Berita Viral
SOSOK M Zadani Haykal Taufiq, Anak Kuli Bangunan yang Lulus Bintara Polri, Ini Perjuangannya
M Zadani Haykal Taufiq (19), anak kuli bangunan di Bandung, Jawa Barat, berhasil lolos seleksi Bintara Polri. Ini sosoknya!
Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.CO.ID - Setelah kisah Adz Rizqi, anak driver ojol yang lulus tes polisi, kini kisah serupa terjadi pada anak kuli bangunan di Bandung, Jawa Barat.
Ia adalah M Zadani Haykal Taufiq (19), yang akhirnya dinyatakan lulus bintara Polri.
Perjuangan Zadani untuk lolos seleksi bintara polisi dan kini sedang mengikuti pendidikan tidaklah mudah.
Bahkan, orang tua Zadani, Dedy Taufiq dan Fitriani Hasanah, sampai tak percaya anaknya bisa melangkah sampai tahap akhir seleksi.
"Yang pasti perasaannya bangga sekali dapat kabar anak saya lulus sebagai Polisi. Mengingat perjuangan dia selama ini, saya sangat menyaksikan sekali," ujar Dedy, dikutip dari TribunJabar.
Dedy mengatakan, awalnya tidak menyangka sama sekali anaknya lolos.
"Soalnya saya hanya sebatas kuli bangunan. Ngebayangin punya anak seorang polisi juga, saya seolah-olah sudah gak berani," ujar Dedi, didampingi Fitriani yang terlihat berkaca-kaca mengingat perjuangan anaknya.
Dedy dan Fitri mengaku sangat bangga, bahagia, dan terharu, kini anaknya bisa menggapai cita-citanya sejak kecil, yakni menjadi seorang polisi.
"Alhamdulillah dengan tekad dan perjuangan anak saya bisa menjadi anggota polisi," kata Dedy.
Pernah gagal tahun 2022
Dedi menceritakan, ini merupakan seleksi yang kedua bagi anak bungsunya itu, pertama ikut seleksi Polisi tahun 2022.
"Saat ikut seleksi pertama itu posisinya anak saya masih sekolah, sedang ujian akhir. Tapi karena ada perekrutan, dia ngikut, sekolah juga memberikan dispensasi," tuturnya.
Sebab saat seleksi, kata Dedy, berbarengan dengan ujian akhir di sekolahnya, namun saat itu ia tak lolos.
Tak diterimanya saat itu, kata Dedy, menjadi pemicu anaknya tambah giat berlatih mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi kembali.
Tak lulus seleksi polisi setelah lulus sekolah, Zadani pun memilih bekerja di sebuah kafe.
"Dia mengumpulkan uang dari hasil kerjanya untuk bekal mengikuti seleksi masuk Polisi kembali," ujar dia.
Saat ada perekrutan polisi kembali, Dedy mengatakan, Zadani langsung mengajukan pengunduran diri (resign) dari tempat kerjanya untuk mengikuti seleksi. Beruntung, Zadani mendapat izin dari bosnya.
"Bagi saya uang yang dikumpulkan anak dari hasil kerjanya cukup besar, Rp 2 sampai Rp 3 juta. Itu digunakannya untuk kebutuhan, membuat berkas bekal seleksi dan lainnya, jadi tak minta ke saya," kata Dedy.
Jadi polisi adalah cita-cita sejak kecil
Memang, kata Dedy, tekad anaknya untuk menggapai cita-citanya sangat tinggi, jadi polisi sudah menjadi cita- citanya sejak kecil, bahkan saat ia TK sudah ingin menjadi polisi.
"Saya melihat persiapannya sangat gigih, mulai dari segi fisik dia selalu meluangkan waktunya untuk berolahraga, lari, ngegym, macam-macam," ujarnya.
Untuk mendukung dan membantu anaknya berlatih persiapan seleksi, Dedy mengaku hanya melakukan sesuai kemampuannya.
"Saya bisa ngelas, saya bikinkan buat pull up alakadarnya, saya bikinkan juga buat site up dan lain-lain. Kadang-kadang saya juga yang ngitung atau pegang stopwatch nya pas lagi latihan," ujar Dedi yang terlihat berkaca-kaca saat mengingat perjuangan anaknya.
Memang di depan rumah sederhana yang berukuran sekitar 4x6 meter ini, masih terdapat tiang untuk pull up yang digunakan Zadani berlatih.
Dedy mengatakan, memang banyak orang yang sempat bertanya kepadanya, punya uang berapa anaknya mau masuk polisi.
"Adanya pertanyaan orang tersebut, sempat membuat saya down, maklum pa, saya seorang kuli bangunan, tak banyak pengetahuan. Tapi anak saya bilang biar nanti Dede yang buktiin kalau masuk polisi itu tak pakai uang," kata Dedy.
Dedy mengaku, seorang kuli bangunan tak bisa berkata banyak jika ditanya soal uang, sebab upah sehari dari kerjanya hanya Rp 125 ribu, dan tak setiap hari mendapat pekerjaan.
Sedangkan Istrinya, Fitri, hanya menjadi ibu rumah tangga, dalam mengisi waktunya ia juga mengajar ngaji anak-anak di sekitar rumahnya. Sedangkan kakak Zadani hanya berjualan casing hanphone di pasar kaget.
Jadi, kata Dedy, jika ada yang menanyakan punya uang berapa untuk anaknya jadi polisi, membuatnya ragu dan down.
Namun kata Dedy, anaknya ini yang juga memberi motivasi kepadanya, supaya tetap tegar dan mendukung anaknya meski tak memiliki uang karena masuk polisi itu tak bayar.
Dedy mengaku, dirinya terus menerus mendoakan anaknya supaya bisa menggapai cita-citanya. Alhamdulillah kata Dedy, anaknya bisa membuktikannya dan kini masuk polisi.
"Kalau hal bayar membayar, saya tidak merasa membayar sepeser pun. Uang yang dikumpulkan anak saya itu hanya digunakan untuk bekal seleksi soalnya kan berangkat subuh pulang malam, jadi untuk ongkos dan makannya saja, paling mungkin untuk fotocopy berkas dan lainnya," tuturnya.
Kisah serupa : Adz Rizqi, anak driver ojol
Sebelumnya, sosok Adz Rizqi juga menjadi sorotan.
Adz Rizqi merupakan anak dari seorang driver ojek online atau ojol di Lampung.
Ayah Adz Rizqi, Safrizal (49) tak kuasa menahan tangis mengetahui anaknya lulus tes polisi.
Begitu pula sang ibu, Rosida (48) yang terisak begitu tahu anaknya lulus menjadi Bintara Polri.
Adapun, Adz Rizqi lulus menjadi Bintara Polri pada penerimaan gelombang kedua tahun 2023 di Polda Lampung.
Baik Adz Rizqi maupun kedua orang tuanya tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi seorang polisi.
Pasalnya, tidak ada anggota keluarga mereka yang merupakan anggota kepolisian.
Sebelumnya, Adz Rizqi juga tidak berminat menjadi polisi karena alasan ekonomi.
Pada mulanya, ia hanya ingin mendaftar sebagai sekuriti.
Namun, takdir berkata lain. Adz Rizqi tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya.
Dilansir Surya.co.id dari Kompas.com, Rizqi merupakan satu di antara 508 calon siswa yang lulus untuk bersekolah di Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Polda Lampung pada gelombang kedua tahun 2023 ini.
Kedua orangtua Rizqi hanya orang biasa.
Tidak ada yang berprofesi sebagai polisi di garis keturunan keluarga mereka.
Sang ayah, Safrizal, merupakan pengemudi ojek online.
Sementara ibunya, Rosidah, membuka warung pecel di kontrakan mereka di Jalan M Bangsawan, RT 05/LK1, Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Bandar Lampung.
Safrizal mengatakan, sebenarnya Rizqi tidak pernah berminat menjadi seorang polisi.
Setelah lulus SMK, Rizqi bahkan berniat merantau ke Jakarta untuk bekerja di pabrik.
Safrizal pernah berkeluh kesah dengan teman kongkonya yang merupakan anggota Polresta Bandar Lampung.
"Saya manggilnya abang, dia (abang) ngomong, 'Masa sih enggak minat, coba dulu ajak ke sini'," kata Safrizal menirukan ucapan anggota polisi itu.
Setelah bertemu, anggota itu lalu bertanya kepada Rizqi, apakah mau bekerja sebagai sekuriti jika memang tidak berminat daftar polisi.
"Dia (Rizqi) bilang mau jadi sekuriti, dia enggak mau jadi polisi.
Ribet sama enggak punya uang," kata Safrizal.
Kebetulan kondisi fisik Rizqi saat itu tidak prima. Mudah lelah, fisik lemah, dan tidak bisa berenang.
Dengan "jebakan" bekerja sebagai sekuriti itu, Rizqi lalu menjalani pelatihan mandiri.
Semua dilatih dan dibiayai oleh anggota polisi tersebut, seperti les berenang dan biaya fitness untuk memperkuat fisiknya.
Bahkan, anggota polisi itu memberikan Rizqi asupan susu.
Setelah dua bulan menjalani latihan, fisik Rizqi mulai terlatih.
Tubuhnya juga lebih berisi karena sejumlah latihan fisik yang dijalani.
Saat itulah polisi tersebut kemudian merayu Rizqi agar mencoba mengikuti tes Bintara Polri.
Rizqi yang awalnya berniat menjadi sekuriti, akhirnya memberanikan diri mengikuti tes Bintara.
Berbagai tahapan dijalani hingga akhirnya anak driver ojol itu lulus dan menjadi Bintara Polri.
Sementara, Rizqi mengaku semangatnya sempat naik turun saat mengikuti seleksi penerimaan Bintara.
Terlebih dari 13 kali tahapan, semua dia jalani tanpa didampingi orangtua.
Namun, motivasinya mengangkat derajat keluarga menjadi amunisi penyemangat lulus seleksi.
"Enggak pernah kepikiran jadi polisi sih. Cuma emang karena kondisi keluarga begini, saya ingin membantu orangtua," kata Rizqi.
Tak Menyangka Anaknya Lulus Bintara
Begitu mendengar kabar putranya lulus menjadi Bintara Polri, Safrizal langsung memacu sepeda motornya, Kamis (20/7/2023).
Safrizal tak menghiraukan bunyi notifikasi order calon penumpang yang muncul di layar ponselnya.
Dia menjemput Rizqi di lokasi pengumuman calon siswa Bintara.
Sesampainya di lokasi, pria yang berprofesi sebagai driver ojek online ini langsung memeluk putranya.
Dia tak tidak percaya anak pengemudi ojek daring bisa lulus tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun.
Safrizal mengambil ponsel dari saku jaketnya dan menelepon sang istri, Rosidah, lalu menyampaikan kabar gembira tersebut.
Suara Rosidah di seberang telepon terdengar bergetar dan terisak.
Ulekan bumbu pecel terhenti. Berulangkali asma Allah terucap, mengucap syukur tiada henti.
"Benar-benar enggak nyangka. Ya apalah saya ini, kerjaan cuma ojek online, mana punya uang banyak," kata Safrizal, Kamis.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.