Pengungsi Rohingya

Kondisi Terbaru Pengungsi Rohingya Usai Diusir Mahasiswa Aceh: Penampungan Dijaga Polisi, Ada Trauma

Penolakan warga Aceh terhadap pengungsi Rohingya kian memuncak hingga mahasiswa melakukan pengusiran dari tempat penampungan di Gedung BMA.

Penulis: Akira Tandika Paramitaningtyas | Editor: Adrianus Adhi
Serambinews
Pengungsi Rohingya saat diusir oleh mahasiswa Aceh dari tempat pengungsian di Gedung BMA. 

SURYA.CO.ID - Beginilah kondisi terbaru pengungsi Rohingya yang sempat diusir dari tempat penampungan oleh mahasiswa Aceh.

Penolakan warga Aceh terhadap pengungsi Rohingya kian memuncak hingga mahasiswa melakukan pengusiran dari tempat penampungan di Gedung BMA.

Pengusiran pengungsi Rohingya dari tempat penampungan terjadi beberapa hari lalu.

Kini, para pengungsi Rohigya telah kembali ke Gedung BMA.

Baca juga: Kisah Inspiratif Dokter Anak Pakai Uang Pribadi Beri Pengobatan Gratis ke Pengungsi Rohingya di Aceh

Melansir Tribun Trends, pengungsi Rohingya yang kembali sejak, Kamis (28/12/2023).

Beberapa bahkan mengaku merasa trauma dengan peristiwa pengusiran tersebut.

Meski masih merasakan trauma, para pengungsi itu tampak mulai merapikan kembali terpal yang menjadi alas untuk mereka berbaring dan tinggal sementara.

Saat ini polisi juga terlihat berjaga-jaga di lokasi sekitaran imigran tersebut.

"Iya tadi subuh diantar lagi ke sini (BMA)," kata salah seorang satpam BMA.

Sementara itu salah seorang pengungsi Rohingya, Muhammad Ridwan, mengaku dirinya tidak mengetahui maksud aksi di balik pengusiran mereka dari gedung BMA tersebut.

"Kami tidak mengerti kenapa mereka (pendemo) berbuat seperti ini kepada kami, salah kami apa?" katanya saat ditemui awak media, Kamis (28/12/2023).

Ridwan mengatakan, dampak aksi dilakukan mahasiswa itu anak-anak dan perempuan terkejut dan sangat ketakutan.

"Anak-anak dan perempuan takut, mereka khawatir. Kami di sini juga hanya menginginkan perdamaian," ucapnya.

Pengungsi Rohingya saat tiba di Ulee Madon, provinsi Aceh, Indonesia, pada 16 November 2023 lalu.
Pengungsi Rohingya saat tiba di Ulee Madon, provinsi Aceh, Indonesia, pada 16 November 2023 lalu. (AFP/Amanda Jufrian via Tribunews)

Sebelumnya dikabarkan, lebih dari ratusan orang berdemo di Balai Meuseuraya Aceh, gedung yang menjadi tempat penampungan sementara warga Rohingya, Rabu (27/12/2023).

Para demonstran yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara itu menuntut agar para pengungsi Rohingya dideportasi, yang kemudian berakhir dengan memaksa para pengungsi untuk pergi dari balai tersebut.

Dalam video yang beredar, tampak mahasiswa berlari ke arah para pengungsi, termasuk anak-anak, yang sedang duduk di lantai dan menangis ketakutan.

Nantinya para pengungsi berkebangsaan Myanmar tersebut rencananya akan diarak menuju Kantor Wilayah Kemenkumham Aceh.

Pasalnya, pendemo yang tampak mengenakan almamater berwarna hijau tersebut telah menyaipkan sedikitnya 2 mobil dump unutk mengangkut para pengungsi.

Aksi tersebut terekam dan dibagikan di berbagai media sosial salah satunya akun @terangmedia.

Dalam video yang beredar tampak pengangkutan dan pengusiran secara paksa tersebut sempat diwarnai dengan ketegangan yang dibuat para mahasiswa.

Baca juga: VIDEO Kedatangan Pengungsi Rohingya Naik Kapal Bertingkat Viral, PBB: Bertambah hingga Maret 2024

Dimana para pendemo terlihat berlarian menuju titik lokasi para pengungsi sambil berteriak anarkis, sembari melempar sejumlah barang yang ada di sekitar.

"Lambatnya Pemerintah dan UNHCR dalam menangani etnis rohingya, akhirnya para mahasiswa terpaksa harus turun tangan.‼️" tulis keterangan dalam video.

Sontak hal tersebut membuat takut para pengungsi yang didominasi anak-anak dan perempuan tersebut, tak sedikit dari mereka yang terdengar menangis histeris.

Dari tangis dan gestur mereka, para pengungsi itu memohon ampun dan belas kasihan para pendemo.

Anak-anak Rohingya pun meringis ketakutan melihat aksi para pendemo.

Para pengungsi pun mengangkat kedua tangannya dengan linangan air mata ke arah pendemo.

Suara tangisan itu bahkan mengiringi orasi para pendemo, dan tak sedikit yang menangis sembari menggendong anak-anaknya.

Bahkan barang-barang milik pengungsi Rohingya menjadi sasaran amukan mahasiswa.

Terlihat dalam video, suasana tampak ricuh.

Terlihat para pengungsi dipaksa untuk keluar dari basement tersebut, dan mereka pun keluar sembari menangis membawa barang bawaannya.

Aksi anarkis tersebut bermula dari para mahasiswa yang melakukan orasi dan penyampaian tuntutan di depan gedung DPRA, Banda Aceh.

Menjelang tengah hari, mereka bergerak menuju gedung Balai Meuseraya Aceh (BMA) untuk mengakut pengungsi Rohingya.

Sempat diadang petugas keamanan, ratusan mahasiswa memaksa masuk untuk menggeruduk tempat pengungsian Rohingya.

Para mahasiswa itu langsung berlarian menuju bawah bagian basement gedung tersebut.

Di sisi lain, Satreskrim Polresta Banda Aceh kembali menetapkan dua orang tersangka atas dugaan penyelundupan 137 etnis Rohingya yang terdampar di pesisir Pantai Blang Ulam, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar beberapa waktu lalu.

Dua tersangka itu berkewarganegaraan Myanmar dan Bangladesh.

Aksi Cepat Tanggap (ACT) hingga kini terus membersamai melalui program-program reguler untuk masyarakat Rohingya
Aksi Cepat Tanggap (ACT) hingga kini terus membersamai melalui program-program reguler untuk masyarakat Rohingya (istimewa)

Total hingga saat ini, sudah tiga orang tersangka yang ditetapkan oleh pihak kepolisian atas dugaan tindak pidana tersebut.

Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Fahmi Irwan Ramli melalui Kasatreskrim Kompol Fadillah Aditiya Pratama dalam konferensi pers menjelaskan, keduanya terbukti terlibat penyelundupan tersebut.

Mereka adalah MAH (22) warga Bangladesh dan HB (53) Myanmar.

Keduanya berperan membantu Muhammad Amin (pelaku utama) atas penyelundupan tersebut.

"Penetapan tersangka terhadap MAH (22) warga Bangladesh dan HB (53) warga Myanmar,"

"Berdasarkan hasil gelar perkara pada Hari Selasa (26/12/2023) pagi dan pada Hari Rabu (27/12/2023) keduanya resmi ditahan,” katanya.

Sementara itu, UNHCR mengatakan, pada Rabu (27/12/2023), aksi mahasiswa dinilai keterlaluan, sebab para pengungsi dibuat trauma.

"Peristiwa ini membuat para pengungsi tersentak dan trauma," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved