KKB Papua
Inilah Aibon Kogoya, Bos KKB Papua yang Bantai 3 Kuli Bangunan di Beoga, Pecahan Kelompok Lain
Inilah sosok Aibon Kogoya, bos KKB Papua yang bantai 3 kuli bangunan di Beoga, Kabupaten Puncak. Ternyata kelompok pecahan.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id - Inilah sosok Aibon Kogoya, bos KKB Papua yang bantai 3 kuli bangunan di Beoga, Kabupaten Puncak.
Ternyata, KKB Papua pimpinan Aibon Kogoya merupakan pecahan dari kelompok lain.
Seperti yang pernah diungkapkan Direskrimum Polda Papua Kombes Faizal Ramadhani.
KKB Papua Aibon Kogoya merupakan kelompok kecil sempalan atau pecahan dari kelompok sebelumnya.
Aibon Kogoya saat ini menjadi anak buah Nau Waker yang basisnya berasal dari Intan Jaya.
Baca juga: Pantesan KKB Papua Bebas Berulah di Beoga hingga Bunuh Warga Sipil, Ternyata Begini Kondisi di Sana
Sementara Aibon Kogoya sendiri, sambung Faizal, sesungguhnya bukan berasal dari Intan Jaya.
Ia aslinya berasal dari Kabupataen Nduga.
Saat itu, beberapa KKB bergabung di Tembagapura untuk mengacaukan situasi keamanan.
Karena aparat berhasil menguasai wilayah Tembagapura, Aibon Kogoya dan sisa anggotanya pun lari bergabung dengan Nau Waker di bawah Kodap VIII.
Dengan pimpinan tertingginya adalah Sabinus Waker.
Diketahui, KKB Papua dilaporkan memberondong lima pekerja bangunan Puskesmas Beoga Barat, di Kampung Jambul, Jumat (24/11/2023).
Akibatnya, tiga pekerja tewas; yakni Satiman, Triyono dan Suyanto.
Sementara, dua orang lainnya, Nurali dan Alfian selamat dan dilindungi warga setempat di dalam gereja.
"Memang benar telah terjadi aksi penyerangan menggunakan senjata api dan parang terhadap lima pekerja/tukang bangunan yang dilakukan oleh KKB Intan Jaya pimpinan Aibon Kogoya," ujar Fakhiri melalui pesan singkat, Jumat (24/11/2023), melansir dari Tribun Papua.
Kapolda menyayangkan sikap perusahaan yang mempekerjakan para korban.
Sebab, tidak mengindahkan peringatan dari kepolisian untuk menghentikan aktivitas sementara waktu lantaran adanya potensi gangguan dari KKB, menjelang 1 Desember 2023.
Irjen Mathius Fakhiri menuturkan, pembantaian pekerja bangunan Puskesmas Beoga Barat diketahui setelah seorang warga melapor ke Koramil setempat sekira pukul 16.30 WIT.
Saksi melaporkan adanya aksi penyerangan oleh KKB terhadap pekerja bangunan pada pukul 15.00 WIT.
Selanjutnya, Danramil 1717-03/Beoga beserta anggota Polsek Beoga dan prajurit Pos Beoga Satgas YR 300, dan Brimob Den A Kota Raja, menjemput warga yang mengevakuasi para korban.
"Sekira pukul 18.00 WIT, rombongan evakuasi korban penyerangan tiba di Puskesmas Beoga dengan membawa tiga jenazah dan dua korban selamat," ungkap Fakhiri.
Sebelum kejadian, Kapolres Puncak sudah memerintahkan Kapolsek Beoga untuk memperingatkan pihak perusahaan agar mereka menghentikan sementara pekerjaan tersebut.
"Kapolsek sudah meminta pihak perusahaan untuk menarik para pekerja karena ada potensi gangguan keamanan, tetapi imbauan tersebut tidak dihiraukan," bebernya.
Fakhiri memastikan, personel Satgas Damai Cartenz akan segera terjun ke Beoga untuk memburu para pelaku.
Kondisi Beoga
Pantesan KKB Papua bebas berulah di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, ternyata kondisinya sangat mendukung.
Pasalnya, Distrik Beoga lokasinya begitu terisolir, tak ada mobil hingga minim akses telekomunikasi.
Hal itu tentu sangat menguntungkan bagi KKB Papua sehingga bebas beraksi di sana.
Melansir dari Tribun Papua, berikut kondisi di Beoga yang menguntungkan KKB Papua bebas beraksi.
1. Terisolir
Beoga terletak pada ketinggian 2.435 meter di atas permukaan laut (MDPL).
Daerah ini tergolong terisolir. Jaraknya cukup jauh dari Ilaga, Ibu Kota Kabupaten Puncak.
Lokasinya hanya bisa dijangkau menggunakan pesawat atau helikopter.
Wilayah yang berbatasan dengan Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya itu tergolong terisolasi karena pesawat berbadan kecil menjadi satu-satunya moda transportasi yang bisa masuk ke Beoga.
Kapolsek Beoga, Ipda Ali Akbar yang telah bertugas selama 19 bulan di daerah tersebut mengaku, masyarakat harus merogoh kocek cukup dalam untuk masuk atau keluar Beoga.
"Di Beoga kalau lagi aman, penerbangan masuk bisa sampai empat kali dalam sehari. Harga tiket (pesawat) untuk orang tanpa barang Rp 1,8 juta, kalau bawa barang ditimbang lagi tarifnya Rp 20.000 per kg," ujarnya.
Ali Akbar mengatakan, sejak 23 Februari 2022 dirinya telah menerima Surat Telegram mutasi ke Polda Papua.
Terkait listrik, Ali Akbar menyebutkan, seluruh rumah di Beoga telah memiliki panel surya dengan kapasitas terbatas.
"Kalau malam itu kita pakai listrik hanya untuk lampu (penerangan) saja, itu bisa bertahan sampai pagi. Pagi sampai sore kita pakai untuk keperluan lain, kaya cas HP itu biasanya siang," tuturnya.
2. Tidak ada mobil di Beoga
Di Beoga terdapat delapan kampung dengan luas wilayah mencakup 809.008 kilometer persegi.
Dengan luas wilayah tersebut, di Beoga tidak terdapat satu pun kendaraan roda empat.
Menurut Ali Akbar, satu-satunya kendaraan roda empat adalah ambulans milik Puskesmas Beoga.
"Mobil itu cuma ada satu ambulans yang sekarang taduduk (rusak). Kalau motor cukup banyak," kata dia.
Ali menambahkan, warga Beoga yang ingin memiliki motor harus membelinya di Kabupaten Mimika lalu mengirimnya menggunakan pesawat.
Biaya pengirimannya pun tidak murah karena mencapai jutaan rupiah.
"Mereka beli motor di Timika terus kirim pakai pesawat, ongkosnya Rp 6 juta per motor," ungkap Ali.
Untuk bahan bakar minyak (BBM), Ali Akbar menyebutkan, ada tiga toko yang menjual dengan harga sama.
"Yang jual BBM ada tiga, harganya Rp 50.000 per liter," cetusnya.
Akses antarkampung, terang Ali Akbar, hanya bisa dijangkau dengan berjalan, karena hanya tersedia jalan setapak.
3. Minim akses telekomunikasi
Terletak di wilayah Papua Tengah , akses telekomunikasi di Distrik Beoga sudah tersedia namun dengan kapasitas terbatas.
Ali Akbar menjelaskan, akses telekomunikasi di Beoga sudah mencapai sinyal 4G, namun penggunaannya masih sangat terbatas.
"Kalau siang itu susah karena kapasitas jaringannya hanya kecil. Namun kalau malam masyarakat sudah banyak yang tidur baru jaringan lancar sampai pagi," tuturnya.
Situasi keamanan di Beoga kembali terganggu setelah delapan pekerja jaringan telekomunikasi tewas ditembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pada Rabu (2/3/2022).
Para korban tewas ketika sedang memperbaiki Tower Base Transceiver Station (BTS) 3 Telkomsel yang lokasinya berada di ketinggian dan belum terdapat akses jalan darat.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.