Pemilu 2024

Para Trah Bung Karno 'Bertarung' Lewat Partai Berbeda di Dapil Blitar Raya

Sejumlah anggota keluarga Presiden RI Pertama Ir Soekarno mencalonkan pada pemilu 2024 untuk DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Timur 6

surya.co.id/samsul hadi
Foto ilustrasi, pengunjung melihat lukisan Bung Karno berbahan pelepah pisang di Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Kota Blitar 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Sejumlah anggota keluarga dari Presiden RI Pertama Ir Soekarno mencalonkan pada pemilu 2024 untuk DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur (Jatim) 6.

Menjadi figur penantang, mereka mencalonkan dari sejumlah partai yang berbeda.

Untuk diketahui, dapil Jatim 6 meliputi 5 daerah, yakni Kabupaten/Kota Blitar, Kabupaten/Kota Kediri, dan Tulungagung. Dari dapil tersebut ada 9 kursi DPR RI yang diperebutkan.

Di antara kerabat Bung Karno yang akan maju di pencalegan adalah Romy Soekarno, yang berangkat dari PDI Perjuangan.

Romy merupakan cucu Bung Karno dan putra dari Rachmawati Soekarnoputri (putri ketiga Soekarno dengan Fatmawati).

Baca juga: Putri Bung Karno Bertekad Jadikan Indonesia Berdaulat, Putuskan Jadi Bacaleg DPR RI Lewat Demokrat

Di PDI Perjuangan, Romy menempati nomor urut 2. Pada pemilu 2019 lalu, nomor urut tersebut ditempati Guruh Sukarnoputra yang sukses menjadi Anggota DPR dengan mendapatkan 131.986 suara.

Guruh merupakan politisi PDI P yang menjadi 1 di antara sembilan anggota DPR terpilih dari dapil ini.

Seperti halnya Romy, Guruh juga merupakan keluarga Bung Karno (putra Soekarno dengan Fatmawati).

Figur kedua dari keluarga Bung Karno yang mencalonkan sebagai Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) untuk pemilu 2024 adalah Mohammad Mahardhika Suprapto atau dikenal sebagai Didi Mahardika.

Berbeda dari Romy, pria 42 tahun ini mencalonkan melalui Partai Gerindra.

Baca juga: Dapil Jatim 1 Arena Perang Bintang Kursi DPR RI, Ada Chef Arnold, Eks Bupati, Hingga Cucu Bung Karno

Didi Mahardika merupakan cucu Bung Karno dan juga putra dari Rachmawati Soekarnoputri.

Di Partai yang dipimpin Ketua Umum Prabowo Subianto ini, Didi Mahardika menempati nomor urut 1.

Sebelum bergabung dengan Gerindra sejak 2019, Didi merupakan politisi Partai NasDem.
Bahkan, Didi pernah menjadi Anggota DPR-RI periode 2014-2019 dari NasDem juga untuk Dapil Jawa Timur VI.

Di samping dua nama ini, ada figur keluarga Bung Karno dari partai lain.

Adalah Siti Aisyah M R Soekarno Putri, Bakal Calon Anggota Dewan (BCAD) dari Partai Demokrat yang juga merupakan keluarga Bung Karno.

Aisyah mengaku sebagai putri dari Bung Karno dari pernikahan dengan Maharani Wisma Susana Siregar. Pernikahan tersebut berlangsung pada 1958 hingga 1962.

Di Partai Demokrat, Aisyah yang juga berlatarbelakang pengusaha ini menempati nomor urut 3.

Ia akan berjuang membantu Demokrat mendapatkan minimal satu kursi dari yang sebelumnya belum meraih satu pun kursi.

Menjadi figur penantang, para trah Bung Karno tersebut harus bersaing dengan sejumlah nama politisi senior lain yang maju dari dapil yang sama.

Apalagi, ada delapan nama anggota DPR RI petahana yang kembali mencalonkan kembali dari dapil tersebut.

Di antaranya, Anggia Erma Rini dan An'im Falachuddin Mahrus (PKB), Endro Hermono (Gerindra), Arteria Dahlan dan Sri Rahayu (PDI P), Sarmuji (Golkar), Nurhadi (NasDem), dan Ahmad Rizki Sadig (PAN).

Peneliti dari Lembaga survei Indopol Survey & Consulting, Fauzin mengungkapkan, ada berbagai keuntungan yang akan diterima caleg maupun partai dengan mengusung trah Bung Karno di dapil Jatim VI. Di antaranya, kemudahan meningkatkan popularitas.

Mengingat, Kabupaten Blitar dikenal sebagai Bumi Bung Karno. Pun demikian dengan Kota Blitar yang kerap dikenal sebagai Kota Proklamator.

"Kecenderungan dari masing-masing parpol adalah mengusung caleg yang secara figur sudah memiliki popularitas. Baik populer karena latarbelakang keluarga, profesi misalnya artis, dan sebagainya," kata Fauzin dikonfirmasi di Surabaya, Selasa (22/8/2023).

"Nah, dengan mengusung caleg yang memiliki nasab Soekarno di dapil Jatim 6 yang juga membawahi Blitar tentu lebih mudah dalam meningkatkan popularitas. Mereka tentu lebih mudah dalam mengenalkan diri ke masyarakat," katanya.

Selain caleg yang bersangkutan, figur tersebut akan membawa dampak ke partai yang mengusung.
"Tentu, dengan modal popularitas ini ada target dan harapan untuk meningkatkan potensi di elektoralnya," tandas Fauzin.

Sekalipun demikian, hal tersebut belum memberikan jaminan figur tersebut akan terpilih. Menurutnya, ada beberapa variabel lain yang harus diperhatikan para caleg.

"Berdasarkan Pemilu sebelumnya, figur yang populer, belum tentu terpilih. Sehingga, syarat untuk menang, populer saja tidak cukup," kata Direktur Indopol Survey & Consulting ini.

"Untuk bisa menang, harus bisa membentuk mengorganisir tim. Termasuk, dengan meyakinkan pemilih bahwa mereka merupakan representasi harapan. Memang benar mereka populer, namun harus ada syarat lain yang harus dipenuhi agar mereka bisa terpilih," kata Fauzin.

BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved