PENGALAMAN BERKESAN Eks Panglima TNI Andika Perkasa Kena Omel Warga, Demi Lindungi Presiden Jokowi
Mantan panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menceritakan pengalamannya paling menantang. Kena omel warga saat menjaga Presiden Jokowi.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id - Mantan panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menceritakan pengalamannya paling menantang pada Rabu (23/8/2023) kemarin.
Saat ditemui usai menjalani wawancara ekslusif bersama Tribun Network di Gedung Bisnis, Palmerah, Jakarta Barat, Andika mengaku pengalamannya yang paling menantang yakni saat menjabat komandan Paspampres.
Menurut ceritanya, Andika sampai harus berkali-kali kena omel warga yang ingin mendekat kepada Presiden Jokowi.
Tapi tentu saja Andika dan anak buahnya harus menjalankan tugasnya untuk melindungi Presiden Jokowi.
Andika mengakui sangat sulit mengatur penjagaan Presiden Jokowi yang sering turun langsung menyapa warga.
Banyaknya warga yang mendekat membuat Andika dan anak buahnya harus menghalaunya dengan membuat pagar betis.
Diketahui, Andika menjadi Komandan Paspampres selama satu tahun tujuh bulan mulai 22 Oktober 2014.
Baca juga: DETIK-DETIK Menantang Eks Panglima TNI Andika Perkasa Tangkap Tangan Kanan Osama Bin Laden
Kala itu, dia mengawal Presiden Joko Widodo di periode pertama pemerintahannya.
Menurut Andika, saat itu ia lebih berfokus kepada pengamanan, bukan hanya tugas kemiliteran sebagaimana biasanya.
Selain itu, ia juga jadi lebih banyak bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Karena harus mengikuti ritme kerja presiden yang sering blusukan.
"Bedanya, kalau jabatan lain bahkan sampai Kasat, sampai Panglima (TNI) itu bidang yang kami geluti militer, tapi kalau Paspampres itu pengamanan," kata Jenderal TNI (Purn) Andika Perkas, melansir dari Warta Kota.
"Dan justru kami berhadapan dengan satu orang yang memimpin negeri ini, dan keluarganya dan wakilnya tapi juga dengan masyarakat. Jadi hari-hari berhadapan langsung dengan masyarakat yang menurut saya sensitif," imbuh dia.
Andika mengakui tugas mengawal seorang presiden jauh lebih menantang.
Karena harus melindungi Presiden Jokowi tanpa melukai masyarakat yang mendekat.
"Antara yang diinginkan oleh presiden dan wakil presiden, beliau-beliau ini kan punya visi, punya misi, beliau ingin tampil terlihat oleh masyarakat.
Tapi di sisi lain juga beliau itu enggak bisa sebebas-bebasnya berada di tengah-tengah masyarakat karena ada pengamanan yang harus dilakukan," kata Andika.
"Karena beliau bukan hanya menjadi pribadi doang, tetapi beliau sudah menjadi presiden, berarti punya beban dan tanggung jawab," lanjutnya.
Tak jarang Andika dan anak buahnya kena omel warga yang ingin mendekat kepada Presiden Jokowi.
Entah berapa banyak ia menyaksikan warga terdorong-dorong, terjepit, hingga tersungkur demi bisa bersalaman dengan presiden.
Namun meski nuraninya terguncang di posisi yang seperti itu, Andika hanya bisa mengintruksikan agar warga mundur dengan membuat pagar betis.
"Yang kasihan itu kan yang sudah deket sama presiden, tapi tidak dipilih misalnya. Sementara kami harus membentengi dengan pagar betis, tapi dari belakang mereka itu mendorong. Karena yang belakang itu pengennya maju, sehingga kejepit-jepit," jelas Andika.
Lebih lanjut, Andika berujar, tantangan terberatnya kala menjadi Paspampres, bukan saat mendampingi presiden ke tempat-tempat indoor (dalam ruangan), melainkan saat di luar ruangan (outdoor) seperti pasar.
Sebab, situasi di luar ruangan lebih rawan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Iya kalau acaranya di gedung, di kementerian, di Istana, itu kan semua orang yang hadir di sekitar presiden itu masuk security door, masuk ke metal detector.
Lah kalau beliau kegiatan di pasar kan enggak mungkin se-pasar (diberi metal detector) karena beliau (Jokowi) juga enggak mau aktivitas pasar terganggu," ungkap Andika.
"Di pasar tahu sendiri tiap lapak ada pisau minimal satu," imbuhnya.
Sehingga, Andika menggambarkan jika bekerja menjadi komandan Paspampres di era Jokowi laksana sebuah seni.
Dirinya merasa selalu dibuat olahraga jantung setiap hari tanpa ampun.
"Itu kayak seni, makanya saya bilang enggak bisa dilupakan, karena itu deg-degannya tiap hari," pungkas dia sembari tersenyum semringah.
Diketahui, Andika Perkasa lahir di Bandung, Jawa Barat pada 21 Desember 1964.
Andika merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1987.
Andika menjadi jenderal TNI yang memiliki gelar akademik sangat panjang.
Di belakang namanya tercantum titel S.E., M.A., M.Sc., M.Phil., Ph.D.
Dikutip dari wikipedia, Andika adalah lulusan The Military College of Vermont, Norwich University (Northfield, Vermont, USA), National War College, National Defense University (Washington D.C., USA).
Dia juga lulus dari kampus ternama lainnya, Harvard University (Massachusetts, USA) dan The Trachtenberg School of Public Policy and Public Administration, The George Washington University (Washington D.C., USA).
Selain pendidikan umum, Andika yang lulus Akademi Militer tahun 1987 ini mengikuti Sesarcab Infanteri, Pendidikan Komando
Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) (Lulusan Terbaik Susreg XXXVII 1999/2000), Sesko TNI hingga Lemhannas RI
Andika Perkasa ialah perwira TNI dengan segudang prestasi.
Dikutip dari Tribunnews (grup Surya.co.id), Kamis (22/11/2018) rekam jejak militernya dimulai ketika lulus Akademi Militer (Akmil) tahun 1987.
Setelahnya Andika menjalani pendidikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) (Lulusan Terbaik Susreg XXXVII 1999/2000).
Andika kemudian bergabung dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Karirnya di Korps Baret Merah sangat cemerlang.
Ia pernah menjabat sebagai Komandan Peleton (Danton) Grup 2/Para Komando Kopassus (1987), Komandan Unit 3 Grup 2/Para Komando Kopassus (1987) hingga Komandan Tim 3 Sat Gultor 81 (1995).
Karir militer Andika sangat panjang dan cemerlang hingga terakhir dirinya menjabat sebagai Pangkostrad.
Mertua Andika Perkasa bukan orang sembarangan.
Ternyata ia adalah menantu dari mantan Kepala BIN AM Hendropriyono.
Sang istri, Diah Erwiany merupakan putri dari mantan Kepala BIN.
AM Hendropriyono dikenal sebagai penuntas insiden bersejarah, Peristiwa Talangsari 1989.
Kala itu, AM Hendropriyono berhasil menindak potensi radikalisme dari Kelompok Warsidi di Talangsari, Lampung.
Keandalannya dalam berbagai operasi pertempuran membuat AM Hendropriyono dipercaya sebagai Kepala BIN.
Tidak hanya mengurus bawahannya di BIN, ia pun membentuk regenerasi melalui pendirian Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN).
Selain sekolah, AM Hendropriyono pun menggagas Sumpah Intelijen, Mars Intelijen, hingga logonya.
Dalam pendidikan, AM Hendropriyono bahkan menerangkan intelijen sebagai ilmu.
Sepak terjangnya ini menjadikan AM Hendropriyono menjadi tokoh militer dan intelijen ternama.
Ia bahkan dinobatkan sebagai guru besar intelijen pada 2014.
Hal itu membuat AM Hendropriyono menjadi profesor intelijen pertama di dunia.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.