Pemilu 2024

Wawancara Eksklusif Crazy Rich Surabaya Tom Liwafa yang Nyaleg DPR RI

Sosok Crazy Rich Surabaya Tom Liwafa akan mencoba peruntungan di Pemilu 2024 untuk kursi DPR RI dan berangkat dari Partai Amanat Nasional (PAN).

YouTube SURYA.co.id
Sosok Crazy Rich Surabaya Tom Liwafa akan mencoba peruntungan di Pemilu 2024 untuk kursi DPR RI dan berangkat dari Partai Amanat Nasional (PAN). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Sosok Crazy Rich Surabaya Tom Liwafa akan mencoba peruntungan di Pemilu 2024 untuk kursi DPR RI dan berangkat dari Partai Amanat Nasional (PAN).

Sekalipun baru terjun di politik, pengusaha sukses kelahiran 1991 itu akan maju di dapil Jatim 1 yang dikenal sebagai dapil neraka.

Tom mengaku sudah memiliki sejumlah modal sosial untuk bisa terjun di kontestasi mendatang.

Terlebih dia mengungkapkan akan berfokus pada pengembangan pelaku UMKM seperti yang sudah digarap selama ini.

"Saya selama ini konsennya di bidang UMKM. Selalu itu yang saya angkat," katanya dalam serial wawancara eksklusif yang dipandu oleh News Manager Harian Surya TribunJatim Network, Iksan Fauzi, Senin (29/5/2023).

Selain itu, Tom sudah mulai merancang akan seperti apa nanti di masa kampanye mendatang.

Dia pun mengatakan tak ambil pusing meskipun turun di dapil Jatim 1.

Dalam kontestasi politik, dapil ini dikenal sarat persaingan ketat antar caleg.

Lantas bagaimana strategi Tom termasuk bagaimana pandangannya tentang anak muda yang kerap diasumsikan apatis terhadap politik.

- Apa yang menjadi alasan anda akhirnya terjun ke politik?

+ Jadi saya dari dulu memang suka tantangan. Artinya kita tidak hanya sekedar menantang sesuatu tapi kita juga harus landasi dengan ilmu pengetahuan baik akademis maupun praktis. Ketika berbicara tentang sektor pendidikan, saya juga suka sekolah. Sampai saat ini saya S3. Dan kemudian saya juga menggeluti beberapa bisnis di sektor UMKM. Sekarang saya lagi bikin festival. Sebelumnya juga sudah melaksanakan di Jatim Expo. Seminggu lagi kita akan bikin acara 2500 penonton, kita juga akan beri booth UMKM untuk Jawa Timur. Untuk sektor sendiri kita ada fashion di Deliwafa, dan lain-lain. Semua berhubungan dengan UMKM. Artinya, ketika saya kampanye dan lain-lain ya pasti apa yang sudah saya kerjakan. Bukan apa yang akan saya kerjakan.

- Apakah strategi anda nantinya? termasuk bagaimana pandangan tentang money politics.

+ Kita tidak bisa pungkiri, memang ada beberapa orang yang mengunakan itu. Kita tidak bisa munafik. Cuma saya pikir sekarang mayoritas 58 persen adalah pemilih millenial. Kalau millenial sebetulnya dengan sogokan tidak akan ngefek. Jadi kalau sekarang saya pastikan, lebih baik bikin pergerakan yang bagus kemudian di dokumentasikan dengan viral dari pada bermain dengan money politics. Artinya money politics itu bukan yang gimana-gimana. Pasti kan nanti menjelang Pemilu perlu adanya logistik, berbagi, pasang baliho dan sebagainya. Artinya, itu sudah saya lakukan sejak sebelum Pemilu. Sudah lama. Rekam jejak kan ada. Dari tahun 2016 saya rutin Jumat Berkah, beras gratis, minyak goreng gratis. Kayaknya ini sesuatu yang gak usah saya pelajari lagi. Saya sudah melakukan itu sejak lama.

- Kembali ke pertanyaan tadi. Mengapa anda akhirnya terjun ke politik?

Politik ini kalau secara pribadi, terlebih DPR RI, karena disitu ada fungsi legislasi, fungsi penganggaran dan fungsi pengawasan. Tentu misalnya nanti saya di DPR RI akan konsen tentang perekonomian dan UMKM. Itu ada di komisi VI. Juga ada di Komisi I bidang cyber.

Kebetulan kompetensi saya disitu jadi ya kalau nanti kepilih kurang lebihnya ya disitu. Sesuai sama apa yang saya lakukan. Jadi seandainya nanti ada reses, aspirasi dan lain sebagainya agar tepat sasaran. Karena kita sudah mengetahui dimana letak sebenarnya yang perlu diperbaharui.

- Apa yang menurut anda perlu dibenahi?

+ Tentunya sektor perdagangan saat ini. Kementerian perdagangan sudah melakukan sesuatu yang baik. Tapi tidak teramplifikasi dengan baik di daerah. Berapa banyak acara yang digelar oleh provinsi/kabupaten/kota yang menurut saya kurang tepat sasaran.

Jadi artinya, mohon maaf, anggarannya berapa yang nonton berapa, omzet UMKMnya berapa itu bisa diukur. Kadang kurang melek terkait millenial. Jadi misalnya kayak pameran, handicraft tentang batik dan sebagainya. Tidak ada yang salah dengan itu. Cuma terkadang kurang pas.

Karena begini traffic ini harus dibangun dengan cara apa, misalnya musik atau stand up komedian dan sebagainya. Baru ketika traffic dibangun, itu nanti akan dikonversi terus kemudian jadi pendapatan di setiap tenant-tenantnya.

Lah, sekarang mohon maaf. Acara itu yang datang cuma 300 orang. Itu pun pegawainya sendiri. Terus kemudian UMKM disuruh untuk laku. Terus gimana caranya. Karena ternyata rata-rata juga kurang melek dengan medsos dan dunia digital.

- Anak muda banyak yang apolitis. Bagaimana anda bisa meyakinkan pemilih ini untuk mereka terlibat dalam pemilu terutama memilih anda?

+ Jadi gini mereka merasa siapapun pemimpinnya itu akan tetap sama. Tidak ada perubahan. Waktu itu, kebetulan Presiden kita Bapak Joko Widodo. Dan memang harus saya akui, bahwa saya memilih beliau. Karena beliau penggemar metal. Terus kita anak muda merasa ada kesamaan. Insyaallah anak muda ini bisa digerakkan, ketika dia melihat ada sosok yang bisa mewakili apa yang sedang dia kerjakan. Tidak usah orang lain, saya dulu juga males liat partai males. Saya pikir ngapain. Saat itu saya jarang nyoblos partai. Yang saya coblos adalah sosok.

Tapi kita tahu bahwa di DPR RI itu tidak bisa maju sendiri tanpa partai. Nah apa yang membuat saya masuk ke partai itu, ya tentu karena kesamaan visi misinya.

- Kenapa anda memilih PAN, bisa anda ceritakan?

+ Sekarang pemimpinnya kementerian perdagangan. Coba kita pilih, misalnya saya katakanlah pertahanan. Apakah Pak Prabowo jelek, tidak. Pak Prabowo bagus. Apakah Pak Airlangga Hartarto jelek, tidak. Bagus juga. Cuma sektor yang sesuai itu dan dari background keluarga itu dari dulu itu di PAN. Akhirnya kita mengikuti. Cuma dulu kakek saya bukan politisi, kader biasa. Cuma ikut-ikutan lah.

- Seberapa yakin anda terjun di dapil neraka dan berhasil meraih suara?

+ Orang kalau sudah baik sih kayaknya gak masuk neraka, insyaallah. Jadi kan neraka ini sudut pandang. Sudut pandangnya kalau mengandalkan money politics dan lain-lain ya neraka lah. Cuma kalau kita berlaku baik ya saya pikir gak ada dapil neraka. Saya tidak pernah beri statement saya di dapil neraka. Santai aja. Semua dapil sama saja. Saya dari kuliah pertama kali sampai saat ini ya semua Surabaya. Saya pikir orang Surabaya keras, gak juga, santai. Saya kan turun lapangan juga, bikin acara. Jadi santai saja. Wong Suroboyo asyik-asyik lah.

- Menurut anda, bagaimana nantinya persaingan dengan para caleg di dapil ini?

+ Kita tidak usah fokus pada orang lain. Fokus sama diri sendiri saja. Fokus sama orang lain justru malah membuat karakter kita berubah. Artinya kalau sekarang ini mempunyai pola pikir sendiri. Kayak sekarang saya kan kampanye rata-rata lewat digital. Kalau ada baliho foto saya, saya pastikan bukan saya yang pasang. Saya lebih memanfaatkan lewat digital. Karena kalau kita lihat di negara-negara besar misalnya Jepang, Amerika segala macem, sepertinya efek dari baliho dan sebagainya tidak terlalu gimana. Apalagi di Surabaya, gak boleh masang baliho sembarangan. Gak boleh di pohon, dan saya mendukung itu untuk melestarikan lingkungan hijau itu lebih penting. Makanya saya pribadi juga kalau kampanye ya digital lah.

- Seberapa yakin efektivitas kampanye digital?

+ Kira-kira kita sehari lihat handphone berapa kali dan lihat baliho berapa kali.

- Bagaimana ceritanya anda bisa masuk PAN?

+ Jadi kebetulan saya ada temen. Waktu itu kita keliling ke semua kementerian. Jadi saya ketemu Pak Luhut, Pak Mahfud MD, Pak Airlangga Hartarto dan juga Pak Zulkifli Hasan dan sebagainya. Jadi, saya menemui mereka waktu itu bikin acara batik. Kita menemukan sebuah chemistry kepada beliau-beliau.

Dimana saat itu saya lihat Pak Zulhas, mungkin moodnya juga bagus. Saya dipeluk Pak Zulhas. Tanya mau jadi caleg. Saya bilang ya menurut Pak Zul gimana. Pak Zul kan pasti sudah diinfo Asprinya tentang saya. Pak Zul yakin tidak sama saya. Terus ditanya kalau kamu sendiri gimana, ya saya jawab yakin kalau saya yakin bisa menang. Asalkan Partai juga aktif. Terus dijawab kalau katanya mau bikin pergerakan dan segala macem.

Besoknya saya diajak ketemu kembali di Jakarta. Saya ini belum berKTA. Waktu itu masuk di ruang rapat beliau. Kejadian tahun ini. Jadi saya masuk partai baru. Saya saat itu diberi paparan berbagai rencana kegiatan. Saya merasa terpanggil. Terus juga menyampaikan rencana kegiatan UMKM, saya merasa chemistrynya dekat banget. Saya bilang Ketum, kalau ada kecocokan. Sesingkat itu.

- Apa mungkin karena anda sudah dikenal sebagai public figur kemudian membuat partai ingin merekrut anda?

+ Karena kalau kita lihat PAN juga banyak public figurnya juga. Jadi mungkin lebih releateble bagi beliaunya. Tapi tetap difilter juga. Jadi tidak semuanya dimasuk-masukin juga.

- Mungkin karena PAN dulu dikenal sebagai partai artis nasional?

+ Ya memang banyak sampai sekarang. Tidak ada masalah. Saya pikir temen-temen PAN bukan orang baperan. Jadi plesetannya, ada partai anak ngaji, partai artis nasional, partai anak nahdliyin. Ya tidak ada masalah. Semua partai juga ada plesetannya. Itu hal-hal yang biasa, guyonan politik.

- Respon keluarga sendiri gimana awalnya ketika anda masuk ke politik, bagaimana cara anda meyakinkan?

+ Ya pasti awalnya tidak merestui. Orang tua juga sempat gitu. Kan kalau orang kalah dalam pemilihan itu ada yang sampai masuk rumah sakit jiwa. Jadi gini, dalam politik dan dalam menjalankan diri tentu butuh logistik itu fakta. Logistik itu pasti. Misalnya pasar murah, menebus minyak goreng dengan harga murah, menebus beras dengan harga murah. Tapi kan itu sudah saya lakukan sejak 2016. Artinya bukan sesuatu yang berat. Kalau kita tahu ada namanya faktor keterkenalan di sosial media yang positif. Ini membangunnya kan tidak murah. Insyaallah saya tidak memulai dari nol ketika saya berpartai. Cukup panjang juga. Membangun sosial media ini sudah saya lakukan bertahun-tahun. Dari tahun 2018 saya membangunnya secara ekstrem sampai sekarang jutaan followers. Itu berat juga bangun sama istri. Kita sudah delapan juta followers mungkin kalau dikumpulkan sama istri.

- Itu jadi salah satu aset untuk kampanye nantinya?

+ Kalau bahasa kasarnya mungkin senjata. Senjatanya sosial media.

- Apa pesan anda untuk anak muda agar tidak alergi politik dan mau datang ke TPS di Pemilu 2024?

+ Sebenarnya alergi itu karena mereka sebelumnya belum pernah terjun disitu. Mereka akan sadar ketika mereka akan menemukan kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan hati nurani mereka. Itulah yang kemudian akan membuat mereka paham, bahwa di politik itu tidak melulu tentang kekuasaan. Politik itu tentang bagaimana mengatur sebuah negara agar baik dan benar sesuai dengan harapan mereka masing-masing.

Jadi tentunya yang tahu masalah perpolitikan itu ya orang-orang yang sudah terjun di politik atau orang yang mendalami perpolitikan. Di dalam perpolitikan tersebut, kalau diisi oleh orang-orang yang tidak sesuai dengan hati nurani mereka, bagaimana kemudian aspirasi mereka bisa tersampaikan. Makanya setiap saya kampanye tidak pernah misalnya berhubungan dengan hukum, kampanye berhubungan dengan agama. Meskipun saya dulu juga di madrasah, saya juga magister hukum.

Tapi saya selama ini konsennya di bidang UMKM. Selalu itu yang saya angkat. Karena saya mau menajamkan itu. Artinya, kalau dibilang tokoh politik UMKM di Jawa Timur, mungkin kalau disurvei insyaallah saya masuk lah. Karena memang saya senang disitu, saya mendalami bidang UMKM. Mempekerjakan ribuan UMKM, saya membuat puluhan ribu orang datang ke acara UMKM. Jadi kalau saya disuruh milih pasti dibidang UMKM.

Untuk kemudian kita dipimpin oleh orang di Komisi VI yang tidak paham tentang UMKM, ini kan kacau. Kebijakan nanti tidak sesuai dengan sekarang, tidak diadaptasikan.

- Apa yang kurang dari kebijakan soal UMKM?

+ Banyak. Kita mempunyai fasilitas dalam negara itu untuk mempromosikan produk UMKM di luar negeri. Apakah sudah dilakukan oleh Kemenparekraf dan Kemendag?, sudah. Tapi kan ada beberapa hal yang sebenarnya belum dilakukan. Karena berhubungan dengan episentrum yang ada di Jakarta. Episentrum yang ada di Surabaya seperti apa. Coba sekarang produk clothing di Surabaya atau Jawa Timur apa yang terkenal. Kenapa karena ruang geraknya kurang. Tereksposnya kurang sekali. Jadi artinya Jawa Timur ini UMKM masih jago kandang. Potensinya besar tapi masih jago kandang. Begitu ditaruh di Jakarta, collapse.

Indonesia harusnya punya peluang yang lebih besar ketika kita bandingkan Shanghai dan Beijing. Nah, inilah yang kemudian Surabaya patut diekspos. Dan siapa yang bisa mengekspos ya pasti adalah dewan perwakilan rakyat. Jadi tugas legislatif. Misal tugas eksekutif, walikota atau gubernur itu lebih luas. Legislatif bisa lebih fokus. Mas Eri dan Bu Khofifah itu ngurusi semua kedinasan. Apakah mereka tidak menggarap UMKM, ya garap. Tapi harus ada DPR yang fokus terhadap UMKM juga.

- Beberapa waktu lalu, anda sempat disinggung-singgung dalam konsorsium 303. Apakah ini akan mengganggu, walaupun anda sudah klarifikasi. Apakah ini bisa mengganggu proses pencalegan?

+ Saya percaya semua akan menjawab. Sekarang yang terjebak di kasus itu, semuanya ditangkap. Seratus persen. Semua masuk, seratus lebih orang dipenjara. Artinya, jika saya sekarang disini ya berarti kan. Apakah polisi tidak menggeledah saya secara ibaratnya mengintip saya di PPATK. Apakah kemudian Polda Jatim tidak melihat saya secara cyber. Pasti sudah. Tapi kenapa tidak dilakukan proses Lidik, karena proses lidiknya tidak memenuhi. Unsurnya tidak ada. Indonesia punya alat digital itu luar biasa. Artinya ketika tidak ditemukan dalam Lidik, ya tidak mungkin dilidik. Itu kan hoax.

- Target suara anda nanti berapa di dapil Jatim 1?

+ Kemarin sempat ada yang tanya. Ngapain saya promo, kampanye padahal sudah ada 2 juta followers. Setengah followersnya itu kan Surabaya artinya 1 juta. Sepuluh persennya kan 100 ribu, katanya ngapain masih turun-turun. Kita harus membedakan antara popularitas dengan elektabilitas. Jadi memang tentu tidak bisa seperti itu mengkonversinya. Karena manusia itu juga perlu adanya sentuhan fisik. Perlu bertemu, menyapa, merangkul, membaur dan mencium keringat mereka. Artinya, kita paham apa yang terjadi di lapangan itu tidak sama dengan apa yang terjadi di sosial media. Artinya turun itu bukan masalah apa, tapi kita tahu apa yang diinginkan masyarakat. Tahu apa yang menjadi keluhan masyarakat. Sehingga nanti bisa direalisasikan ketika nanti menjadi anggota dewan.

BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved