BIODATA Dokter Djaja Surya Atmadja Beber Kematian Mirna Bukan karena Sianida, Ini Rekam Jejaknya

Biodata dan rekam jejak dokter Djaja Surya Atmadja kembali viral setelah membeberkan hasil forensik Mirna, yang diduga meninggal karena kopi sianida

Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
YOUTUBE
Dokter Djaja Surya Atmadja 

SURYA.CO.ID - Biodata dan rekam jejak dokter Djaja Surya Atmadja kembali viral setelah membeberkan hasil forensik Mirna, yang diduga meninggal karena kopi sianida pada 7 tahun silam. 

Dokter Djaja Surya Atmadja mengungkap hasil forensik Mirna dalam perbincangan bersama dokter Richard Lee di Youtube. 

Dokter Djaja mengatakan, ia bukanlah dokter yang diminta untuk melakukan autopsi kepada jasad Mirna.

Ia bertemu jasad Mirna setelah dua jam dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit. 

"Mirna aslinya masih hidup saat dibawa dari Kafe Olivier. Dia kemudian dibawa ke UGD. Dia muntah-muntah, diambil sampel lambungnya."

"Meninggal di rumah sakit. Kemudian dibawa ke rumah duka Dharmais Slipi."

"Dua jam setelah kematian, saya bertemu jasad Mirna untuk diformalin," cerita dokter Djaja.

Sebagai dokter forensik, dokter Djaja tak bisa sembarangan melakukan pemberian formalin kepada jenazah.

Ia harus mengetahui penyebab kematian jenazah yang akan diberikan formalin.

Mengetahui isu bahwa Mirna meninggal diduga karena kopi sianida, ia pun menyarankan untuk adanya autopsi terlebih dulu.

"Katanya, meninggal karena kopi. Dia ini meninggal tidak wajar, jadi harus diotopsi," katanya.

Namun, ayah Mirna, Edi Darmawan tidak bersedia jasad anaknya diautopsi.

Akhirnya, dokter Djaja tetap melakukan pemberian formalin atas izin polisi.

Tiga hari kemudian, orang tua Mirna tiba-tiba menyetujui adanya autopsi. 

"Tiga hari kemudian, jam 11 malam, jenazah Mirna dibawa dari rumah duka Dharmais ke Rumah Sakit Polri," kata dokter Djaja.

Namun, beberapa saat sebelum autopsi, tiba-tiba keluarga kembali menolak.

Akhirnya, sepakat untuk pengambilan sampel saja, bukan autopsi seperti rencana semula.

Ada empat komponen yang diambil ketika pengambilan sampel tersebut.

"Setujunya ambil sampel. Ambil isi lambung, ambil jaringan hati, ambil darah, dan urine. Ditutup lagi," terang dokter Djaja. 

Dokter Djaja mengatakan, hasil tes menunjukkan hasil negatif kecuali pada lambung Mirna.

Di lambung Mirna, kata dokter Djaja, terdapat kandungan sianida sebesar 0,2 miligram.

"Hasil muntahan Mirna yang dibawa ke Puslabfor hasilnya negatif sianida. Nah, pada kasus itu, yang diambil isi lambung, ambil jaringan hati, ambil darah, dan urine."

"Semuanya negatif sianida, kecuali di lambung ketemu 0,2 miligram per liter. 0,2 itu kecil banget."

"Logikanya, kalo dia ada sianida besar, lalu kecil, masuk akal. Kalo tidak ada, jadi ada, itu tidak masuk akal," ujarnya.

Kendati demikian, ia menyakini bahwa penyebab kematian Mirna bukanlah karena sianida.

Keyakinan dokter Djaja juga didukung setelah melihat kondisi jenazah Mirna yang tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kematian akibat sianida.

"Dari segi forensik, tidak mungkin (meninggal) karena sianida."

"Pada waktu itu, tidak ada luka. Tapi, karena saya dapat info kalau meninggal karena sianida, saya lihat mukanya."

"Orang keracunan sianida tanda utamanya adalah mukanya merah terang. Tapi ini lebamnya biru, semuanya biru."

"Saya tekan perutnya, biar keluar hawa. Saya tidak menyium (sianida). Saya yakin kalau itu bukan sianida," katanya.

Siapa sosok dokter Djaja?

Dokter Djaja Surya Atmadja lahir di Jakarta pada 19 Mei 1960.

Ia dikenal sebagai dokter ahli forensik sekaligus dokter forensik DNA pertama di Indonesia. 

Ia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1986.

Kemudian melanjutkan studi magister dengan mengambil jurusan Spesialis Forensik Medikolegal di UI selama 3 tahun.

Ia juga mengambil pendidikan untuk menjadi konsultan.

Kemudian melanjutkan S3 di Jepang dan menjadi dokter DNA pertama di Indonesia pada tahun 1995.

Tak berhenti di situ, ia lalu sekolah hukum di UI. Ia juga kembali mempelajari forensik untuk orang yang masih hidup di Belanda.

Ia mengatakan jika ia membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh tahun untuk meraih semua gelar yang ia miliki sekarang. 

Saat ini, Djaja Surya Atmadja masih aktif sebagai dosen di Universitas Indonesia prodi Spesialis Ilmu Kedokteran Forensdik dan Studi Medikolegal.

Selain itu, Djaja juga bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebagai ahli forensik yang kerap dilibatkan dalam penyelidikan kasus kriminal.

Rekam Jejak

Anggota Komite Ilmiah Akademi Kedokteran Hukum Internasional (IALM) sejak Juli 2018 sampai saat ini

President 2016-2019 Indo Pacific Association of Law, Medicine and Science (INPALMS)

Komisaris Unovics Formalindo sejak September 2009 sampai saat ini

Dosen Ilmu Forensik Universitas Indonesia sejak Juni 1986 sampai saat ini

Pakar DNA forensik sejak Mei 1997 sampai saat ini

Dosen Kedokteran Forensik dan Hukum Kesehatan di Universitas Atmajaya sejak Juli 2001 sampai saat ini

Badan Pertahanan Anggota Indonesian Medical Association (IDI) sejak Oktober 2010 sampai saat ini

Anggota Dewan Scientfic Advisary Board of International Criminal Court 2016 - 2018

Dosen Bioetika, Kedokteran Forensik dan Hukum Kesehatan di Universitas Indonesia sejak 1986 sampai 2012

Dosen Kedokteran Forensik dan Hukum Kesehatan di Fakultas Hukum Universitas Pancasila sejak Juli 1990 sampai Desember 2001

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved