Berita Viral

BUNTUT Rektor ITB Reini Terapkan Bayar UKT Pakai Pinjol, Begini Nasib Mahasiswa: Seperti Diperas

Beginilah nasib seorang mahasiswa ITB yang membayar UKT pakai pinjol setelah diterapkan oleh Rektor ITB Wihardakusumah.

kolase Kompas.com
Sejumlah mahasiswa ITB demo terkait Bayar UKT Pakai Pinjol. Setelah Rektor ITB Reini Terapkan Bayar UKT Pakai Pinjol, Begini Nasib Mahasiswa. 

SURYA.co.id - Beginilah nasib seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang membayar UKT pakai pinjol.

Kini, mahasiswa yang tak mau disebutkan namanya itu merasa terjerat dan seperti diperas.

Ia tak punya pilihan lain karena sedang menunggak uang kuliah hingga puluhan juta rupiah.

Budi (bukan nama sebenarnya) adalah salah satu mahasiswa semester akhir di ITB yang memiliki tunggakan UKT.

Tak tanggung-tanggung, nilainya mencapai puluhan juta rupiah. Kini dia terancam tak bisa menuntaskan studinya.

Baca juga: Daftar Kekayaan Reini Wihardakusumah, Rektor ITB yang Diminta Mundur Imbas Bayar UKT Pakai Pinjol

"Sekarang saya lagi menunggu keputusan pihak kampus untuk mendapat kepastian apakah bisa lanjut..." paparnya, melansir dari BBC News Indonesia.

Mahasiswa ITB ini bercerita keputusan masuk ke universitas tersebut "agak nekat" lantaran kondisi finansial keluarganya tidak terlalu mapan.

Kedua orang tuanya membuka usaha sendiri sehingga tak memiliki penghasilan tetap.

Ketika pandemi Covid-19 melanda, usaha keluarganya goyah dan dampaknya masih terasa sampai sekarang.

Tapi yang membuat Budi berkeras ingin masuk ITB karena ada komitmen tak tertulis yang digaungkan kampus bahwa "ITB tidak akan pernah mengeluarkan mahasiswanya karena masalah ekonomi".

Untuk diketahui, Uang Kuliah Tunggal (UKT) per semesternya mencapai belasan juta rupiah.

Semula, dia sanggup membayar UKT secara teratur.

Namun pembayaran mulai tersendat di semester tengah.

Ia pun terpaksa mengajukan penangguhan biaya perkuliahan dan disetujui pihak kampus.

Baca juga: Fakta Polemik ITB Bayar UKT dengan Pinjol, Mulai dari Keberatan Jumlah Biaya hingga Aksi Unjuk Rasa

Sebelum mengajukan penangguhan itu, dia sempat minta keringanan biaya kuliah.

Hanya saja, setiap kali mendaftar, gagal.

"Hampir setiap semester saya mengajukan keringanan lewat sistem, tapi enggak bisa di-submit. Cuma bisa unggah dokumen saja."

"Padahal saya sudah berikan semua surat-surat yang dibutuhkan, karena kondisi saya memang pantas mendapatkan keringanan, apalagi kena goncangan ekonomi post-covid."

Budi mengaku cukup beruntung karena pada masa itu, meskipun diberikan penangguhan, tapi tetap bisa mengikuti perkuliahan.

Situasinya berubah ketika ada peraturan baru yang menyebut bahwa mahasiswa harus membayar dulu UKT setidaknya 40 persen untuk bisa mengikuti kelas.

"Kalau nggak bisa bayar, ya nggak bisa kuliah. Orang tua saya jadi harus pinjam sana-sini untuk bayar."

Dengan besaran tunggakan UKT yang mencapai puluhan juta rupiah, Budi mengaku bingung lantaran terancam tak bisa menyelesaikan studinya.

Di saat itulah pihak kampus menyarankannya mengajukan pinjaman online lewat platform Danacita.

Ia pun tak punya pilihan lain.

"Meski saya tahu ini bukan langkah yang cerdas, tapi saya tidak punya solusi lain."

"Jadi saya ajukan pinjaman sebesar tunggakan tersebut dengan tenor terpanjang yakni 12 bulan. Saya hitung-hitung, selisih utang dan uang yang harus saya kembalikan sekitar 20 % ."

Dia menilai skema pinjol tidak etis diberlakukan oleh institusi pendidikan. Apalagi sampai kerja sama dengan platform yang menerapkan bunga yang disebutnya "sangat menjerat dan seperti diperas".

"Student loans di luar negeri memang diadaptasi, tapi pengembaliannya panjang, tidak 12 bulan... bahkan ada sampai 10 tahun kerja."

"Ini tenornya tidak manusiawi dan bunganya besar. Padahal ini kan untuk pendidikan."

Kini, dia hanya berharap ada orang yang berbaik hati bersedia meminjamkan uang dan sebagai gantinya ia siap mengganti dengan ketentuan yang disepakati bersama.

Seperti diberitakan sebelumnya, di media sosial ramai tentang tawaran pembayaran UKT Institut Teknologi Bandung dengan menggunakan pinjaman online.

Pada foto yang beredar, pembayaran UKT sebesar Rp 12 juta bisa dibayar menggunakan pinjol dan dicicil selama enam atau 12 bulan.

Bersamaan dengan viralnya kabar tersebut, tagar #MakzulkanReini pun mencuat.

Hal ini dikarenakan adanya isu pembayaran UKT dengan pinjol ini hasil inisiasi pihak kampus yang bekerja sama dengan platform pinjaman online.

Ketua Kabinet KM ITB 2023/2024 Yogi Syahputra mengatakan melalui cuitannya, usulan pembayaran UKT dengan pinjol ini karena beberapa poin.

"#IntinyaSih si ibu ini malah menyalahkan:
1. Mahasiswa mandiri yg gak mampu bayar
2. Alumni yg sampai hari ini masih nunggak
3. ITB yg ga punya kebijakan tegas spt ini sebelumnya
4. Ga jualan sapi ??

Gelar doang PhD tapi empati gak punya #MakzulkanReini," tulis Yogi.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved