Berita Surabaya

119 Prajurit TNI AL Tiba di Surabaya, Usai Menjalankan Misi perdamaian Dunia di Lebanon

Setahun lebih menjalankan misi perdamaian dunia di laut Mediteranean, Lebanon, 119 prajurit TNI AL akhirnya tiba di Surabaya

Penulis: Tony Hermawan | Editor: Cak Sur
Istimewa
Panglima Koarmada (Pangkoarmada) II Laksda TNI D. Denih Hendrata menyalami para prajurit yang tiba di Surabaya, usai tugas dari Lebanon. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Setahun lebih dua bulan jauh dari keluarga untuk menjalankan misi perdamaian dunia di laut Mediteranean, Lebanon, 119 prajurit TNI AL akhirnya tiba di Surabaya pada Rabu (7/2/2024).

Ratusan prajurit militer itu, disambut para keluarganya di Dermaga Madura Koarmada II, Surabaya.

Kapal Perang Indonesia (KRI) Frans Kaisepo-368 yang mereka tumpangi meskipun belum sampai dermaga, namun sahut-sahutan suara memanggil 'ayah-ayah' terdengar cukup nyaring.

Tri Mulyani misalnya, nenek usia 60 tahun ini memiliki anak perwira ditugaskan di Lebanon, sejak November 2022 lalu.

Putranya itu, sekarang memiliki dua anak. Anak kedua ditinggal tugas saat masih menginjak usia 4 bulan.

"Sudah dua kali anak saya tugas di Lebanon. Kalau rindu keluarga dan anak-anaknya, dia video call. Sekarang alhamdulillah bisa pulang dalam kondisi selamat," ucap Tri Mulyani.

Tugas menjaga maritim wilayah Lebanon dengan sandi Maritime Task Force (MTF) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXVIII-N/UNIFIL itu, dipimpin Letkol Laut (P) John David Nalasakti Sondakh.

Prajurit TNI AL penyandang melati dua itu, mengaku sangat sentimental ketika kakinya menginjakkan daratan Kota Pahlawan.

Sebab, dalam tugasnya ada banyak kejadian-kejadian serta tantangan yang harus dihadapi.

"Saat kami menjalankan tugas pertama di laut Mediteranean, ada dua kapal Turki dan Yunani pecah, yang mana kapal tersebut berisi 236 pengungsi. Kami mendekati, setelah diberi izin dari seorang otorisasi bintang 1 kebangsaan Jerman, kami diberi izin evakuasi supaya kapal-kapal tersebut manuver ke tempat aman," ungkapnya.

Ia menceritakan, laut Mediteranean adalah laut yang satu-satunya menjadi jalur menuju Lebanon.

Sementara, saat ini di Lebanon terjadi konflik. Potensi senjata ilegal masuk dari sana sangat besar. Ditambah lagi, di Lebanon ada pengungsi yang berasal dari Warga Negara Indonesia (WNI).

"Semenjak ada serangan (di Lebanon) ada sekira 300 WNI. Sebagian besar sudah menikah dengan orang Lebanon. Ada yang sebagian pergi ke luar negeri. Dari yang kami selamatkan, tersisa 120. Mereka masih bertahan di sana, karena rata-rata masih kuliah di Lebanon dan Tripoli," ucapnya.

Ada juga WNI yang menetap di pulau kecil bernama Siprus. Letaknya sebelah Lebanon, di bawahnya Turki. Pihaknya sempat mengutus seorang perwira untuk melakukan negosiasi penyelamatan, namun WNI di sana lebih memilih bertahan.

"Mereka tidak tersandera, tapi terjebak. Pernah ada kejadian setelah dapat info dari kedutaan Beirut (Ibu Kota Lebanon), kami turunkan sekoci. Tapi dibilang sementara mereka memilih tinggal di sana. Memang, serangan di sana tidak bisa diprediksi. Seperti tidak bisa keluar dan masuk pun membutuhkan banyak proses," terangnya.

Panglima Koarmada (Pangkoarmada) II Laksda TNI Dr Denih Hendrata menjelaskan, selama menjalankan tugas di Lebanon, tercatat sebagai mendukung Perdamaian PBB.

KRI Frans Kaisepo-368 di sana menjalankan tugas membantu Lebanese Armed Forces Navy (tentara Lebanon) untuk mencegah senjata ilegal masuk dari jalur laut.

Selain itu juga, TNI AL telah melatih telah tentara Lebanon untuk melaksanakan operasi keamanan di maritim di wilayah laut Lebanon.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved