Berita Situbondo

Kasus Narkoba dan Okerbaya di Situbondo Meningkat, Faktor Ekonomi Masih Jadi Alasan Klasik

Para pelaku yang ditangkap, lanjutnya, selalu memberi alasan yang sama. Mereka terlibat narkoba karena terdesak ekonomi.

Penulis: Izi Hartono | Editor: Deddy Humana
surya/izi hartono
Kapolres Situbondo, AKBP Dwi Sumrahadi Rakhmanto merilis pengungkapan kasus dan perkara selama tahun 2023, Jumat (29/12/2023). 

SURYA.CO.ID, SITUBONDO - Kasus narkoba dan penyalahgunaan obat-obatan dalam daftar G di wilayah Situbondo selama 2023 mengalami peningkatan. Dari sebelumnya 44 kasus pada 2022, sepanjang 2023 terjadi kenaikan 50 kasus dengan barang bukti 245.25 gram sabu dan obat keras G sebanyak 45.413 butir.

Bahkan dari 50 kasus selama tahun 2023, ada 62 orang yang ditahan Sat Reskoba Polres Situbondo, karena terlibat kasus narkoba dan penyalahgunaan okerbaya (obat keras dan berbahaya) tersebut.

Kapolres Situbondo, AKBP Dwi Sumrahadi Rakhmanto menjelaskan, ada 21 kasus narkoba sabu pada 2022, s dan tahun ini 20 kasus.

Terkait okerbaya, terjadi peningkatan sebanyak 30 kasus, sedangkan tahun 2022 17 kasus. "Untuk kasus ganja sejak 2022 dan 2023 nihil," kata kapolres saat rilis di Polres Situbondo, Jumat (29/12/2023).

Sementara Kasat Reskoba Polres Situbondo, AKP Muhammad Lufhi membenarkan peningkatan kasus narkoba dan okerbaya tahun 2023 ini. "Memang benar peningkatan kasus antara tahun 2022 dengan tahun 2023," kata Lutfhi.

Meningkatnya kasus di tahun 2023 ini, kata Lutfhi, karena pihaknya mengintruksikan dan merangsang anggotanya untuk lebih cepat untuk mengungkapnya. "Dan Alhamdulillah terbukti banyak hasil ungkap perkara," ujar Lutfhi.

Ia mengungkapkan, wilayah Situbondo memang merupakan transit Jawa dan Bali. "Dari yang kami ungkap, kebanyakan barang akan dikirim keluar pulau. Sehingga dapat kita intai dan tangkap," jelasnya.

Para pelaku yang ditangkap, lanjutnya, selalu memberi alasan yang sama. Mereka terlibat narkoba karena terdesak ekonomi. "Yang pasti itu mereka mengaku karena alasan ekonomi," tukasnya.

Dan agar peredaran narkoba tidak meningkat, pihaknya telah melakukan langkah dan akan terus dllakukan dengan mengoptimalkan dan pemberdayaan kampung bebas narkoba yang sudah terbentuk di wilayah Besuki.

"Nanti kita akan mencoba merambah kebeberapa kecamatan lain yang disinyalir banyak peredaran narkoba, serta melakukan sosialisasi masif ke sekolah-sekolah, kelompok masyarakat serta optimalisasi lintas instansi, jelas Lutfhi.

Alasan kampung bebas dibentuk di wilayah Besuki, karena wilayah tersebut disinyalir sering terjadi transaksi narkoba. "Memang kita tempatkan di sana, karena disinyalir sering ada transaksi narkoba. Makanya kampung bebas narkoba ditenpatkan di Besuki dengan harapan agar kasus berkurang," ujarnya.

Lutfhi tidak membantah bahwa peredaran obat daftar G dan Okerbaya cukup.luas, namun pihaknya telah melakukan berbagai upaya dan sosialisasi ke sekolah-sekolah. "Sasaran kita bukan hanya narkoba, tetapi juga okerbaya dan miras, " pungkasnya. ****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved