Pemilu 2024

Kemenkominfo Gulirkan IMCD, Ajak Pemilih Pilah Informasi Pemilu Demi Hindari Perang di Jagad Digital

“Kalau bapak dan ibu dapat informasi di media sosial, harus divalidasi dulu, cek dulu apakah itu berita benar atau tidak," tambahnya.

Penulis: Galih Lintartika | Editor: Deddy Humana
surya/galih lintartika
Pelaksanaan rangkaian Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD). 

SURYA.CO.ID, PASURUAN - Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI terus melakukan roadshow untuk mensukseskan program Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2024. Kali ini Kemenkomingo menggelar seminar Literasi Digital Komunitas Pemuda Pantang Menyerah dengan tema “Menjaga Pemilu Aman dan Damai di Ruang Digital”.

Dari rilis yang diterima, Minggu (27/1/2024), acara itu dilaksanakan di Wisma Tien Catering, Kabupaten Purbalingga pertengahan pekan lalu dan dihadiri ratusan peserta. Era digital memang mengubah sikap masyarakat dalam mendapatkan informasi dari cara konvensional menjadi digital.

Maka perlu keterampilan dalam memilah dan memilih informasi di ruang digital untuk menciptakan pesta demokrasi atau Pemilu yang harmonis.

“Sekarang, kalau mau cari informasi seputar Pemilu itu lewat media sosial," kata Ketua Komunitas Pemuda Pantang Menyerah, Mohamad Irwan dalam rilis yang diterima.

Karena itu, kata Irwan, literasi digital itu perlu dipelajari untuk bisa menyikapi perbedaan pendapat dengan teman atau anggota keluarga.

Irwan menambahkan, penting untuk menjaga keharmonisan jelang Pemilu agar masyarakat tidak terpecah belah akibat dari perbedaan pilihan. Menurut Irwan, sikap toleran juga dapat menjadi solusi untuk mengawal pesta demokrasi agar tetap berjalan dengan damai.

Yukendro Pramono, pegiat Literasi Digital mengatakan, masyarakat harus dapat menyerap informasi secara bijak di media sosial. Itu penting, karena sikap itu akan menentukan untuk menghindari informasi hoaks atau disinformasi mengenai informasi tentang Pemilu 2024.

“Kalau bapak dan ibu dapat informasi di media sosial, harus divalidasi dulu, cek dulu apakah itu berita benar atau tidak," tambahnya.

Yuke menyebut, medsos ini berbeda dengan media massa. Karena di medsos tidak ada kode etik yang semua orang bisa menyebarkan informasi apapun. Tanpa memikirkan validasi informasi tersebut.

Berbeda dengan media massa, di mana wartawan akan melakukan cek dan ricek ketika mendapatkan informasi. Menurutnya, masyarakat harus menerapkan nilai-nilai sosial seperti sopan santun dan saling menghargai di ruang digital.

Selain itu, lanjut Yuke, masyarakat juga senantiasa berhati-hati saat menggunakan media sosial agar dapat menjaga ruang digital untuk tetap aman dan damai. “Menjelang pemilu ini, kita juga harus berhati-hati dalam memanfaatkan kemudahan mencari informasi di media sosial,” tutupnya.

Muhamad Wafa, Kepala Suku Komunitas Literasi Digital Purbalingga menambahkan, masyarakat juga harus bisa berpikir terbuka dalam menyikapi diferensiasi informasi. "Kita harus terbiasa untuk berpikir terbuka. Karena tanpa pikiran yang terbuka, akan sulit membayangkan kehidupan demokrasi yang lebih baik,” ungkap Wafa.

Wafa juga mengajak para peserta untuk mengawal Pemilu ini agar tetap damai dan lancar, agar agenda lima tahunan ini tidak memecah belah bangsa. Apalagi, perpecahan itu disebabkan karena perbedaan pendapat dengan saling mengirim informasi politik tanpa disaring terlebih dahulu.

“Karena filter yang terbaik adalah diri kita sendiri, dalam memilah dan memilih informasi untuk diri kita ataupun untuk orang lain,” pungkasnya. *****

 

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved