Berita Viral
Sosok Guru SMP Lamongan Botaki Rambut 19 Siswi Diduga gegara Tak Pakai Ciput, Begini Nasibnya Kini
Sosok guru di Lamongan berinsial EN disorot usai membotaki rambut sejumlah siswi. Diduga, tindakan itu dipicu lantaran siswi tak pakai ciput kerudung.
Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Sosok guru sekolah menengah pertama (SMP) di Lamongan, Jawa Timur, tengah mendapat sorotan.
Guru SMP di Lamongan tersebut disorot lantaran aksi tidak terduga kepada sejumlah siswi.
Adapun, guru SMP di Lamongan itu tega membotaki rambut para siswi tersebut.
Diduga, aksinya dilakukan karena para siswi tidak mengenakan ciput atau dalaman jilbab.
Akibatnya, para siswi itu pun kehilangan rambut mereka.
Usai ditindak, beberapa siswi melaporkan perilaku guru SMP tersebut kepada orangtuanya masing-masing.
Baca juga: Bu Guru Botaki Belasan Siswi SMP di Lamongan Jadi Berita Viral, Kini Dinonjobkan
Sementara itu, sang guru langsung ditegur oleh pihak sekolah.
Sekolah pun menggelar mediasi dan menghadirkan para orang tua siswi yang rambutnya dicukur oleh guru tersebut.
Diketahui, guru tersebut berinisial EN.
Bu EN merupakan salah seorang guru di SMPN 1 Sukodadi, Lamongan, Jawa Timur.
Sosoknya disorot setelah membotaki kepala sejumlah siswi di sekolahnya.
Total, terdapat 19 siswi yang ditindak oleh EN.
Mereka merupakan para siswi yang duduk di bangku kelas IX.
Diduga, EN tega membotaki para siswa karena tidak menggunakan dalaman kerudung alias ciput.
Lantas, bagaimana penjelasan dari pihak sekolah?
Penjelasan Kepsek
Dilansir Surya.co.id dari Kompas.com, Kepala Kepala SMPN 1 Sukodadi Harto mengatakan, kejadian tersebut berlangsung pada Rabu (23/8/2023) ketika siswa kelas IX hendak beranjak pulang.
Menurut kepala sekolah, guru berinisial EN sudah memperingatkan mereka untuk mengenakan dalaman kerudung.

"Memang benar, ada kejadian itu tanggal 23 Agustus 2023 kemarin saat siswa mau pulang, gara-gara tidak pakai ciput jilbab.
Entah terlalu sayang (kepada siswi) atau seperti apa, kemudian Bu EN melakukan itu (pembotakan).
Hanya saja pakai alat (cukur) yang elektrik, makanya ada yang rambutnya hingga kena banyak," ujar Harto, ketika dihubungi, Senin (28/8/2023).
Beberapa orang siswi yang mendapat perlakuan tersebut, kemudian melapor kepada orangtua masing-masing.
Minta Maaf dan Mediasi
Guru EN akhirnya mendapat teguran.
Selanjutnya, didampingi Harto, guru EN berinisiatif mendatangi rumah para siswi untuk meminta maaf.
"Penuturan Bu EN itu ada sekitar 19 siswi (yang dibotaki).
Kami datangi rumah mereka untuk minta maaf, tapi belum semuanya hari sudah malam, dilanjutkan mediasi di sekolah pada esok paginya," ucap Harto.
Proses mediasi dilakukan Kamis (24/8/2023).
Harto mengungkapkan semua orangtua siswi yang menjadi korban pembotakan diundang ke sekolah.
Namun hanya 10 orangtua siswi yang hadir.
Guru EN lantas menyampaikan permintaan maaf atas tindakannya.
Baca juga: Ikuti Workshop Kurikulum Merdeka, Guru di Situbondo Berperan Tingkatkan Kualitas Pendidikan
Dia juga memberi penjelasan kepada orangtua siswi yang hadir dalam mediasi tersebut.
"Sudah damai melalui mediasi pada tanggal 24 Agustus 2023 kemarin, orangtua siswi (korban pembotakan) menyadari perilaku anaknya serta apa yang telah dilakukan Bu EN dan mereka semua (para orangtua) menerima.
Tadi (hari ini) pembelajaran di sekolah juga sudah berlangsung normal seperti biasa, malah ada yang jadi petugas upacara," kata Harto.
Nasib Guru Kini Tak Lagi Mengajar
Sementara itu diberitakan Surya.co.id, insiden pembotakan terhadap 19 siswi kelas IX SMP Negeri 1 Sukodadi itu direspons Kepala Dinas Pendidikan Lamongan, Munif Syarif.
Munif tidak mengelak dengan insiden yang dilakukan oleh oknum guru tersebut.
"Kami sudah tarik dan stafkan di Diknas, tidak lagi mengajar," kata Munif saat dikonfirmasi SURYA.CO.OID, Selasa (29/8/2023) siang.
Guru tersebut, lanjutnya, sementara sebagai staf di Diknas Lamongan dalam rangka pembinaan. Jadi tidak ada jabatan atau nonjob.
Menurut Munif, seharusnya yang menindak siswa itu menjadi tanggungjawab guru bimbingan konseling (BK) bukan guru mata pelajaran.
Ia mengaku menyayangkan tindakan guru tersebut dan belum tahu sampai kapan dalam proses pembinaan.
"Sementara ini kami stafkan," katanya.
Munif mengatakan, guru berkewajiban memperbaiki karakter anak didik, serrta menciptakan proses belajar anak itu menyenangkan.
Baca juga: Sosok Risa Damayanti Guru SD di Sukabumi, Aksinya Jadi Dirigen Powerfull saat Upacara HUT RI Viral
Sedangkan antara siswa, orang tua murid dengan pihak sekolah sudah selesai, berdamai.
Apa yang terjadi di SMP Negeri 1 Sukodadi, bagi Munif harus menjadi pembelajaran bagi semuanya.
Dan kini, belasan siswi tersebut tetap masuk sekolah dan mengikuti proses belajar mengajar seperti biasa.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.