Berita Viral

Nasib Guru Honorer SMP di Bima 3 Bulan Gaji Belum Dibayar, Ruang Kepsek Disegel, Korwil Turun Tangan

Nasib pilu dialami guru dan staf SMPN 2 Monta Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Gaji 3 bulan belum dibayar

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
INSTAGRAM
Guru SMP di Bima segel ruang kepsek imbas 3 bulan gaji belum dibayar 

SURYA.CO.ID - Nasib pilu dialami guru dan staf SMPN 2 Monta Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Mereka mengaku belum menerima gaji selama tiga bulan. 

Kekesalan mereka pun berujung pada aksi penyegelan ruang kepala sekolah.

Seorang guru honorer SMPN 2 Monta, Herman mengatakan guru dan staf lainnya mempertanyakan kepada Kepsek dan bendahara sekolah namun tidak ada tanggapan.

"Gaji belum dibayar tiga bulan terhitung Oktober, November, dan Desember," keluh Herman menjawab TribunLombok.com, Rabu (3/1/2024).

Ia melanjutkan, para guru dan pegawai lainnya juga sudah melayangkan protes melalui pesan whatshap group namun tidak menemukan titik terang.

Bulan Oktober 2023 permasalahan ini sudah dikomunikasikan.

Bahkan bulan Nopember 2023, Korwil Kecamatan harus turun ke sekolah untuk menengahi permasalahan ini melalui rapat dewan guru.

"Saat itu pula kepala sekolah memberikan tegas akan membayar diawal Desember ini," keluhnya lagi.

Kekecewaan para guru dan staf memuncak hingga menyegel ruangan kepala sekolah.

Namun dipastikan tidak ada fasilitas sekolah yang rusak.

"Penyegelan itu kemarin," tambahnya.

Hingga saat ini para guru dan staf masih menunggu karena belum ada kejelasan dari bendahara ataupun Kepsek.

Herman menyebut, Dinas Dikpora Kabupaten Bima mengutus Korwil Kecematan turun tangan.

"Tadi malam ada respon dari dinas untuk mengutus Korwil ke sekolah guna melihat dan menanyakan secara langsung ke teman-teman," pungkasnya.

Kisah Viral Lain : Guru Honorer Tak Lulus PPPK

Seorang guru honorer di Jambi curhat tak lolos Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), padahal mendapat nilai tes tinggi. 

Sosok guru honorer itu pertama kali viral dari unggahan akun media sosial X (dulunya Twitter) @REP0RT_ID.

Guru honorer itu mengaku mengikuti tes PPPK guru untuk penempatan di Kota Sungai Penuh, Jambi. 

Ia kemudian mempertanyakan alasan dirinya tidak lolos PPPK, padahal memiliki nilai yang tinggi.

"Aku ndak betanyo kepada pejabat yang berwenang dalam tes PPPK. Apo dasar yang dinilai?" katanya sambil menangis.

"Sampai sampai nilai yang tinggi tidak kayo loloskan nilai yang rendah diloloskan,” sambungnya.

Dengan suara bergetar, guru honorer tersebut merana karena telah 13 tahun mengabdi di dunia pendidikan.

"Masa pengabdian aku 13 tahun, dikato umur aku lah lebih 35 tahun," ungkapnya.

"Tolong kayo sampaikan apo dasar yang kayo nilai itu apo," ucapnya lagi.

Dalam video lainnya, guru honorer itu pun bercerita bahwa dirinya telah mengorbankan banyak hal untuk bisa mengikuti tes PPPK.

"Pengabdian 13 tahun tidak diperhitungkan, nilai tinggi tidak diperhitungkan," katanya.

"Padahal berangkat Jambi ongkos dipinjam ndak samo jugo tes," imbuhnya tersedu-sedu.

Hingga artikel ini ditulis, Rabu (27/12/2023), video tersebut telah dilihat sebanyak lebih dari seribu kali.

Sejumlah warganet pun merasa simpati terhadap apa yang dialami oleh guru honorer tersebut dan memberikan dukungan padanya.

Terbaru, sosok guru honorer itu pun terungkap. 

Ia adalah Epi Sartika, guru honorer di SD 041/XI, Desa Kampung Tengah, Kecamatan Kotobaru, Kota Sungai Penuh Jambi

Epi tercatat sudah 13 tahun lamanya mengabdi sebagai guru honorer.

Dia bertekad bisa lulus PPPK itu hanya ingin punya jaminan sosial buat dirinya.

Epi bercerita, selama menjadi guru honorer dia hanya mendapatkan upah Rp 300 ribu buat 6 bulan bekerja.

Suami Epi bekerja sebagai buru harian lepas. Mereka memiliki satu orang anak. 

Tentu pendapat tersebut tidak bisa mencukupi kehidupan keluarganya. 

Kendati begitu, Epi tak mengeluh dan terus bertahan untuk mengabdi sebagai seorang guru.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved