dan Badan Koordinasi Intelijen Negara (1973-1976)
- Wadan Team Khusus Satgas Intel (1974-1975)
- Sprin Ka Bakin Dbp. D-III (1975-1980)
- Waka Perwakilan Taipei (1976-1980)
- Dan Karsa Yudha-1 Grup-2 (1981)
- Pgs. Pa Penjarah (1981)
- Dan Karsa Yudha-5 Grup-4 (1982)
- Wadan Grup-4 (1983)
- Waas Intel (1986)
- Pgs. Waas Intel (1986)
- Wakil Asisten Intelijen Komando Pasukan Khusus (Kopassus) (1987-1988)
- Asisten Intelijen Kopassus (1988-1990)
- Asisten Intelijen I Kasdam Jaya (1989)
- Komandan Korem 043/Garuda Hitam (1992-1993)
- Danrem 043/Gatam Kodam II Sriwijaya (1992)
- Direktur A Badan Intelijen dan Strategis (Bais) ABRI (1993-1994)
- Komandan Kopassus ke-13 (1993-1994)
- Kasdam I/Bukit Barisan (1994-1996)
- Staf Ahli Pangab Bidang Polkam (1996-1996)
- Pangdam VII/Wirabuana (1996-1998)
- Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) (1998-1999)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Tak Terima Disebut Sebagai Jenderal Mencla-mencle, Luhut Balas Ganjar: Yang Mencla-mencle Itu Dia
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
3 Jenderal Mencla Mencle
Ganjar Sebut 3 Jenderal Mencla Mencle
Ganjar Pranowo
Luhut Pandjaitan
Agum Gumelar
Wiranto
SURYA.co.id
surabaya.tribunnews.com
Habib Najib : Kiai Kampung se-Indonesia Akan Gelar Doa Bersama, Doakan Pemerintahan Baru |
![]() |
---|
Megawati Belum Tentukan Sikap Politik PDIP di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya |
![]() |
---|
Sumber Kekayaan Raffi Ahmad yang Digadang-gadang Masuk Bursa Menteri Prabowo dan Cawagub Jateng |
![]() |
---|
Kekayaan Eko Patrio Politisi asal Nganjuk yang Disiapkan Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran |
![]() |
---|
Rekam Jejak Eko Patrio yang Disiapkan Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran, Asal Nganjuk Jatim |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.