Sambang Kampung
Kampung Tempat Lahir Soekarno Bersolek Jelang Festival Peneleh, Dimural Life Story of Bung Karno
Kampung rumah lahir Bung Karno di Jalan Pandean IV, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, tengah bersolek jelang Festival Peneleh
Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Kampung rumah lahir Bung Karno di Jalan Pandean IV, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, tengah bersolek jelang Festival Peneleh pekan depan.
Pasalnya, kampung lahir tengah dipoles dengan mural story life of Bung Karno yang digarap oleh para pelukis Kota Pahlawan.
Untuk itu pada Senin (3/7/2023), secara khusus Sambang Kampung Harian Surya menengok langsung kesibukan dari Kampung Lahir founding father Indonesia Soekarno tersebut.
Mural cerita hidup Soekarno, dibuat di sepanjang dinding gang menuju Rumah Lahir Bung Karno. Mural ini akan menyambut setiap wisatawan yang datang dengan menyajikan cerita hidup Soekarno, bahkan sebelum dilahirkan hingga sekolah di Surabaya.
Koordinator Pelukis Mural Kampung Lahir Bung Karno, Edy Marga mengatakan, total ada 13 frame yang menceritakan kisah hidup Soekarno. Terutama menekankan jejak sejarah Soekarno kecil saat tumbuh di Surabaya.
“Di awal ada frame tentang kedua orang tua Soekarno yaitu Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai di Bali. Saat itu Soekemi adalah guru SD di Bali, yang kemudian bertemu dengan Ida Ayu dan menikah,” kaya Edy.
Setelah cukup lama mengajar di Bali, Soekemi kemudian ditugaskan untuk mengajar di Jawa, tepatnya di SD Sulung Surabaya. Karena mengajar di Surabaya, maka ia mengontrak rumah di Jalan Pandean IV Peneleh Surabaya.
“Di situ kemudian Soekarno dilahirkan. Rumah itu menjadi rumah lahir yang kini menjadi museum dan dijadikan destinasi wisata sejarah,” kata Edy.
Tak sampai di sana, tak lama setelah Soekarno kecil lahir, sang ayah kembali dipindah tugas untuk mengajar di Jombang.
Soekarno kecil sempat dibawa ke Jombang, namun karena kondisi ekonomi yang sulit, Soekarno lalu dititipkan ke kakeknya di Tulungagung.
“Di Tulungagung, Soekarno sempat sekolah dengan diasuh oleh sang kakek. Itu kami gambarkan dalam mural di sini,” tambahnya.
Selang beberapa waktu, sang ayah kembali dipindahtugaskan ke Mojokerto. Saat itu Soekarno lalu diambil dari pengasuhan kakek untuk kembali berkumpul dengan orang tua membersamai sang ayah bekerja di Mojokerto.
“Di Mojokerto, Soekarno sempat sekolah di sekolah setingkat SMP. Sampai saat ini, sekolahnya masih ada dan kami sempat riset langsung ke sana sebelum membuat mural,” tegasnya.
Baru setelah dari Mojokerto, Soekemi kembali dipindah tugas ke Surabaya. Dari situlah kemudian Soekarno pindah sekolah lagi ke sekolah Belanda setingkat SMP bernama HBS.
“Di mural kami juga ada HOS Cokroaminoto. Beliau cukup berperan dalam perjalanan hidup Soekarno. Karena masuk sekolah belanda saat itu tidak mudah. Maka atas lobi dari HOS Cokroaminoto, Soekarno bisa sekolah bersama anak-anak keturunan Belanda,” tegasya.
Total, dinding yang dilukis oleh Edy dan tiga orang teman pelukis memiliki panjang 13,5 meter dan tinggi 3 meter. Dikatakan Edy, melukis di story of life dari Soekarno ini memiliki sejumlah tantangan.
Terutama adalah ia dan teman-temannya harus banyak melakukan riset sejarah. Pasalnya, visual yang disajikan harus sesuai dengan kondisi pada waktu itu. Sehingga riset benar-benar dilakukan oleh para pelukis mural.
“Seperti bapak dari Soekarno biasanya pakai bajunya apa, jadi kami visualkan. Begitu pula dengan sekolah Belanda pada masa itu seperti apa, ternyata pakai dasi, ya kami gambarkan pakai dasi,” ungkapnya.
Guna memudahkan para wisatawan untuk memahami mural tersebut, dikatakan Edy, narasi akan dicantumkan di setiap frame murah yang digambarkan. Agar edukasi sejarah dari kehidupan Soekarno bisa lebih tersampaikan.
“Targetnya tanggal 5 Juli, semua muralnya selesai. Harapan kami bisa mengedukasi wisatawan dan menambah rasa nasionalisme dan menanamkan cinta sejarah Indonesia dan para pahlawan,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua RT 4 RW 13 Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, lokasi kampung lahir Bung Karno, Faridah mengatakan bahwa mempercantik kawasan ini juga dilakukan untuk menyambut Festival Peneleh.
Sebab, sentra dari kawasan wisata sejarah Peneleh adalah rumah lahir Bung Karno ini. Sehingga upaya memaksimalkan potensi yang akan harus dilakukan.
“Selain menambah mural, juga kami tambahkan untuk pusat oleh-oleh dan merchandise. Saat ini store-nya sedang dikerjakan. Nanti yang mengisi produk jualannya adalah pemuda pemudi sini,” tegas Farida.
Selain itu, pihak kampung juga akan membuatkan instalasi tanaman hidroponik. Yang mana sayuran hidroponik ini diharapkan bisa menjadi oleh-oleh bagi wisatawan.
“Intinya, kami ingin agar warga kami lebih produktif sehingga bisa mengungkit ekonomi warga. Karena per hari kunjungan wisatawan bisa 50 orang lebih. Kalau setiap wisatawan membawa oleh-oleh dari kami, maka betapa ekonomi akan terangkat,” pungkas Faridah.
kampung rumah lahir Bung Karno
kampung lahir Bung Karno
Soekarno
Kelurahan Peneleh
Kota Surabaya
Festival Peneleh
SURYA.co.id
surabaya.tribunnews.com
Selain Pengolahan Air Limbah, Kampung Sekardangan Sidoarjo Juga Punya Perpustakaan Digital |
![]() |
---|
Kampung Sekardangan Sidoarjo, Manfaatkan Air Limbah Rumah Tangga untuk Kebutuhan Warga |
![]() |
---|
Pemdes Terusan Gedeg Kabupaten Mojokerto Olah Bunga Telang Jadi Minuman Kesehatan Bernilai Ekonomi |
![]() |
---|
Produk Olahan Bunga Telang Dari Desa Terusan Kabupaten Mojokerto Bersiap Menuju Ekspor |
![]() |
---|
RW 12 Medayu Utara Kota Surabaya Jadi Pusat Pembelajaran Mahasiswa Asing |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.