Berita Viral

Kisah Jemaah Umroh asal Jember Terlantar 8 Hari, Tambah Biaya Rp 43 Juta tapi Pulang Biaya Mandiri

Kisah pilu dialami empat puluh jemaah umroh asal Jember. Mereka terlantar 8 hari, diminta biaya tambahan Rp 43 juta, tapi pulang biaya mandiri

Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
KOLASE IST/TRIBUN JATIM IMAM NAWAWI
40 jemaah umroh di Jember melaporkan agen yang diduga lakukan penelantaran 

SURYA.CO.ID - Kisah pilu dialami empat puluh jemaah umroh asal Jember, Jawa Timur. 

Mereka mengaku ditelantarkan oleh pihak travel.

Seorang jemaah bernama Saifun Bahri bercerita, seharusnya menjalani ibadah umroh selama 16 hari. 

Selama perjalanan umroh tersebut, Saifun juga mendapat pengalaman tak menyenangkan.

Ia dan istri yang sudah membayar Rp 72 juta, ternyata masih diminta tambahan biaya Rp 43 juta untuk penginapan.

"10 paspor untuk jaminan hotel , salah satunya milik saya paspornya. Setelah itu kami diminta harus membayar dulu Rp 43 juta oleh pihak travel."

"Jadi kami datang datang ke Mapolres Jember membuat laporan untuk berjuang agar uang yang telah dikeluarkan," kata dia.

Pada kenyataannya, jemaah terlantar selama 8 hari. 

Dalam rundown, pemberangkatan umrah dimulai 7 Oktober 2024 . Sesuai Jadwal, kata Saiful, para jemaah itu harus tiba di Indonesia pada 24 Oktober 2023.

"Namun kami baru bisa pulang pada 29 Oktober 20023, dengan biaya mandiri. Kami merasa kasian dan prihatin pada jemaah yang lain, kalau tidak dapat kiriman, pasti tidak bisa pulang," kata pria asal Kecamatan Sumberbaru Jember itu.

Sementara jemaaah perempuan yang tak mau disebutkan namanya mengatakan dalam kontrak perjalanan, rombongan akan diberangkatkan dari Bandara Juanda, Sidoarjo.

Namun mereka dibawa menggunakan bus ke Jakarta.

"Dari Jember kami dibawa naik kendaraan berhenti di rest area tol Sidoarjo."

"Disitu bukan lanjut ke bandara Juanda-Surabaya, tapi malam ganti bus ke Jakarta lewat darat menuju Bandara Soekarno-Hatta," ungkap dia.

Saat di Jakarta, kata dia, sebanyak 101 jamaah menunggu pesawat selama berjam-jam. Kemudian, pihak agensi baru menaikkan rombongan ke pesawat Indigo menuju di Mumbai-India.

"Di sana (Mumbai) para jamaah kembali menunggu berjam-jam. Sempat ada beberapa visa jamaah yang ditahan petugas bandara, karena ramai mengeluh tiadanya konsumsi."

"Untungnya, visa dikembalikan lagi oleh petugas bandara Mumbai. Sehingga, kami bisa melanjutkan penerbangan," tuturnya.

Selama perjalanan lewat jalur udara dari Mumbai ke Arab Saudi. Menurutnya, para jamaah harus menahan haus dan lapar, karena sama sekali tidak disediakan makanan atau minuman.

"Kami sampai minta minuman yang itu sebenarnya jatah pramugari. Kami minta ke pramugari diberi minuman, mungkin kasihan ke jamaah," ujar dia.

Setelah tiba di Mekkah Arab Saudi, katanya, fasilitas hotel dan konsumsi lancar selama tiga hari. Masalah kembali terjadi saat pindah ke Madinah. Jemaah diajak berkeliling tanpa kejelasan tujuan tempat menginap.

"Cekcok antara jemaah terjadi begitu saja hingga videonya menyebar ke berbagai lini media sosial. Usai perang mulut, pihak agensi memberi penginapan," katanya.

"Tapi, penginapan sepertinya bukan hotel bintang tiga sebagaimana yang dijanjikan."

"Ada dua tempat penginapan yang digunakan saat di Madinah, sehingga kami kalau makan harus pindah ke penginapan satunya. Makanan sering terlambat, contohnya untuk sarapan baru jam 11 siang ada," urainya.

Ketika jadwal jemaah harus pulang ke Tanah Air, katanya, justru mereka masih tertahan selama beberapa hari di Madinah.

Jemaah mulai gusar dan uring-uringan dengan agensi.

"Beberapa orang jemaah sampai nekat minta transfer uang keluarganya yang di Indonesia agar bisa pulang tepat waktu," sebutnya.

Atas kasus tersebut, sebanyak empat puluh jemaah umrah mendatangi Mapolres Jember, Jawa Timur untuk melaporkan agen travel perjalanan umrah pada Jumat (3/11/2023).

Delapan agen travel diperiksa

Polisi pun turun tangan dan memeriksa kasus dugaan penelantaran puluhan jemaah umrah. 

Kasatreskrim Polres Jember AKP Abid Uais Al-Qarni Aziz mengatakan ada delapan agen travel umrah yang diperiksa.

"Hari ini penyidik memeriksa agen-agen. Kurang lebih ada sekitar 8 agen," ujarnya, Sabtu (11/11/2023).

Menurutnya, pengungkapan kasus ini dilakukan oleh tim khusus yang beranggotakan tujuh orang penyidik.

Sebab perkara tersebut telah menjadi sorotan publik, karena jumlah korbannya mencapai puluhan orang.

"Saya bentuk tim supaya cepat terbagi tugasnya masing-masing. Kami serius, karena jumlah korbannya mencapai 43 orang," tutur Abid.

Hasil pemeriksaan sementara, kata Abid, ditemukan ada unsur tindak pidana penipuan tiket pesawat. Bahkan, diduga pembeliannya melalui sistem tembak.

"Tidak disediakan dari awal, tapi masih mencari-cari yang ada promosi. Ketika terkendala tiket kondisi terdesak diakali oleh agen beli saat itu. Bahkan ada jamaah yang terpaksa beli sendiri," tuturnya.

Lebih lanjut, kata dia, penipuan tersebut juga menyangkut sarana penginapan, kendaraan, dan makanan yang harusnya disediakan oleh agensi sesuai kontrak perjalanan umrah dengan jemaah.

Namun, kata Abid, justru para jemaah harus membayar lagi sebesar Rp 36 juta ke Travel Z, agar bisa memperoleh penginapan dan makanan saat di Arab Saudi.

"Masih kita dalam lagi, karena keterangan yang kami peroleh saat di sana (Arab Saudi) tidak langsung tersedia hotel dan konsumsi untuk para jeemaah umrah," ulas dia.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved