Kisah Adhitya Caesarico, Mantan Tukang Gulung Dinamo yang Sukses Dirikan Brand Sepatu Aerostreet

Inilah kisah inspiratif dari Adhitya Caesarico, mantan tukang gulung dinamo yang sukses dirikan brand sepatu lokal Aerostreet.

Tribun Jateng
Adhitya Caesarico (baju hitam), Mantan Tukang Gulung Dinamo yang Sukses Dirikan Brand Sepatu Aerostreet. Simak kisahnya. 

SURYA.co.id - Inilah cerita inspiratif dari Adhitya Caesarico, mantan tukang gulung dinamo yang sukses dirikan brand sepatu lokal Aerostreet.

Kisah Adhitya ini diunggah dalam instagram @sekolahpebisnis.

Dalam unggahan tersebut, pemuda asal Klaten itu mengakui pernah menjadi tukang gulung dinamo.

Saat bisnis keluarganya sedang krisis dan nyaris bangkrut, Adhitya memutuskan untuk bekerja hingga merantau ke Mojokerto, Jawa Timur.

Tahun 2006, Ia dipercaya mengelola bisnis keluarga secara penuh.

Bisnis yang dikelola Adhitya adalah distribusi sepatu AP Boots.

Adhitya berjuang mati-matian hingga akhirnya bisnisnya berkembang pesat dan mampu menguasai pasar di seluruh Pulau Jawa.

Tak lama kemudian Adhitya mulai mengembangkan brand baru.

Ia bahkan sampai harus riset ke China.

Tahun 2014, Adhitya Caesarico mendirikan brand baru bernama Aerostreet di bawah naungan PT Adco Pakis Mas.

Mulai saat itulah sepatu brand lokal Aerostreet mulai berkembang pesat di pasaran.

Tinggalkan Gaji Rp 30 Juta per Bulan demi Usaha Jajan

Kisah inspiratif lainnya datang dari seorang pengusaha muda asal Desa Salamrejo, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Adalah Puguh Ahmad Miftahudin, yang rela meninggalkan pekerjaan bergaji Rp 30 juta demi memulai sebuah bisnis. 

Tentu bukan perkara mudah bagi Puguh untuk memulai bisnis.

Puguh bercerita, mayoritas warga di desanya bekerja sebagai petani.

Namun, ia tak tertarik.

Ia kemudian memutuskan menjadi pekerja bongkar pasang mesin pada pabrik tekstil di Korea.

“Saya pilih mengadu nasib menjadi TKI, dengan belajar bahasa untuk berangkat ke Korea,” kata Puguh dikutip dari Youtube Pecah Telur, Selasa(11/10).

Puguh mendapatkan gaji Rp 30 juta per bulan. Sementara biaya hidup hanya menghabiskan Rp 5 juta per bulan.

Total gaji selama 3 tahun 2 bulan senilai kurang lebih Rp 1 miliar itulah yang kemudian ia bawa pulang ke Indonesia.

Uang tersebut kemudian digunakan untuk investasi rumah dan membuka usaha. Puguh memilih usaha outlet jajanan bernama Jajanku, yang menjual jajanan seperti minuman rasa, bakso goreng, tahu kremes, dan siomay mini.

Puguh mengatakan, usaha yang dirintis terlihat remeh, tetapi justru hasilnya sangat menjanjikan.

“Ini usahanya kayaknya kelihatannya receh, tetapi uangnya setiap hari datang terus,” kata Puguh 

Setelah outlet pertama berhasil dijalankan, Puguh memberanikan diri untuk membuka outlet lagi di tempat yang berbeda.

Biaya yang dibutuhkan untuk membuka satu outlet adalah sekitar Rp8 Juta. 

Usaha ini dijalankan Puguh dengan Istrinya.

Saat ini Puguh telah memiliki 4 outlet usaha Jajanku sebanyak empat cabang dengan penghasilan setiap harinya mencapai Rp 1 juta.

Puguh berharap usaha Jajanku miliknya dapat dikenal oleh masyarakat Blitar.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved