KKB Papua

MUNCUL Usai KKB Papua Serang Prajurit TNI, Pilot Susi Air Justru Sudutkan Indonesia, Simpatisan KKB?

Pilot Susi Air Kapten Philip Mark Mehrtens membuat kabar yang menyudutkan pemerintah Indonesia. Benarkah dia simpatisan KKB Papua?

Editor: Musahadah
KOLASE IST
Pilot Susi Air yang masih disandera KKB Papua dipimpin oleh Egianus Kogoya. Terbaru Pilot Susi Air justru menuding pemerintah Indonesia melancarkan bom ke daerah konflik. Benarkah dia simpatisan KKB Papua? 

"Terkait cara perekrutan yang dilakukan dengan mengintimidasi warga dan tidak memperbolehkan anak-anak bersekolah, bahkan justru dipaksa untuk bergabung dengan gerombolan KKB," ujarnya lagi.

Sebelumnya, KKB Papua menyerang prajurit TNI yang akan membebaskan Pilot Susi Air.

Empat prajurit TNI gugur dalam insiden tersebut. 

Kapten Philip Simpatisan KKB Papua? 

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono memberi perintah tegas ke prajurit TNI seusai diserang KKB Papua saat mau menyelamatkan Pilot Susi Air.
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono memberi perintah tegas ke prajurit TNI seusai diserang KKB Papua saat mau menyelamatkan Pilot Susi Air. (kolase tribun papua/istimewa)

Di bagian lain, Pengamat Isu-isu Strategis dan Global Prof Imron Cotan menyebut pilot susi air Philip Mehrtens bisa saja mulai bersimpati dengan KKB Papua yang menyanderanya.

Menurut Imron, hal ini disebabkan karena terlalu lama penyanderaan.

Imron juga menilai tuntutan KKB Papua yang ingin menukar kebebasan sanderanya dengan kemerdekaan Papua, adalah tuntutan di luar nalar. 

Bila tuntutan semacam ini dipenuhi, maka akan muncul banyak negara merdeka baru sebagai buah dari tindak penyanderaan.

"Tidak mungkin pemerintah Indonesia, sebagai negara besar dan berdaulat menuruti tuntutan semacam itu," ujar Prof Imron dalam Webinar Moya Institute bertajuk "Penyanderaan Pilot Susi Air: Tindakan Terorisme?".

Seperti dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel 'Tuntutan Penyandera Pilot Susi Air yang Ingin Menukar dengan Kemerdekaan Papua di Luar Nalar'.

Prof Imron menjelaskan, jika sandera terlalu lama disandera akan ada empati dan simpati dari tersandera kepada KKB Papua.

"Saya tidak heran, itu ada teorinya bernama Oslo Syndrom yang dikembangkan antara lain oleh Kenneth Levin yang menyebutkan kalau seseorang disandera, lama kelamaan akan mencintai atau bersimpati kepada yang menyanderanya. Itu bisa saja terjadi," paparnya.

Faktor itulah, sambung dia, yang kemudian dilihat Panglima TNI sehingga membuat upaya untuk membebaskan bisa menjadi lebih complicated dan sulit karena yang bersangkutan sendiri sudah berempati, atau jatuh cinta tidak hanya kepada penyanderanya tapi kepada ideologi yang dianut para penyandera.

"Ini jadi sulit karena dia sendiri tidak mau direscue. Jadi, kalaupun itu terjadi, saya berharap dalam waktu dekat bisa berubah.

Karena jika dia bersimpati kepada gerakan separatisme, maka sesuai Pasal 13 A UU No.Tahun 2018, dia sudah terlibat dalam separatisme  sesuai bunyinya: siapapun yang melibatkan diri atau membantu gerakan separatisme bisa dipidana maksimal 5 tahun.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved