Berita Trenggalek

Gus Zaki Sampaikan Pentingnya 10 Hari Terakhir Ramadhan, Sampai Rasulullah Tak Sempat Pulang

Ada beberapa ibadah amaliyah yang dilakukan Rasulullah pada 10 hari terakhir Ramadhan tersebut. Yang pertama adalah qiyamullail

surya/sofyan arif candra sakti
Pengasuh Ponpes Al-Falah Kedunglurah, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek, Muhammad Izuddin Zakki. 

SURYA.CO.ID, TRENGGALEK - Bulan suci Ramadhan merupakan bulan mulia yang penuh berkah dan ampunan. Tetapi umat Islam juga kembali diingatkan kemuliaan 10 hari terakhir Ramadhan yang menjadi waktu tepat untuk semakin meningkatkan kualitas ibadahnya.

Seperti dikisahkan Aisyah RA, Rasullullah Muhammad SAW sampai tidak pulang ke rumahnya dan menghabiskan waktu di masjid selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan tersebut.

Pengasuh Ponpes Al-Falah Kedunglurah, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek, Muhammad Izuddin Zakki mengatakan, selama 10 hari terakhir tersebut Rasulullah lebih bersungguh-sungguh menjalankan ibadahnya melebihi hari-hari dan malam-malam lainnya.

Ada beberapa ibadah amaliyah yang dilakukan Rasulullah pada 10 hari terakhir Ramadhan tersebut. Yang pertama adalah qiyamullail atau ibadah di malam hari. "Kalau sebelumnya tidak melaksanakan (qiyamullail) maka pada 10 terakhir ini (mari) sungguh-sungguh untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah swt," kata Gus Zaki, sapaan akrab Muhammad Izuddin Zakki, Minggu (9/4/2023).

Menurut para ulama, lanjut Gus Zaki, shalat tarawih juga termasuk qiyamullail karena dilakukan pada malam hari setelah shalat Isyak berjamaah. Namun akan lebih baik jika shalat malam lagi pada sepertiga malam terakhir sembari bermunajat kepada Allah SWT.

"Rasulullah juga memperbanyak sedekah pada 10 hari terakhir, kalau di (budaya) kita ada 'maleman' dengan membawa makanan ke masjid pada 10 hari terakhir malam-malam ganjil. Iu bentuk amaliyah dalam menyambut malam Lailatul Qadar," lanjutnya.

Ketua GP Ansor Trenggalek ini juga menjelaskan bahwa sedekah tidak ada batasannya, boleh dilaksanakan kapanpun dan dalam bentuk apapun. "Dalam bentuk buka puasa bersama, bagi takjil, memberikan sembako dan lainnya, waktunya bisa malam hari atau siang hari, kapan saja," ucap Gus Zaki.

Berbeda halnya dengan zakat fitrah yang memang ada waktu yang paling diutamakan yaitu pada malam hari raya Idul Fitri. Nmun jika ingin melaksanakan 10 hari terakhir tidak apa-apa, baik itu zakat fitrah maupun zakat mal.

"Ibadah lainnya adalah Itikaf, kita mencontoh Rasulullah yang tidak pernah pulang dan memilih menetap di masjid. Bahkan ketika Aisyah kangen, nabi cukup membuka jendela agar Aisyah bisa menyisir rambut beliau yang mulia," tambah Gus Zaki.

Jika menilik maknanya, Itikaf berarti berdiam diri di masjid, tetapi kalau disertai tilawah, dzikir tentu lebih baik. "Nah kalau sama-sama nongkrongnya, sama-sama duduk-duduknya, mending duduk-duduk di masjid dengan niat itikaf itu sudah dapat pahala, dari pada di rumah," jelasnya.

Pada 10 terakhir bulan suci Ramadhan ini, lanjut Gus Zaki juga merupakan hari yang sangat mungkin terjadinya malam Lailatul Qadar terutama di malam-malam ganjil. "Tetapi bukan berarti di malam 1-20 hari pertama bulan Ramadhan tidak ada Lailatul Qadar. Hanya paling besar kemungkinan terjadi di 10 malam terakhir," ucap Gus Zaki.

Dirahasiakannya Lailatul Qadar ini, jelas Gus Zaki ada hikmahnya yaitu agar umat Islam tidak hanya beribadah saat Lailatul Qadar. "Tetapi kalau orang itu selama Ramadhan siang harinya puasa lalu malamnya qiyamullail, tarawih, salat tahajud, Tilawatil Quran maka yakinlah ia bisa menemukan Lailatul Qadar mulai dari tenggelamnya matahari sampai dengan terbitnya fajar," pungkasnya. *****

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved