Erupsi Gunung Marapi

Cerita Pilu 3 Pendaki saat Erupsi Gunung Marapi, Terjebak Hujan Batu, Wajah Terbakar, 1 Belum Ketemu

Terungkap cerita pilu, tiga pendaki saat terjadi erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat pada Minggu (3/12/2023). 

Editor: Musahadah
kolase tribun padang/kompas.com/istimewa
Muhammad Afif, pendaki yang berhasil dievakuasi sata erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat. 

SURYA.CO.ID I BUKITTINGGI - Terungkap cerita pilu, tiga pendaki saat terjadi erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat pada Minggu (3/12/2023). 

Dua dari tiga pendaki ini sudah dievakuasi yakni Muhammad Afif (19) dan Zhafirah Zahrim Febriana (19). 

Sementara satu pendaki lain hingga kini belum diketahui keberadaannya, yakni Yasirli Amri (21). 

Berikut ceritanya: 

1. Terjebak hujan batu

Baca juga: SENASIB Zhafira yang Terjebak Erupsi Gunung Marapi, Yasirli Kirim Video: Haus, Kaki Rasa Mau Patah

Muhammad Afif merupakan satu dari 75 pendaki yang berhasil selamat dari erupsi Gunung Marapi, setelah melalui perjuangan keras. 

Afif menceritakan, ia dan dua temannya, Lingga Duta Andrefa (19) dan Muhammad Faith Ewaldo (19) mendaki Gunung Marapi pada Minggu pukul 11.00 WIB.

"Saat itu, situasi masih aman dan lancar dan cuaca cerah," kata Afif, Senin (4/12/2023), dilansir Kompas.com.

Sekira pukul 15.00 WIB, Afif dan dua temannya tiba di dekat pintu angin Gunung Marapi.

 Namun, tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang kuat dan bergetar.

Ia mengibaratkan suara gemuruh itu seperti pesawat tempur yang melintas.

"Kuat bunyinya, tak lama setelah itu ada hujan batu," ujar Alfi.

Sontak ia dan dua temannya panik ketakutan.

Mereka kemudian berlari ke arah 'jalan tikus' yang banyak pepohonan untuk berlindung dari hujan batu.

"Waktu hujan batu, kami sembunyi ke 'jalan tikus' yang banyak pohonnya. Kami bertiga ketakutan dan panik," terang Afif.

Afif menyebut, hujan batu akibat erupsi Gunung Marapi itu berlangsung sekira 10 menit.

"Alhamdulillah, kami bertiga tidak ada yang kena batu," tambahnya.

Setelah hujan abu berhenti, mereka menenangkan diri dan turun menuju posko.

Meski selamat dari erupsi Gunung Marapai, namun Afif masih merasakan trauma, lantaran peristiwa itu sempat mengancam nyawanya.

2. Sempat ngeluh kaki mau patah, Yasirli belum dievakusi

Tim gabungan masih mengupayakan proses evakuasi 26 pendaki tersisa akibat erupsi Gunung Marapi Padang, Minggu (3/12/2023) kemarin.
Tim gabungan masih mengupayakan proses evakuasi 26 pendaki tersisa akibat erupsi Gunung Marapi Padang, Minggu (3/12/2023) kemarin. (Kolase Surya.co.id)

Berbeda dengan Muhammad Afif yang sudah dievakuasi dari area erupsi, Yasirli hingga kini belum dievakuasi. 

Sepupu Yasirli Amri, Ahmad Gandi Sabri (28) mengatakan, adik sepupu perempuannya itu berangkat ke Gunung Marapi, Jumat (1/12/2023).

Anak bungsu dari dua saudara itu berangkat dalam rangka kegiatan kampus satu rombongan, berjumlah 18 orang.

"Adik saya itu sempat minta izin untuk berangkat ke orang tuanya dan diizinkan," tuturnya ditemui, Senin (4/12/2023).

Memasuki hari ketiga sejak Yasirli berangkat, sekira pukul 17.30 WIB, ia menghubungi ayahnya, melalui panggilan telepon.

Dalam panggilan telepon itu, Yasirli menyebutkan lokasi di sekitaran cadas dan ia terakhir bersama rombongan di dekat tugu Abel.

"Di telepon itu, ia menyebut bahwa dirinya haus, kakinya rasa mau patah dan tidak sanggup lagi berjalan," ujar Sabri mencontohkan isi percakapan tersebut

Selain panggilan telepon, Yasirli juga mengirimkan video singkat pada pihak keluarga.

Menyikapi hal itu, keluarga yang berada di Batu Sangkar langsung ke posko yang ada di Gunung Marapi.

Sabri mengaku, ini merupakan kali pertama adik sepupu perempuannya itu naik gunung.

Pihak keluarga berharap, Yasirli Amri bisa ditemukan dalam kondisi selamat.

"Kami akan menunggu sampai adik kami turun, semoga dalam kondisi selamat," ujarnya.

3. Tangan Zhafira patah, ada luka bakar diwajah

Teriakan Zhafirah saat terjebak erupsi Gunung Marapi, Minggu (3/12/2023), panggil sang ibu untuk minta pertolongan.
Teriakan Zhafirah saat terjebak erupsi Gunung Marapi, Minggu (3/12/2023), panggil sang ibu untuk minta pertolongan. (Kolase Surya.co.id)

Sosok Zhafirah viral karena sempat mengirimkan video tengah terjebak saat erupsi Gunung Marapi pada Minggu (3/12/2023) pukul 14.54 WIB.

Dari video yang beredar di grup WhatsApp media BKSDA Sumbar, tubuh perempuan 19 tahun itu dipenuhi abu vulkanik.

Dalam video itu, ia tampak lemas dan sempat meminta pertolongan.

Rani Radelani, etek (bibi) Zhafirah membenarkan bahwa video yang beredar itu merupakan anaknya.

Baca juga: Kronologi Lengkap Prajurit TNI Batalyon Zeni Tempur Ambarawa Tewas Akibat Dipukul Organ Vitalnya

Kata Rani, barang-barang anaknya telah hilang. Video itu, kata dia, dikirim oleh Zhafirah melalui telepon pintar pendaki lain yang tercecer.

“Barang dia hilang semuanya, jadi ada hand phone orang dapat sama dia. Ada sinyal dan bisa dibuka hand phone-nya (dikirim kondisinya),”ujar Rani, Minggu (3/12/2023).

“Tangannya patah, luka-luka. Tidak kuat lagi katanya,” tambah dia.

Selain itu, ujar Rani, badan Zhafirah dipenuhi abu vulkanik.

Rani mengatakan, sebelumnya Zhafirah mendaki bersama teman-teman kampusnya sejak Jumat (1/12/2023) dan berencana pulang hari ini, Minggu (3/12/2023).

Siapa sebenarnya Zhafirah?

Zhafirah terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang. 

Zhafirah akhirnya bisa dievakuasi dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Ahmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi.

Menurut Rani Radelani, ayah, paman dan keluarga Zhafirah sejak pagi sudah berada di RSAM.

"Awalnya dapat kabar dari live TikTok sekitar pukul 04.00 WIB, ada yang ngabarin juga. Kebetulan saya di Padang, yang sudah ke sana ayah, paman, dan keluarga yang lain," ujar ujar Rani kepada TribunPadang.com, Senin (4/12/2023).

"Mereka standbye sejak tadi malam, sejak lost kontak dengan Ife (panggilan Zhafirah di rumah), ayahnya dan pamannya langsung ke sana," kata dia.

Dari informasi yang ia diterima, kondisi Zhafirah saat ini masih lemah. 

"Kondisi Ife luka bakar di wajah. Alhamdulillah, bisa ngomong sedikit-sedikit, namun tak kami paksakan juga menceritakan kronologinya," ujarnya.

Zhafirah ialah seorang atlet silat.

Adapun pendakian gunung ini merupakan pengalaman pertama Zhafirah. Sebelumnya, ia pernah trekking, namun tak pernah ke gunung.

"Waktu mau naik gunung, Ife izin ke keluarga dia pergi bersama teman yang biasa mendaki. Saat mendaftar belum ada informasi larangan mendaki ataupun kenaikan status gunung, ini mendadak aja, bagaimana lagi kan. Jadi kita ndak bisa berkata-kata, namanya musibah," kata Rani.

Rani mewakili keluarga mengucapkan terima kasih kepada tim gabungan yang berhasil mengevakuasi Zhafirah.

"Kami berterima kasih kepada tim yang mencari dengan cepat, sehari sudah ketemu anak-anak kami," tuturnya.

Informasi terakhir, Zhafirah telah kembali ke rumah. 

Pada Senin (4/12/2023), pihak Politeknik Negeri Padang mendatangi rumah Zhafirah. 

Menurut Direktur PNP, Surfa Yondri, mahasiswanya itu mengalami luka bakar dan saat ini dirawat di Rumah Sakit Ahmad Muchtar Bukittinggi.  

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved