Berita Surabaya

Danone Indonesia Komitmen Cegah Anemia Melalui SGM Eksplor dengan Optimalkan Kognitif Generasi Maju

Indonesia masih termasuk dalam 5 negara dengan prevalensi anemia tertinggi di Asia Tenggara.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
Danone
Danone Indonesia melalui SGM Eksplor telah menginisiasikan berbagai program edukasi berskala nasional dan tahun ini, Danone Indonesia melalui SGM Eksplor menjalankan inisiatif program 'Bersama Cegah Anemia, Optimalkan Kognitif Generasi Maju' yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko anemia pada anak di bawah usia 5 tahun, serta pentingnya mengkonsumsi makanan tinggi zat besi dan Vitamin C yang berasal dari protein hewani. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Indonesia masih termasuk dalam 5 negara dengan prevalensi anemia tertinggi di Asia Tenggara.

Tingginya kasus anemia disebabkan karena seringkali anemia terjadi tanpa gejala dan orang tua kurang memahami pentingnya skrining anemia melalui pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) darah, sehingga orang tua terkadang menghiraukan risiko si Kecil menderita anemia.

Padahal, bersama dengan asupan nutrisi yang tidak optimal, anemia menjadi salah satu faktor risiko yang dapat menghambat perkembangan otak anak.

"Oleh karena itu, kondisi ini akan mengkhawatirkan jika tidak ditangani segera karena dapat menghambat tumbuh kembang anak untuk jadi generasi maju," kata dr Luciana B Sutanto MS SpGK(K), Presiden Indonesian Nutrition Association, Sabtu (2/9/2023).

Dia mengatakan, satu dari tiga anak Indonesia rentan menderita anemia.

Anemia dapat disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi harian si Kecil.

Saat asupan Zat Besi tidak tercukupi dalam makanan harian si Kecil maka dapat terjadi gangguan perkembangan kognitif atau otak, dan pertumbuhan anak, seperti salah satunya menurunnya kecerdasan, fungsi otak, serta fungsi motorik anak seperti mudah kelelahan.

"Hal ini tentu tidak dapat dianggap enteng olah orangtua, apalagi di masa-masa sampai usia 5 tahun, dimana perkembangan otak anak masih berkembang pesat," jelas Luciana.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, pada anak di bawah lima tahun, pencegahan anemia dapat dilakukan dengan memberikan asupan gizi seimbang, terutama dari sumber protein hewani yang kaya Zat Besi.

Namun sayangnya, kekurangan zat besi bisa juga terjadi karena sebagian besar Zat Besi tidak terserap dengan optimal di tubuh anak.

"Maka dari itu, dibutuhkan kombinasi antara Zat Besi dan Vitamin C yang mampu memaksimalkan penyerapan Zat Besi di dalam tubuh, untuk pencegahan anemia. Untuk itu, dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian si Kecil, bisa juga dipertimbangkan untuk memberikan sumber nutrisi yang difortifikasi, seperti susu terfortifikasi dengan Zat Besi dan Vitamin C agar si Kecil bisa tumbuh maksimal," ungkap Luciana.

Psikolog Klinis Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani SPsi MSi Psi, menambahkan, orang tua perlu memahami bahwa anemia tidak hanya berdampak negatif secara fisik, namun juga terhadap kondisi psikologis anak.

"Dalam jangka pendek, secara kognitif anak cenderung kurang konsentrasi, tidak mudah menangkap dan mengingat, serta emosinya ajuga cenderung lebih negatif, lebih mudah sedih/marah dan rentan stres," tambah Anna.

Jika kondisi anemia pada anak tidak segera ditangani, dalam jangka panjang tumbuh kembangnya dapat terhambat, prestasinya cenderung rendah dan tak optimal karena mengalami kesulitan dalam belajar.

Hal tersebut disebabkan adanya gangguan fungsi dopaminergik pada otak sehingga anak mudah stres, yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku dan menyebabkan gangguan proses belajar.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved