Pilpres 2024

REKAM JEJAK Budiman Sudjatmiko, Politisi PDIP yang Dukung Prabowo Subianto Capres 2024

Inilah rekam jejak Budiman Sudjatmiko, politisi PDI Perjuangan (PDI-P) yang mendeklarasikan dukungan ke Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden 2024.

|
Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
KOLASE KOMPAS.COM TATANG GURITNO/TRIBUNNEWS
Budiman Sudjatmiko dan Prabowo Subianto 

SURYA.CO.ID - Inilah rekam jejak Budiman Sudjatmiko, politisi PDI Perjuangan (PDI-P) yang mendeklarasikan dukungan ke Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden 2024. 

Rekam jejak Budi Sudjatmiko jadi sorotan setelah mendeklarasikan diri sebagai pendukung Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden 2024, pada Jumat (18/8/2023).

Budi Sudjatmiko hadir dalam Deklarasi Dukungan Prabowo Presiden 2024 Marina Convention Centre, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Pada acara tersebut, Prabowo Subianto dikalungi selendang khas Semarang oleh salah seorang anggota Prabowo Budiman Bersatu (Prabu).

Tak hanya kepada Prabowo, proses pengalungan selendang khas Semarang itu juga ditujukan kepada Budiman Sudjatmiko.

Kehadiran Budiman tentu mengejutkan, sebab keduanya dikenal kerap berseberangan.

Hal itu pun diakui oleh Prabowo ketika memberi sambutan dalam acara deklarasi tersebut.

"Saudara Budiman sama saya kita berada di pihak yang berseberangan, dulu saya di tentara dapat perintah untuk ngejar-ngejar saudara Budiman," katanya, dikutip dari Kompas.com.

Berselang beberapa tahun, kini Prabowo dan Budiman sepakat bersatu untuk meraih kemenangan menuju Prabowo Presiden 2024 nanti.

Bagaimana rekam jejak Budiman Sudjatmiko?

Pria kelahiran Majenang, Cilacap, Jawa Tengah pada 10 Maret 1970 itu mengabiskan masa kecilnya di Bogor, Jawa Barat. 

Budiman menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Pengadilan 2 Bogor. Kemudian, ia melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Cilacap dan lulus tahun 1986.

Saat SMA, Budiman sempat berpindah sekolah dari SMA Negeri 5 Bogor ke SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. 

Ia lulus tahun 1989.

Budiman sempat menempuh pendidikan tinggi di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

Sayangnya, ia drop out karena menjadi aktivis. 

Di era kepempinan Presiden ke-2 RI Soeharto, Budiman terkenal sebagai aktivis reformasi yang menentang pemerintahan kala itu. 

Budiman juga sempat mendirikan Partai Rakyat Demokratik (PRD), partai yang lahir dari organisasi politik bernama Persatuan Rakyat Demokratik (PRD) kisaran tahun 1994.

Adapun tujuan berdirinya organisasi tersebut, adalah sebagai wadah mahasiswa, buruh, aktivis, dan petani di beberapa daerah di Indonesia yang memiliki cita-cita tentang sosialisme.

Pada 27 Juli 1996, terjadi kerusuhan di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Menteng, Jakarta Pusat, yang meluas hingga ke daerah sekitar.

Huru-hara yang kini dikenal sebagai peristiwa Kudatuli itu menewaskan sedikitnya 5 orang dan ratusan luka-luka.

Buntut peristiwa itu, sejumlah aktivis PRD ditangkap, tak terkecuali Budiman.

Pada tahun 1997, dia diadili dan divonis 13 tahun penjara karena dituding menjadi auktor intelektualis peristiwa Kudatuli.

Namun demikian, Budiman justru merasa “terselamatkan” karena masuk penjara.

Sebab, sejumlah rekannya di PRD menjadi korban penculikan rezim kala itu.

Meski begitu, Budiman hanya menjalani hukuman selama kurang lebih 3,5 tahun.

Sebab, pada Desember 1999, Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur memberinya amnesti.

Budiman baru melanjutkan pendidikan tingginya setelah keluar dari penjara.

Ia menempuh studi Ilmu Politik di Universitas London dan Master Hubungan Internasional di Universitas Cambridge, Inggris.

Jadi Politisi PDI Perjuangan

Pernah mendekam di jeruji besi tak membuat Budiman berhenti terlibat dalam politik.

Ia melanjutkan karier politiknya dengan bergabung ke PDI Perjuangan pada tahun 2004.

Pada periode 2009—2019, Budiman menjabat sebagai anggota DPR RI dari PDI Perjuangan (dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah VIII: Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap) dan duduk di komisi II yang membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan agraria; dan juga merupakan Wakil Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Desa.

Pada tingkat internasional, Budiman terlibat aktif sebagai pengurus Steering Committee dari Social-Democracy Network in Asia (Jaringan Sosial-Demokrasi Asia).

Sekarang ini, dia juga memegang posisi sebagai Pembina Utama di Dewan Pimpinan Nasional organisasi Parade Nusantara, yaitu organisasi yang menghimpun para kepala desa dan seluruh perangkat desa di seluruh Indonesia yang memiliki agenda utama memperjuangkan pengesahuan RUU pembangunan pedesaan.

Budiman kunjungi kediaman Prabowo

Sebelum mendeklarasikan dukungan pada Prabowo, Budiman sempat mengunjungi kediaman Menteri Pertahanan (Menhan) itu di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Selasa (19/7/2023) malam.

Budiman mengakui bahwa dirinya dan Prabowo berseberangan pada era Orde Baru.

Namun demikian, kini dia merasa punya pandangan yang sama dengan Menteri Pertahanan itu.

“Saya sebagai orang yang pernah berhadapan dengan beliau, tadi bertemu dengan cara pandang ini bangsa harus diselamatkan, demokrasi harus diselamatkan,” ujar Budiman usai pertemuan dengan Prabowo, Selasa malam.

Ia bahkan menganggap mantan Panglima Komando Cadangan Strategis (Pangkostrad) itu sebagai sosok pemimpin yang bisa membawa Indonesia lepas dari krisis global.

“Saya mengapresiasi dan merasa bahwa Pak Prabowo itu mewakili satu cara pandang kepemimpinan politik yang cocok dengan saya,” kata Budiman.

“Dalam pengertian, suatu bangsa ingin bangkit di tengah turbulensi karena krisis global,” ujarnya.

Budiman pun menilai, dibutuhkan kerja sama antara figur yang berlatar belakang militer dan intelijen dengan sosok yang punya rekam jejak sebagai aktivis untuk menghadap situasi ini.

“Kedua orang itu biasanya mampu berbicara hal-hal strategis secara komprehensif,” katanya.

Budiman pun meyakini Prabowo sebagai sosok yang bisa menyatukan kelompok nasionalis.

Keyakinan itu diklaim sebagai alasan yang membuat Budiman menemui Prabowo.

“Kita berbicara soal harus ada persatuan kaum nasionalis, harus ada persatuan kaum nasionalis, itu saja. Jangan berkelahi begitu loh,” katanya.  

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Prabowo Sempat Tak Percaya Budiman Kini Mendukungnya: Dulu Saya Dapat Perintah Ngejar-ngejar Budiman

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved