Berita Tulungagung

Warga di Sendang Tulungagung Berhasil Ubah Limbah Susu Jadi Komposer Pupuk Organik

Limbah susu dari air bilasan wadah susu milik peternak, berhasil diubah warga Tulungagung menjadi komposer yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah.

Penulis: David Yohanes | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/David Yohanes
Komposer pupuk organik buatan Slamet Wahyudi, diencerkan untuk diaplikasikan pada penanaman pohon. 

SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Limbah susu dari air bilasan wadah susu milik peternak menjadi masalah lingkungan di sentra sapi perah Desa Nyawangan, Kecamatan sendang, Kabupaten Tulungagung.

Namun, Slamet Wahyudi (42) berhasil mengubah limbah tersebut menjadi komposer yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah.

Dengan temuannya ini, kotoran sapi yang masih baru, hanya butuh 15 menit untuk menjadi pupuk cair yang siap digunakan tanpa bau busuk.

Slamet berkisah, dirinya terbebani dengan limbah susu yang sudah puluhan tahun mencemari sungai di wilayahnya.

Limbah organik tersebut, menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengundang lalat.

"Saya terbebani, karena semakin hari limbahnya semakin pekat. Sejak 1981 belum ada solusi untuk limbah susu," ujar Slamet, saat ditemui SURYA.CO.ID di pameran Hari Lingkungan Hidup di Desa Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru, Sabtu (10/6/2023).

Dengan bahan utama tetes tebu dan probiotik, pada tahap awal komposer buatan Slamet butuh waktu 7 hari untuk mengurai kotoran sapi.

Waktu ini, dinilai terlalu lama sehingga membutuhkan penampungan yang banyak.

Pada pengembangan berikutnya, Slamet berhasil menurunkan waktu menjadi 24 jam.

Itu pun masih dianggap kurang efektif dalam proses penguraian dan banyak memicu ledakan pada wadah penampungnya.

Lewat percobaan terus menerus, akhirnya Slamet menemukan komposisi komposer yang mampu mengurai kotoran hanya dalam waktu 15 menit saja.

Ramuan ajaibnya ini sudah diuji coba sejak 6 bulan lalu, dan sudah banyak mendatangkan hasil.

"Sekarang setiap hari warga antre mengambil komposer dari saya, karena mereka sudah tahu manfaatnya untuk menyuburkan tanah," sambungnya.

Setiap hari, Slamet mengambil limbah dari empat pos susu dengan kapasitas 50 galon air mineral.

Limbah ini lalu difermentasi selama 7 hari dan siap digunakan.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved