Berita Surabaya

Kejadian Bayi Meninggal Mendadak di Gresik, Begini Penjelasan dari Dokter Kesehatan Anak Unair

Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) ungkap pemicu bayi meninggal mendadak, berikut penjelasannya

Penulis: Zainal Arif | Editor: Cak Sur
Istimewa/Dokumen Pribadi
Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya (Unair), Neurinda Permata Kusumastuti dr SpA(K) 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Beberapa waktu lalu warganet sempat dihebohkan dengan kabar bayi meninggal mendadak di Gresik, Jawa Timur.

Diduga, bayi tersebut meninggal karena kaget mendengar kerasnya suara ledakan petasan hingga mengalami kejang dan sesak napas.

Menanggapi hal tersebut, Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Neurinda Permata Kusumastuti dr SpA(K) turut angkat bicara.

Ia mengatakan, bunyi petasan yang memiliki frekuensi tinggi dapat mengganggu pendengaran bayi.

Kendati begitu, kejadian bayi meninggal akibat mendengar suara ledakan petasan, merupakan suatu kondisi yang diakui Neurinda belum pernah ia temui.

“Bunyi petasan itu memang mengganggu ya, karena dia memiliki frekuensinya yang tinggi. Mungkin kalau mengganggu telinga bisa saja, tapi kalau sampai menyebabkan meninggal, saya belum pernah menemui dan membaca kasus semacam itu sebelumnya,” tuturnya kepada SURYA.CO.ID, Jumat (12/5/2023).

Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

Neurinda menjelaskan, kemungkinan bayi meninggal secara mendadak bisa terjadi karena sudden infant death syndrome (SIDS).

SIDS merupakan suatu kondisi di mana bayi meninggal secara tiba-tiba, khususnya saat sedang tidur. Meski begitu, kejadian bayi meninggal mendadak dalam kondisi sadar juga mungkin saja terjadi.

“Yang bisa menyebabkan bayi meninggal mendadak itu salah satunya sudden infant death syndrome (SIDS), yaitu kondisi bayi yang mendadak meninggal saat bayi itu sedang tertidur. Tapi bisa juga sebenarnya bayi itu meninggal pada saat tidak sedang tidur, tetapi sebagian besar orang tua menemukan bayi itu meninggal pada saat bayi itu sedang tidur,” ungkap Neurinda.

Hal itu, sambungnya, terjadi karena beberapa faktor pemicu, misalnya saja posisi tidur bayi. Ketika bayi tertidur dengan posisi tengkurap dan wajahnya tertutup sehingga sulit bernapas, maka hal tersebut memungkinkan untuk terjadi SIDS.

Di samping itu, kondisi bawaan bayi juga bisa memicu terjadinya SIDS. Bayi yang memiliki berat badan cenderung tidak normal akan lebih rentan mengalami gangguan kesehatan. Misalnya, saat cuaca dingin, bayi dengan kondisi prematur akan lebih mudah mengalami penurunan suhu tubuh yang bisa berdampak pada henti jantung secara mendadak.

“Atau misalnya kondisi bayi prematur. Walaupun dia sudah berusia di atas satu bulan, tetapi karena berat badannya yang kecil, dia kalau terkena cuaca yang dingin bisa dengan mudah mengalami penurunan suhu. Akibat fatalnya adalah jantung berhenti secara mendadak,” jelas Neurinda.

“Tapi sebenarnya itu pun jarang terjadi. Memang ada pada beberapa anak yang memiliki gangguan irama jantung sejak lahir, tapi itu sangat jarang sekali terjadi,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Neurinda memberikan beberapa penjelasan untuk mengantisipasi dan mencegah kemungkinan terjadinya SIDS pada bayi. Ia menyebut, bayi perlu berada dalam kondisi lingkungan yang baik dan seimbang. Orang tua perlu memperhatikan intensitas keramaian lingkungan sekitar bayi.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved