Berita Surabaya
Cerita Guru dan Kepala Sekolah Pedalaman saat Implementasikan Ilmu Lewat Kurikulum Merdeka
Kondisi itu sempat membuat pelajar Indonesia, khususnya di kelas awal sekolah dasar banyak kehilangan pembelajaran (learning loss).
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Pandemi Covid-19 di Indonesia berangsur menurun. Proses pembelajaran pun kembali normal. Guru sekarang dituntut untuk lebih adaptif.
Pasalnya, saat wabah Corona itu merebak, dua tahun sekolah-sekolah ditutup, 68 juta peserta didik harus belajar di rumah karena kondisi darurat.
Kondisi itu sempat membuat pelajar Indonesia, khususnya di kelas awal sekolah dasar banyak kehilangan pembelajaran (learning loss).
Sebagai langkah recovery, Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) bersama Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Timur menggelar kegiatan workshop bertajuk berbagi praktik implementasi kurikulum merdeka Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di Hotel Harris Gubeng dari 19-20 Juni.
Ada sekitar 55 penulis naskah praktik baik dari Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Utara dihadirkan untuk menceritakan pengalaman cara menerapkan transformasi pembelajaran saat masa pandemi.
Puji Lestari, seorang Guru Kelas 1 SD Negeri Terpadu Unggul 2 Tana Tidung, Kabupaten Tana Tidung, Provinsi Kalimantan Utara menjadi pendidik yang dijadikan narasumber.
Ia dinilai sukses mengimplementasikan kurikulum merdeka di sekolah pedalaman Indonesia itu.
Menariknya, itu dilakukan Puji saat pemerintah masih melarang siswa belajar secara during di sekolah.
Ia menceritakan kurikulum merdeka diterapkan di sekolahnya pada tahun ajaran 2022-2023.
Awal-awal menjalankan sistem ajaran baru cetusan Nadiem Makarim itu, Ia sempat kebingungan.
Penyebabnya Puji belum pernah bertatatap muka dengan para muridnya.
Komunikasi yang dijalankan saat itu lewat hanya handphone. Itu pun tidak bisa terhubung dengan semua siswa, sebab tidak semua wali murid memiliki alat komunikasi tersebut. Lagi pula kalau pun bisa tersambung sering tiba-tiba terputus karena sinyal lemah.
Di tengah kegagapannya itu, Ia pun meminta saran ke Dinas Pendidikan setempat.
Ia kemudian dianjurkan melakukan asesmen agar mengetahui kemampuan masing-masing anak didiknya. Puji pun keliling ke satu-persatu rumah siswa.
Pekerjaan Puji tak mudah. Rumah siswa banyak yang akses jalannya masih makadam. Tidak mulus seperti jalan-jalan di Pulau Jawa.
Nah, dari situlah Puji mengetahui ternyata sebagaian besar siswanya belum bisa membaca.
"Saya kemudian kepikiran membagi 2 kelompok siswa. Kelompok pertama anak-anak yang sudah lancar membaca, sedangkan kelompok dua anak-anak yang baru mengenal huruf," kata Puji.
Ada dua treatment yang dilakukan Puji untuk memainkan peran sebagai pendidik di dua kelompok siswa itu. Masing-masing kelompok dibuatkan Lembar Aktivitas Siswa (LAS).
Bagi yang sudah bisa membaca diberi lembar soal-soal pertanyaan. Ini untuk menggali kemampuan murid memahami arti tulisan.
Sedangkan, murid yang masih baru mengenal huruf diberi buku yang banyak gambar-gambar lucu. "Saya rutin melakukan itu. Hari Senin membagi LAS, Sabtu saya evaluasi. Lalu juga memberikan materi-materi baru," ujar Puji.
Perjuangan Puji tak sia-sia. Jika pada Juli 2020, dari 21 siswa baru terdapat 86 persen siswa yang hanya mengenal huruf, jumlah itu berkurang menjadi 29 persen hanya dalam 5 bulan. Begitu pula pada level membaca pemahaman.
Pada Juli 2020 hanya 10 persen yang mampu paham membaca, maka jumlah itu meningkat menjadi 24 persen pada November 2020.
"Akhirnya LAS ini diterapkan di semua jenjang di sekolah saya," jelas Puji
Pengalaman lain diceritakan Siti Saudah, Kepala SD Inpers Langira, Kabupaten Sumba Timur. Letak sekolah SD Inpres Langira ada di pedalaman. Sangat jauh dari kota. Kurang lebih 85 kilometer dari Waingapu.
Gedung sekolah berada di atas bukit. Akses jalan menuju ke sekolah tersebut sangat menantang curam dan licin.
Sementara murid-muridnya sebagian besar anak-anak petani yang datang ke sekolah bertelanjang kaki.
Mereka berjalan selama satu jam atau lebih, mendaki bukit-bukit yang tandus dari kampung mereka nun di kaki bukit.
"Jadi kami sangat bersyukur kalau ada siswa datang memakai seragam," ujar Siti.
Perempuan asal Pemalang, Jawa Tengah ini meskipun menjabat pimpinan di sekolah ternyata bukan pejabat sekolah yang acuh terhadap murid. Ia selalu resah apabila ada murid yang dicap 'bodoh'.
Keresahannya itu menjadikan landasannya untuk telaten mendorong murid-murid agar menguasai mata pelajaran.
Guru yang satu ini memegang teguh prinsip Jawa; pelan-pelan asal kelakon. Berbekal pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pelatihan INOVASI, Ia punya strategi apabila menghadapi murid yang kesulitan memahami pelajaran.
Pertama yang dilakukan mendatangi rumah siswa. Lalu memahami latar belakang wali murid siswa.
Satu contoh murid yang pernah didampingi ialah Enta. Enta adalah siswa yang tergolong disleksia alias anak yang sulit membaca.
Sampai-sampai, murid yang sekarang kelas IV ini sempat dulu saat masih kelas II sempat tidak naik kelas.
Siti memandang Enta gagap membaca karena cara guru yang mengajari kurang tepat. Siti pun bertekad untuk setiap hari berkunjung ke rumah Enta untuk mengajari membaca.
Teknik yang digunakan tidak muluk-muluk, satu hari Enta hanya diminta mengenal 5 huruf saja.
"Hasilnya, dalam kurun waktu dua bulan Enta bulan Enta bisa baca buku sampai 30 halaman," ujarnya
Di kesempatan itu, Endah Imawati Redaktur Harian Surya turut menjadi narasumber.
Ia membagi tips tentang ilmu menulis kepada para peserta yang notabenenya penggiat literasi itu. Endah mengaku kagum mendengar cerita para guru-guru inspiratif.
Ia mengajak para pendidik dari sekolah pedalaman itu rajin-rajin menulis pengalamannya.
Kalau bisa tulisan tersebut dikirim ke portal-portal berita, atau minimal diposting di media sosial.
Harapannya supaya semakin banyak fasilitator literasi yang tergerak kreatif membimbing anak didik di daerah masing-masing.
“Teruslah berkarya dan abaikan semua tantangan, maka semua tantangan itu akan gugur dan kita mampu mencapai prestasi,” ajaknya membangkitkan semangat peserta.
BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA
| Berita Surabaya Hari Ini: Peluncuran Koperasi Digital, Jadwal Commuter Line yang Baru |
|
|---|
| Berita Surabaya Hari Ini: Golkar Buat Lomba Cipta Oleh-oleh, Investasi Mulai Naik, Prestasi Pelajar |
|
|---|
| 8 Landmark dan Ikon Budaya Kota Surabaya, Daya Tarik Wisata Ibu Kota Jawa Timur |
|
|---|
| Rute dan Lokasi Parkir Parade Surabaya Vaganza, Hari Ini 25 Mei 2025 Mulai Pukul 13.00 WIB |
|
|---|
| Patuhi Larangan Wisuda SMA/SMK di Jatim, Ini Cara Sederhana SMAN 2 Surabaya Rayakan Kelulusan Siswa |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/Siti-Saudah.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.