Berita Surabaya

Bahayanya Pembakaran Sampah Mandiri Oleh Warga Surabaya, Cemari Lingkungan Hingga Racuni Tubuh

Maraknya pembakaran sampah secara mandiri oleh masyarakat di Surabaya, berpotensi memberikan dampak negatif kepada berbagai aspek sekaligus.

|
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Bobby Constantine Koloway
Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya, Wawan Some saat memberikan penjelasan kepada siswa di Surabaya. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Maraknya pembakaran sampah secara mandiri oleh masyarakat di Surabaya, berpotensi memberikan dampak negatif kepada berbagai aspek sekaligus.

Di antaranya, lingkungan dan kesehatan masyarakat. Komunitas Nol Sampah menyayangkan hal ini.

"Dari kapasitas TPS, sebenarnya sudah cukup untuk menampung sampah warga," kata Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya, Wawan Some, Sabtu (16/9/2023).

"Meningkatnya kejadian karena masyarakatnya saja yang malas membuang ke TPS. Ini yang paling banyak terjadi," imbuhnya.

Baca juga: Menengok Bank Sampah Tingkat Kota di Surabaya, Tampung Puluhan Ton, Raih Omzet Ratusan Juta Rupiah

Baca juga: Sampah Jadi Penyumbang Kebakaran Tertinggi Kedua di Surabaya, Sebulan Terjadi Ratusan Kejadian

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya saat melakukan pemadaman api di Surabaya beberapa waktu lalu. Sejak Juni, angka kebakaran di Surabaya mengalami peningkatan.
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya saat melakukan pemadaman api di Surabaya beberapa waktu lalu. Sejak Juni, angka kebakaran di Surabaya mengalami peningkatan. (Istimewa)

Wawan mengungkap sejumlah bahaya sampah yang terbakar. Menurutnya, pembakaran sampah bisa mengganggu lingkungan dan menurunkan kualitas kesehatan.

"Selain menghasilkan CO2, ini juga bisa menghasilkan abu. Abu ini berbahaya sekali untuk manusia, karena tak bisa tersaring bulu hidung sehingga bisa menimbulkan ISPA (Infeksi saluran pernapasan atas)," jelasnya.

Dampak yang lebih besar ditimbulkan apabila pembakaran sampah dilakukan berulang atau terus menerus. Bahaya bukan hanya untuk pelaku, namun juga masyarakat lainnya.

"Belum lagi kalau dia mengandung karpet, plastik dan berbagai barang berbahaya yang berpotensi bisa memicu 75 jenis racun pada manusia. Apabila terjadi, ini bisa memicu kanker, tumor hingga berbagai kesehatan lainnya," ungkap Wawan.

Di samping kebakaran secara sengaja, ia tak memungkiri adanya kebakaran di alang-alang karena kejadian alami. Penyebabnya, panas yang dihasilkan mikroorganisme pengurai daun kering.

"Namun, untuk persentase kejadian kebakaran secara alami ini jarang terjadi. Persentasenya kecil," tuturnya.

Karena dengan masih adanya pembakaran sampah oleh warga, ini menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkot Surabaya.

"Berdasarkan regulasi yang ada, pembakaran sampah itu melanggar undang-undang," ucap Wawan.

"Sebenarnya, pemerintah perlu melakukan penindakan. Baik dengan memberikan hukuman secara administratif maupun sanksi sosial. Sebagai kota peraih Adipura Kencana, di Surabaya saharusnya tak ada pembakaran sampah," tambahnya.

Dengan memberikan penindakan, diyakini dapat memberikan efek jera kepada yang bersangkutan.

"Pemkot sekali-kali harus tegas dan mengumumkan pemberian sanksi kepada yang bersangkutan melalui medi. Sehingga, ada efek jera. Sebab, dampak kerugian yang ditimbulkan bukan hanya berbahaya kepada pelaku namun juga masyarakat lainnya. Asapnya kan ke mana-mana," tandas Wawan.

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved