SURYA Kampus

Kisah Nidya Almira, Wisudawan Unair Lulus Tanpa Skripsi Berkat Bikin Aplikasi Self-Care Berbasis AI

Nidya Almira Xavier Herda Putri, wisudawan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang berhasil lulus tanpa skripsi. Bagaimana kisahnya?

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
UNAIR
Nidya Almira, wisudawan Unair 

SURYA.CO.ID - Kisah inspiratif datang dari Nidya Almira Xavier Herda Putri, wisudawan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang berhasil lulus tanpa skripsi.

Ini berkat karyanya membuat aplikasi berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bernama Sejati.

Sebelumnya, prototype aplikasi Sejati sudah melewati uji coba oleh beberapa orang dengan kriteria yang sudah ditentukan dan disesuaikan.

“Aplikasi ini terdiri dari fitur berupa rekomendasi aktivitas self-care, artikel kesehatan mental, mood tracker, serta ENO Chatbot, fitur utama kecerdasan buatan yang dapat mendengarkan cerita dari pengguna,” jelas Nidya, dikutip dari laman Unair.

Adanya aplikasi ini diharapkan mampu menurunkan risiko depresi karena depresi adalah gangguan mental dengan prevalensi tertinggi di Indonesia, khususnya pada usia remaja.

“ENO jadi fitur utama karena harapannya chatbot ini bisa jadi teman cerita bagi para penggunanya. Sehingga, mereka bisa merasa didengarkan kapan pun dan di mana pun. Jangka panjangnya, saya juga berharap aplikasi ini bisa mengurangi stigma kesehatan mental di Indonesia,” tuturnya.

Sebenarnya, aplikasi Sejati tercipta karena mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2018 ini mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta.

Kemudian, hasil karyanya dikonversi dengan tugas akhir yakni skripsi.

Menurut Nidya, konversi skripsi dengan PKM merupakan hal baru yang menantang.

Sebab menurutnya, penelitian PKM sama sulitnya dengan penelitian skripsi.

“Aku merasa bahwa konversi skripsi dengan PKM adalah salah satu privilege yang aku miliki untuk merasakan pengalaman ‘skripsi yang levelnya di-upgrade‘."

"Maksudnya aku merasa bahwa apa yang aku kerjakan selama PKM kurang lebih sama dengan apa yang seharusnya aku lakukan ketika mengerjakan skripsi,” ucapnya dilansir dari laman Unair.

Nidya mengaku awalnya tidak terpikir untuk melakukan konversi skripsi.

Namun, semenjak bergabung dengan organisasi Garuda Sakti Unair, ia banyak belajar mengenai PKM dan mencoba untuk terjun langsung.

Penyusunan PKM kata dia sama seperti skripsi. Jadi ada pembuatan proposal berisi latar belakang hingga metode, bimbingan dengan dosen, sampai ke sidang dan penyusunan laporan akhir.

“Bedanya, di PKM ini aku bahkan dapat bimbingan eksklusif dengan tim pembina dari Unair dalam bentuk monitoring dan evaluasi bulanan, bantuan dana dari pemerintah, dan bisa merasakan langsung rasanya sidang di hadapan para reviewer dari luar daerah,” paparnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved