PENJELASAN Fenomena Awan Unik di Gunung Merapi Setelah Erupsi Menurut BMKG, Viral di Medsos
BMKG akhirnya memberikan penjelasan tentang fenomena awan unik di Gunung Merapi setelah erupsi. Viral di media sosial.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akhirnya memberikan penjelasan tentang fenomena awan unik di Gunung Merapi setelah erupsi.
Diketahui, Foto-foto yang memperlihatkan awan berbentuk tak biasa di sekitar Gunung Merapi, viral di media sosial.
Kumpulan foto ini salah satunya diunggah di instagram tak lama setelah Merapi erupsi.
Tampak dalam unggahan, sebuah awan cukup besar di wilayah Klaten berbentuk menyerupai unidentified flying object (UFO).
Pengunggah menuliskan, awan yang tertangkap berbagai kamera tersebut terlihat di sisi Gunung Merapi.
"Fenomena awan unik sore mau neng sisi #merapi .. ono seng weruh (ada yang lihat) mas mbak?" tulis pengunggah.
Menanggapi unggahan, beberapa warganet mengaku turut melihat penampakan tersebut.
Mereka memperkirakan, fenomena dalam gambar merupakan awan lenticular.
"Ng nggonku ketok gede bgt min pas ng nduwur ngno (di tempatku kelihatan besar banget pas di atas) jadi was was," kata salah satu warganet.
"Iya sama min, aq motret malah," tulis pengguna lain.
"Caping gunung min... Alias lenticular," ujar warganet lain.
Lantas, fenomena apakah itu sebenarnya?
Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ida Pramuwardani menjelaskan, penampakan awan dalam unggahan bukanlah lenticular.
Menurut dia, awan yang terlihat di sekitar Gunung Merapi tersebut lebih menyerupai awan cumulonimbus atau Cb.
"Sepertinya awan Cb. Sepertinya bukan lenticular, kalau lenticular posisi umumnya di puncak pegunungannya," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (14/3/2023).
Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Viral, Foto Penampakan Awan Unik di Gunung Merapi setelah Erupsi, Apa Dampaknya?'.
Meski tampak indah, Ida mengungkapkan, awan cumulonimbus dapat mengakibatkan hujan lebat disertai kilat dan petir.
Bukan hanya itu, hujan yang diakibatkan cumulonimbus juga dilengkapi dengan angin kencang di area bawah awan.
Senada, astronom amatir, Marufin Sudibyo, membantah bahwa penampakan awan dalam unggahan adalah awan lenticular.
"Itu bukan awan lenticular. Lebih merupakan awan konvektif, awan cumulus," kata dia, saat dikonfirmasi terpisah, Selasa.
Marufin menerangkan, cumulus merupakan awan yang nantinya bisa berkembang menjadi cumulonimbus, awan sumber hujan deras.
Sebagai awan hujan, cumulus dan cumulonimbus terbentuk melalui proses konvektif biasa, saat uap air naik akibat pengaruh penyinaran Matahari.
Selanjutnya, uap air itu akan mengalami kondensasi atau perubahan menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun, di troposfer bagian atas.
"Awan cumulus atau cumulonimbus umum dijumpai dalam musim hujan. Dan saat ini masih musim hujan," ungkapnya.
Sekadar diketahui, awan lenticular adalah fenomena atmosfer biasa yang sering muncul di atas gunung atau perbukitan.
Bentuk awan ini menyerupai UFO atau topi yang menutupi pegunungan atau perbukitan.
Meski bukan tanda akan datangnya bahaya, awan ini tetap berbahaya bagi aktivitas penerbangan karena menyebabkan turbulensi.
Pembentukan awan lenticular sendiri dipengaruhi oleh faktor orografis atau elevasi.
Hal inilah yang menyebabkan awan lenticular sering muncul di daerah pegunungan atau perbukitan.
Sementara itu, awan cumulonimbus adalah jenis awan cumulus yang berkaitan dengan badai petir dan hujan lebat.
Awan cumulonimbus dikenal sebagai thunderheads atau kepala petir karena bentuknya yang unik menyerupai jamur.
Saat tetesan air yang terionisasi di awan saling bergesekan, maka awan cumulonimbus akan memunculkan kilatan-kilatan, serta pada akhirnya menciptakan petir.
Awan Panas Berbentuk Petruk
Sebelumnya, Unggahan video semburan awan panas di Gunung Merapi yang memiliki bentuk seperti tokoh wayang Petruk viral di media sosial.
Unggahan video tersebut pertama kali dibagikan oleh akun Instagram @magelang_jaya pada Minggu (12/3/2023).
Video tersebut memperlihatkan kepulan awan panas yang keluar dari kawah Gunung Merapi.
Awan tersebut disebut mirip dengan sosok tokoh punakawan Petruk yang identik dengan hidung panjangnya.
Berikut rangkuman faktanya melansir dari Kompas.com dalam artikel 'Viral, Video Awan Panas Gunung Merapi Berbentuk Petruk, Peneliti: Fenomena Pareidolia'.
Saat dikonfirmasi, Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso membenarkan adanya fenomena tersebut.
"Iya (benar adanya). Kami juga menunggu awan panas yang berbentuk Rubicon," ujarnya setengah bercanda kepada Kompas.com, Minggu (12/3/2023) malam.
Menurutnya, awan panas Gunung Merapi berbentuk tokoh wayang Petruk tersebut hanya kebetulan saja.
Artinya, mitos terkait kemunculannya itu tidaklah benar.
Lebih lanjut, Agus menjelaskan proses terbentuknya awan panas di gunung berapi.
Menurutnya, awan panas terbentuk ketika material lava dengan kandungan gas yang tinggi meluncur di lereng gunung dengan kecepatan tinggi.
"Kalau awan panas yang sudah tinggi itu hanya kepulan debu atau abunya. Material yang lebih berat meluncur di alur sungai," lanjutnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh peneliti di Badan Pengelola Geopark Nasional Karangsambung, Karangbolong Ma'rufin Sudibyo.
Ia menegaskan jika awan panas berbentuk tokoh wayang Petruk itu hanya kebetulan saja.
"Itu kebetulan saja menunjukkan ketampakan seperti sosok tertentu," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (12/3/2023).
Ia menjelaskan, fenomena awan panas Gunung Merapi tersebut bernama pareidolia dalam sains.
Pareidolia merupakan kecenderungan manusia menghubungkan bentuk-bentuk tertentu dengan sosok atau wujud yang sudah umum dikenalinya.
"Dalam kasus erupsi Merapi kali ini, pareidolia itu lebih merupakan pareidolia instan," lanjutnya.
Pareidolia instan adalah ketampakan yang hanya terlihat sesaat.
Saat pergerakan udara di sekitar Merapi meniup awan tersebut, bentuk tadi kembali berubah.
Ma'rufin menambahkan, awan panas yang muncul saat erupsi Merapi tidaklah sama dengan awan di langit yang berupa gas dari air.
Namun, istilah awan panas merujuk kepada campuran suspensif debu vulkanik dan material yang lebih berat atau massif. Contohnya kerikil dan batu.
Material itu berada dalam gas vulkanik yang sangat panas dengan suhu lebih dari 900 derajat Celsius. Hal ini lalu memperlihatkan bentuk-bentuk tonjolan mirip awan.
Sementara itu, masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Merapi meyakini Mbah Petruk sebagai sosok gaib yang melindungi gunung tersebut.
Dilansir dari Kompas.com, warga di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali meyakini Mbah Petruk adalah penunggu Merapi yang melindungi mereka.
Saat Merapi aktif, warga di utara Merapi itu bakal diberi wangsit berupa mimpi untuk mengungsi atau tetap tinggal di rumah.
Penampakan awan panas mirip Petruk tersebut diyakini sebagai wujud atau perlambangan dari Mbah Petruk.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.