Kilas Balik

Bocah yang Sering Dorong Sepeda Soeharto Tumbuh Jadi Jenderal TNI, Ini Kisah Syaukat Banjaransari

Inilah kisah unik Syaukat Banjaransari, Bocah yang Sering Dorong Sepeda Soeharto Lalu Tumbuh Jadi Jenderal TNI.

Ist
Soeharto. Inilah kisah unik Syaukat Banjaransari, Bocah yang Sering Dorong Sepeda Soeharto Lalu Tumbuh Jadi Jenderal TNI. 

SURYA.co.id - Kisah unik dialami Syaukat Banjaransari, seorang purnawirawan jenderal TNI yang cukup terkenal di masanya.

Karier Syaukat Banjaransari terbilang cukup moncer dan pernah menduduki sejumlah jabatan penting di militer.

Namun, tak banyak yang tahu tentang kisah unik masa kecil Syaukat.

Syaukat kecil ternyata sering membantu Soeharto mendorong sepeda.

Melansir dari buku Pak Harto The Untold Stories, Soeharto yang saat itu masih berpangkat Letkol, sering meminta bantuan Syaukat kecil untuk mendorong sepeda.

Kebetulan Syaukat merupakan tetangga Soeharto yang saat itu tinggal di Jalan Merbabu, Yogyakarta.

Jika Soeharto berada di rumah nomor 2, Syaukat tepat di nomor 5.

Saat Syaukat masih berumur 12 tahun, dia tengah mengasah grip atau alat tulis di zaman dulu.

Tiba-tiba, Soeharto melintasi menggunakan sebuah sepeda.

Saat melintas dengan sepedanya, Soeharto melalui jalan menanjak.

Melihat Syaukat, dia lantas meminta tolong untuk membantu mendorong sepedanya.

"Ayo le surung, surung (ayo dorong nak, dorong)," ucap Soeharto

Syaukat tak berpikir lama dan langsung membantu mendorong sepeda yang dinaiki Soeharto.

Soeharto pun lantas berterima kasih, “Kesuwun, le” ucapnya.

Uniknya, kejadian tidak hanya berlaku sekali saja. Syaukat selalu datang membantu Soeharto bersama sepedanya untuk bisa naik ke ujung tanjakan.

Seiring waktu, Syaukat Banjaransari tumbuh dewasa.

Pasca lulus pendidikan menengah, dia memutuskan bergabung dengan militer dan masuk Akademi Militer Nasional (AMN).

Pada perjalanan kariernya di militer, Syaukat memiliki riwayat yang terbilang moncer.

Salah satunya adalah Sekretaris Militer Presiden (Sesmilpres).

Jabatan Sesmilpres didudukinya sekitar tahun 1989 hingga 1993.

Dia juga sempat menjadi Atase Pertahanan RI di India dan Sri Lanka.

Singkatnya, Syaukat yang telah menjadi Jenderal TNI bertemu kembali dengan Soeharto yang berstatus sebagai Presiden Indonesia.

Pernah keduanya mengenang kisah menarik kala mendorong sepeda.

"Oh, itu kamu to," ucap Soeharto kepada Syaukat yang menceritakan peristiwa mendorong sepeda di tanjakan di masa lalu.

"Iya, Pak. Sampai sekarang saya juga masih nyurung-nyurung (mendorong-dorong) Bapak," kata Syaukat Banjaransari sambil bercanda.

Try Sutrisno Pernah Dimarahi Pejabat Gara-gara Soeharto

1974, ketika Try Sutrisno masih menjadi ajudan Soeharto.

Di kisah lainnya, Mantan Panglima ABRI Try Sutrisno ternyata pernah dimarahi pejabat gara-gara Soeharto.

Saat itu tahun Suatu ketika, Soeharto tiba-tiba meminta Try untuk secepatnya menyiapkan mobil dan pengamanan seperlunya.

"Siapkan kendaraan, sangat terbatas. Alat radio dan pengamanan seperlunya saja dan tidak perlu memberitahu siapa pun," perintah Soeharto seperti tercantum dalam buku Soeharto: The Untold Story.

Blusukan rahasia itu berlangsung selama dua pekan.

Yang turut serta dalam blusukan itu hanya Try, Dan Paspampres Kolonel Munawar, Komandan Pengawal, satu ajudan, Dokter Mardjono, dan mekanik Pak Biyanto yang mengurus kendaraan.

Di luar rombongan ini, hanya Ketua G-I/S Intel Hankam Mayjen TNI Benny Moerdani yang mengetahuinya.

Seoharto kemudian berkeliling dengan pengamanan seadanya ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Pada saat itu, Indonesia memasuki tahap Pelita II.

Soeharto merasa harus turun langsung memantau pelaksanaan program-program pemerintah.

Dengan melakukan perjalanan rahasia seperti ini, Soeharto bisa melihat kondisi desa apa adanya dan mendapat masukan langsung dari masyarakat.

“Kami tidak pernah makan di restoran, menginap di rumah kepala desa atau rumah-rumah penduduk. Untuk urusan logistik, selain membawa beras dari Jakarta, Ibu Tien membekali sambal teri dan kering tempe. Benar-benar prihatin saat itu,” tutur Try.

Meski pejalanan itu berusaha ditutup rapat, kedatangan presiden ke suatu desa akhirnya bocor sampai ke telinga pejabat setempat.

Para pejabat daerah pun geger dan memarahi Try Sutrsino karena merasa tidak diberi kesempatan untuk menyambut presiden.

Try tidak bisa berbuat banyak karena perjalanan ini adalah kemauan Soeharto.

Try Sutrisno memulai karir militernya setelah menyelesaikan pendidikan di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD).

Try Sutrisno lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 15 November 1935.

Ayahnya, Subandi adalah seorang sopir ambulans, sedangkan ibunya, Mardiyah adalah seorang ibu rumah tangga.

Seperti dilansir dari Tribunnews Wiki dalam artikel 'Try Sutrisno'

Try Surtrisno menamatkan pendidikan dasar dan menengahnya di Surabaya. Setelah tamat dari SMP 2 Surabaya, ia kemudian melanjutkan ke SMA 2 Surabaya.

Pada usia 13 tahun, ketika Belanda kembali dan melakukan agresi militer, ia ingin bergabung dengan Batalyon Poncowati untuk ikut berperang.

Namun karena tidak ada yang menganggap keinginan Try serius, maka ia hanya dipekerjakan sebagai kurir.

Tugasnya adalah mencari informasi ke daerah-daerah yang diduduki oleh tentara Belanda serta mengambil obat untuk Angkatan Darat Indonesia. Hingga pada 1949, Belanda akhirnya dapat dipukul mundur.

Setelah sebelumnya harus pindah ke Mojokerto karena serangan Belanda itu, setelah mundurnya Belanda Try dan keluarganya akhirnya kembali ke Surabaya. Di sana Try melanjutkan sekolahnya dan berhasil tamat dari SMA di usianya yang ke-21.

Lulus dari SMA, Try Sutrisno kemudian melanjutkan Pendidikan ke Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad). Pendidikan militernya di Atekad selesai pada tahun 1959.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved