Berita Probolinggo

Hingga Akhir Maret, Jumlah Kasus Leptospirosis di Kota Probolinggo Konstan

Hingga akhir Maret ini, tujuh warga Kota Probolinggo terserang leptospirosis. Dua di antaranya meninggal dunia.

Penulis: Danendra Kusumawardana | Editor: Cak Sur
Istimewa/Pexels
Waspada penyakit leptospirosis saat musim hujan, ditularkan lewat kencing tikus. 

SURYA.CO.ID, PROBOLINGGO - Jumlah kasus Leptospirosis di Kota Kota Probolinggo tercatat konstan.

Hingga akhir Maret ini, jumlahnya masih sama dengan data dua pekan lalu. Yakni tujuh warga terserang leptospirosis.

Dari jumlah tersebut, dua warga dinyatakan meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kota Probolinggo, dr Nurul Hasanah Hidayati mengatakan jumlah kasus Leptospirosis di Kota Mangga hingga kini tidak ada perubahan.

Berdasar data Dinkes, sejak Januari-Maret 2023, totalnya ada tujuh orang yang terkena leptospirosis, dua di antaranya meninggal dunia.

"Sampai akhir maret jumlahnya tetap sama, tidak ada perubahan. Ada 7 kasus leptospirosis di Kota Probolinggo. Dua orang di antaranya meninggal dunia," kata Ida, sapaan Kadinkes P2KB, Jumat (31/3/2023).

Ida menambahkan, lima warga yang sebelumnya menjalani perawatan di rumah sakit setempat akibat terinfeksi leptospirosis, seluruhnya telah sembuh.

Proses penyembuhan pasien leptospirosis bergantung pada komplikasi yang ditimbulkan dan kecepatan penanganan.

Umumnya pasien leptospirosis ringan bisa sembuh dalam rentang waktu 7 hari perawatan.

"Lima pasien leptospirosis yang sebelumnya menjalani perawatan sudah sembuh. Mereka sudah pulang ke rumah masing-masing," ungkapnya.

Ida menyebut, sebaran kasus leptospirosis itu berada di empat kecamatan. Yakni Kecamatan Mayangan satu kasus, Wonoasih satu kasus, Kedopok tiga kasus dan Kanigaran dua kasus.

"Dua orang yang meninggal merupakan warga Kecamatan Wonoasih dan Kanigaran. Keduanya meninggal pada Maret. Usianya 33 dan 58 tahun," sebutnya.

Dia menjelaskan, leptospirosis merupakan penyakit zoonosis alias ditularkan hewan ke manusia.

Umumnya, hewan yang menyebarkan leptospirosis adalah tikus lewat urinenya (kencing).

"Bukan semua tikus, hanya tikus yang terinfeksi bakteri lesptospira interrogans saja yang bisa menyebarkan leptospirosis," ungkap Ida.

Tempat sumber penularan Leptospirosis biasanya genangan air yang terkontaminasi dengan kencing tikus terinfeksi bakteri lesptospira interrogans.

Bakteri tersebut masuk dalam tubuh manusia melalui luka terbuka, seperti lecet, mulut, hidung dan mata.

Masa inkubasi bakteri tersebut rata-rata 7 hari.

Setelahnya, orang yang terpapar leptospirosis akan merasakan gejala panas tinggi, pegal-pegal atau nyeri otot, pusing, badan dan kuning.

"Gejala awal leptospirosis ini tak spesifik, seperti demam. Namun, jika terlambat ditangani bisa fatal. Sebab, bisa mengalami gagal ginjal," terangnya.

Dia menyatakan, Pemerintah Kota Probolinggo telah berupaya menekan angka kasus leptospirosis.

Upaya tersebut, mengeluarkan surat ederan (SE) mengenai leptospirosis, meningkatkan surveillance epidiomologi, sosialisasi hingga menyiapkan rapid Rapid Diagnostic Test (RDT) Leptospirosis di tiap puskesmas.

"Kami mengimbau bagi warga yang beraktivitas kontak langsung dengan genangan atau sampah untuk menggunakan alat pelindung diri, antara lain sepatu boots dan sarung tangan. Alagi, mayoritas kasus leptospirosis ini muncul saat musim penghujan," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved