Berita Tulungagung

Kisah Lutfy Azizah, Dua Kali Jadi Detektif Cinta saat Merintis Ojol Zendo di Tulungagung

Zendo telah menjadi brand ojek online (Ojol) lokal Tulungagung sejak 8 tahun silam yang mampu mengambil pasar di tengah para raksasa.

Penulis: David Yohanes | Editor: Titis Jati Permata
surya.co.id/david yohannes
Lutfy Azizah, owner Zendo, ojek online (Ojol) asli Tulungagung 

SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Zendo telah menjadi brand ojek online (Ojol) lokal Tulungagung sejak 8 tahun silam yang mampu mengambil pasar di tengah para raksasa.

Zendo bertahan di tengah persaingan Grab, Gojek dan Maxim di wilayah Kabupaten Tulungagung.

Mengusung tagline “Apa Aja di Mana Aja”, Zendo melayani order apa saja yang tidak mungkin dikerjakan raksasa ojol, seperti menjadi detektif cinta.

Owner Zendo, Lutfy Azizah (35), mengungkapkan dirinya pernah diminta untuk menyelidiki perselingkuhan.

Order itu didapat Zendo di tahun 2018 dari seorang perempuan curiga kepada suaminya.

“Saat itu dia bertanya, apakah Zendo bisa menyelidiki suaminya. Saya sanggupi order itu,” ujar Lutfy mengenang perjuangannya.

Baca juga: Kisah Lutfy Azizah Pencetus Zendo Ojek Online Pertama di Tulungagung, Dulu Promosi Pakai BBM

Pihak pemberi order seorang ibu muda asal Tulungagung yang tengah punya anak kecil, curiga suaminya berlaku serong di Surabaya.

Lutfy pun membuntuti sang suami dari Tulungagung menuju Surabaya.

Beruntung saat itu target naik mobil namun tidak masuk tol, sehingga sepeda motor Lutfy bisa membuntutinya langsung.

“Saat itu saya berangkat dari Tulungagung jam 10 pagi. Di Surabaya saya pinjam mobil milik teman,” tuturnya.

Selama di Surabaya Lutfy melihat sosok suami klien itu masuk ke apartemen.

Karena tidak punya akses masuk ke apartemen, Lutfy harus menunggu di depan di dalam mobil.

Perjuangannya pun tak sia-sia, Lutfy mendapatkan bukti valid keberadaan target bersama perempuan lain.

“Saat itu saya dapat fotonya bersama perempuan lain. Saya dapat jam berapa dia masuk apartemen, jam berapa dia keluar,” ungkapnya.

Setelah merasa buktinya cukup, ibu satu anak ini pun balik ke Tulungagung dan tiba pukul 16.00 WIB.

Bukti-bukti yang didapat diserahkan ke klien dan dijadikan bukti untuk mengambil tindakan hukum.

Saat itu Lutfy hanya menerima upah Rp 300.000 dari usaha kerasnya itu.

“Karena saat itu masih bingung mematok harga, apalagi klien masih teman. Akhirnya hanya dapat Rp 300.000 itu,” katanya.

Order detektif kedua datang dari seorang anak perempuan, yang mencurigai istri kedua ayahnya.

Si anak curiga karena sosok ibu tirinya itu hidupnya hedon, dekat dengan dunia malam.

Lutfy kali ini melibatkan 3-4 orang driver Zendo untuk menerima order ini.

“Saat itu saya mengawasi target 6 kali 24 jam. Jadi ada 3 sampai 4 orang saya libatkan,” paparnya.

Selama 6 hari 6 malam Lutfy dan timnya memantau target berpindah-pindah lokasi.

Namun selama itu pula Lutfy tidak menemukan bukti jika terget punya selingkuhan.

Target memang suka berfoya-foya dan hidup hedon, namun tidak melibatkan laki-laki lain.

“Kami sampaikan ke klien bahwa tidak ada bukti selingkuh. Istri kedua ayahnya itu memang gaya hidupnya mewah, tapi bukan selingkuh,” tegas Lutfy.

Selain mencari bukti selingkuh, klien juga meminta latar belakang ibu tirinya itu serta keluarganya.

Permintaan ini pun berhasil dipenuhi oleh Lutfy.

Setelah order kedua ini Lutfy memutuskan untuk menolak tawaran serupa.

Menurutnya order detektif cinta ini sangat melelahkan dan menguras waktu.

Selain itu nilainya juga tidak terlalu menguntungkan bagi timnya.

“Sempat datang order ketiga, langsung kami tolak,” tandasnya.

BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved