Ibadah Haji 2023

Kisah Mbah Soleh, CJH Tuna Netra Asal Magetan yang Berjuang Naik Haji Bareng Istrinya

Petugas Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya siap mendampingi Mbah Soleh selama pelaksanaan ritual haji.

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Titis Jati Permata
Foto Istimewa Humas PPIH Embarkasi Surabaya
Mohammad Soleh (77) bersama istrinya Mbak Patmi 

Keluarga pun mendukung niat mulia sang kakek. Kebetulan Mbah Soleh punya celengan tanah, meski tidak luas.

Begitu pada 2011, anak-anaknya sudah selesai kuliah, kakek tersebut memutuskan daftar haji. Sebagian bidang tanahnya pun dijual untuk mendaftar.

Padahal tanah itu termasuk yang sudah disiapkan untuk biaya kuliah anak-anaknya. Namun saat anaknya lulus kuliah ternyata tidak sampai menjual aset tanah miliknya.

"Tanah sudah terjual, tetapi karena uang yang diperoleh masih belum cukup untuk bisa daftar haji berdua dengan istri saya, maka kami juga meminjam dana talangan haji untuk menutup kekurangannya," kata Soleh.

Awal Tuna Netra

Mbah Soleh terus berjalan didampijgi istrinya, Mbah Putinah. Mereka tak henti-hentinya berucap syukur.

Meski hanya petani biasa, namun keduanya bisa menunaikan ibadah haji bersama.
Mbah Soleh tidak pernah menyangka akan dapat jatah naik haji tahun ini.

Apalagi sudah 46 tahun lalu, kakek tersebut menderita tuna netra atau tidak bisa melihat.

Namun takdir tidak bisa siapa pun mencegah. Mbah Soleh yang buta dipanggil dan berhak mengisi kuota jemaah haji 2023.

Mbah Soleh mengaku bahwa insiden meledaknya bateri itu yang merenggut penglihatannya untuk selama-lamanya.

Saat itu sekitar 1977 atau 46 tahun lalu, kakek itu berinisiatif memperbaiki accu rusak.

"Saya coba dengan menempelkan bola lampu, mungkin ada kabelnya yang salah. Tiba-tiba meledak kena dua mata saya. Kedua mata saya rusak parah hingga sampai saat ini saya tidak bisa melihat lagi," kenangnya sedih.

Setelah mendapat musibah matanya cacat, Mbah Soleh yang sebelumnya bekerja sebagai petani tidak bisa bekerja lagi.

Sang istripun, Mbah Putinah mau tidak mau saat itu harus menjadi tulang punggung untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarga.

"Saya bekerja serabutan seadanya mulai dari bertani hingga buruh pabrik tebu. Pokok ada pekerjaan halal saya mau yang penting dapat uang untuk biaya kebutuhan," tutur Putinah terkenang.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved