Pilpres 2024

Relawan Ganjar-Mahfud yang Dianiaya Oknum TNI Didatangi Lagi Dandim Boyolali, Dapat Rezeki Nomplok

Kabar baik datang dari relawan Ganjar-Mahfud yang viral dianiaya oknum TNI, Slamet Andono. Didatangi lagi Dandim Boyolali.

kolase Tribun Solo
Relawan Ganjar-Mahfud yang Dianiaya Oknum TNI Didatangi Lagi Dandim Boyolali (kiri). 

SURYA.co.id - Kabar baik datang dari relawan Ganjar-Mahfud yang viral dianiaya oknum TNI, Slamet Andono (26).

Rumah Slamet didatangi lagi oleh Dandim Boyolali Letkol (Inf) Wiweko Wulang Widodo.

Kunjungan tersebut hanya untuk silaturahmi, serta memberikan rezeki nomplok kepada Slamet sekeluarga.

Selain itu, mereka juga ingin melihat kondisi Slamet yang makin membaik.

"Semoga dengan kedatangan kita yang bermaksud hati baik ini bisa Mas Slamet melanjutkan aktivitas," ujar Letkol (Inf) Slamet Hardiyanto, Jumat (19/1/2024), melansir dari Tribun Solo.

"Sudah tidak ada lagi kesalahpahaman antara kompi dan masyarakat, kita bisa sejalan, beriringan, untuk keamanan dan ketertiban yang ada di wilayah Boyolali ini," tambahnya.

Baca juga: BABAK Baru Kasus Penganiayaan Relawan Ganjar-Mahfud: 4 Saksi Ahli Diperiksa, Ada Tambahan Tersangka?

Ia juga berharap agar Slamet dapat segera sembuh, dan beraktivitas kembali seperti biasanya.

Adanya kejadian ini, diharapkan menjadi pelajaran bagi kedua belah pihak.

Letkol (Inf) Slamet Hardiyanto juga harap akan terjalin komunikasi yang baik antara Kompi B maupun Batalion 408 Subrastha dengan masyarakat.

Baca juga: Simpatisan Ganjar yang Dikeroyok Oknum TNI Sudah Maafkan Pelaku, Persilakan Bila Ingin Silaturahmi

Demikian pula bisa tercipta rasa persaudaraan. 

“Ini akan jadi pembelajaran bersama. Kami akan sampaikan ke jajaran, agar tak terjadi kesalahpahaman lagi serta ikut ciptakan pemilu yang damai," ungkapnya.

Pihaknya juga akan melakukan koordinasi dengan Kompi B untuk bersama memperbaiki kondisi rumah Slamet Andono. 

“Mungkin ada kekurangan, akan berusaha kami bantu. Kan sudah jadi saudara. Termasuk kebun dan pekarangan miliknya akan dikerjasamakan untuk kebutuhan suplai logistik TNI," ucapnya.

Sementara korban, Slamet Andono (26) mengatakan kalau ia telah memaafkan secara pribadi, terkait jajaran TNI atas kejadian yang sebelumnya menimpa dirinya.

Dirinya juga mengatakan, jika hingga saat ini belum kembali bekerja.

"Kondisi alhamdulillah sudah membaik," kata Slamet.

"Sementara belum bekerja, masih di rumah dahulu," imbuhnya.

Ia sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan, saat ini Slamet masih belum kembali bekerja.

Sembari menunggu masa penyembuhan.

Dandim 0724 Boyolali Letkol (Inf) Wiweko Wulang Widodo menambahkan, pihaknya juga bersyukur melihat kondisi Slamet yang sudah membaik. 

Diharapkan Slamet bisa bekerja kembali seperti biasanya.

“Dan pasca kejadian kesalahpahaman hingga kini, kami yakinkan kondisi Kabupaten Boyolali aman terkendali. Kami juga senantiasa koordinasi dengan Polres Boyolali," pungkasnya.

Babak Baru Kasus Penganiayaan Relawan Ganjar-Mahfud

Sementara itu, kasus penganiayaan relawan Ganjar-Mahfud hingga kini masih dalam proses pemeriksaan.

Seperti diberitakan sebelumnya, terdapat relawan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD yang dianiaya oleh oknum anggota TNI, di Boyolali, Jawa Tengah.

Terbaru, ada empat saksi ahli yang turut diperiksa bersama 14 saksi sipil lainnya.

Hal itu seperti yang disampaikan oleh Komandan Detasemen Polisi Militer (Dandenpom) IV/4 Surakarta Letkol CPM Teguh Ariwibowo, melansir Kompas.

"Sampai saat ini kami masih melaksanakan proses pemeriksaan terkait insiden tersebut. Untuk update perkembangannya lebih lanjut itu sudah ada bidang terkait dari Pengdam yang akan menjelaskan kepada rekan-rekan media," kata Letkol CPM Teguh Ariwibowo.

Teguh mengatakan, pemeriksaan saksi dari sipil dan tenaga ahli juga telah dilaksanakan untuk pendalaman pemeriksaan kasus yang bermula dari penggunaan knalpot brong tersebut.

"Sedangkan untuk pemeriksaan saksi sipil ada 14 orang dan saksi ahli 4 orang," katanya.

Sebelumnya juga telah ditetapkan enam prajurit yang berstatus sebagai tersangka. Disinggung soal adanya penambahan jumlah tersangka, pihaknya mengatakan, saat ini belum bisa memastikan karena proses penyelidikan masih berlangsung. 

"Saya tidak bisa mengatakan akan ada penambahan (tersangka) atau tidak karena proses juga masih terus berjalan. Kan semua harus dikumpulkan data-datanya," tutupnya.

Sementara itu, untuk pencegahan aksi serupa di Wikayah Kota Solo, Komandan Kodim (Dandim) 0735/Surakarta Letkol Inf Eko Hardianto mengatakan, telah melakukan pengecekan dan pembinaan secara berkala dijajarnya.

"Melakukan pengecekan ke seluruh anggota kami beserta keluarganya. Alhamdulilah nihil untuk penggunaan kendaraan knalpot brong. Kita mengharapkan ini akan menjadi contoh teladan untuk masyarakat," kata Letkol Inf Eko Hardianto.

Pihaknya juga melakukan koordinasi dengan Polresta Solo untuk upaya penertiban masyarakat terutama mejelang masa kampenye terbuka ini.

"Tentunya kami selalu bersinergi dengan Polri, apapun kegiatan, seperti saat Polresta melaksanakan penerbitan, kita support dan berkordinasi dalam setiap kegiatan di lapangan," katanya.

Megawati Kecam Penganiayaan Relawan Ganjar-Mahfud

Kasus penganiayaan relawan Ganjar-Mahfud oleh oknum TNI di Boyolali kembali disinggung petinggi PDI Perjuangan. 

Kali ini, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang mengecam penganiayaan itu saat berpidato di HUT ke-51 PDIP di Jakarta pada Rabu (10/1/2024). 

Saat menyinggung soal netralitas TNI Polri, Megawati menyebut aparat keamanan seharusnya bisa memahami perilaku masyarakat.

Ia menyayangkan sikap main hakim sendiri para oknum TNI itu ketika menghadapi perselisihan.

"Ketika kasus Boyolali, saya sampai mikir, sebenarnya apa yang ada di dalam hati dan pikiran mereka (oknum TNI), kok rakyat dibegituin."

"Loh emang enggak tau sekarang anak muda suka seneng banget pake motor breng breng gitu, knalpotnya dicopot (diganti), ya namanya anak muda, mau kelihatan sok jagoan gitu lho," kata Megawati. 

Presiden kelima RI itu mengaku prihatin pada keadaan relawan Ganjar yang menjadi korban pengeroyokan oknum TNI tersebut. 

"Lah, kok enak men yo, sampai bonyok gitu saya lihat, yang dipukuli, lah kok mulut bisa sampe sini loh (gerakin tangan ke arah jidat), bengkak gitu," ujarnya.

Ia heran mengapa anggota TNI yang notabene adalah abdi negara, justru tega menganiaya rakyat.

Padahal, kata Megawati, orang tua para anggota TNI itu juga rakyat yang seharusnya diayomi dan dilindungi.

"Saya sampai mikir gini, orang tuanya itu di mana sih? Apa bukan rakyat? Ya rakyat lah."

"Eling (ingat) loh, TNI sama Polri, mereka itu jadi itu (anggota) gratis loh, dibayar sama negara, negara itu dari mana bayarannya? Ya dari rakyat lah, yang ngumpulin, patuh bayar pajak."

"Saya bukan sentimen, ini supaya tahu, kalian itu abdi negara, negara, bukan perorangan, bukan begitu sadar, yang harus dilindungi ya rakyat lah," katanya.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved