Kebakaran Depo Pertamina Plumpang

3 KEAJAIBAN saat Kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Rumah se-Tembok dan Mobil Pengantar Umroh Aman

Kebakaran Depo Pertamina Plumpang pada Jumat (3/3/2023) meninggalkan sejumlah kejadian aneh dan ajaib di baliknya. 

Editor: Musahadah
kolase warta kota/tribun jakarta
Sumihar Silaban (kiri) dan Sutrisno (kanan) yang masih bersyukur rumahnya tak terbakar padahal dekat tembok Depo Pertamina Plumpang yang kebakaran 

Hal ajaib itu membuat Sutrisno tak mampu lagi membendung rasa syukurnya, apalagi keluarganya selamat.

Hanya saja, listrik di rumahnya mati akibat korslet usai kebakaran itu.

"Kalau bersyukur sih saya bersyukur, anak istri saya selamat, itu saja. Yang saya pikirin anak istri dulu. Jadi kalau dibilang ajaib, mungkin kebetulan aja pemadaman ke rumah saya dulu," tutur Sutrisno.

"Hanya listrik mati, bagian belakang rusak, sama asbes aja retak," lanjutnya.

Kendati demikian, Sutrisno kehilangan satu barang berharganya yang menjadi sumber mata pencahariannya sehari-hari, yakni sebuah mobil yang digunakannya untuk bekerja sebagai sopir taksi online.

Mobil Sutrisno terbakar di pekarangan rumah tetangganya.

"Saya sehari-hari bekerja jadi driver online mobil. Sekarang belum kepikiran mau kerja apa, jalanin aja," kata dia.

Terkait keajaiban yang terjadi, Sutrisno berujar bahwa tak ada amalan apa pun yang dilakukannya selama ini. Ia menyebut semua terjadi atas kuasa Tuhan.

Rumah Sutrisno tak terbakar meski hampir menyentuh tembok Depo Pertamina Plumpang yang kebakaran.
Rumah Sutrisno tak terbakar meski hampir menyentuh tembok Depo Pertamina Plumpang yang kebakaran. (kolase tribunnews)

2. Rumah Semipermanen aman

Rumah semipermanen milik Sumihar Silaban (63) berdiri di dekat atau bahkan menempel tembok pembatas depo Pertamina.

Sebagian besar material rumahnya hanya kayu dan triplek.

Luasnya sekira 4x5 meter, dua lantai.

Rumah Sumihar yang berlantai dua semi permanen tersebut persisnya berada di Jalan Mandiri 7 No. 60, RT 12 RW 09 Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara.

"Saya baru pindah ke sini dari Papanggo (Tanjung Priok). Baru satu bulan satu minggu di sini, beli rumah harganya Rp 100 juta," kata Sumihar di lokasi.

Sumihar mengatakan, dirinya sekeluarga bersama suami dan beberapa anaknya hanya bisa membeli rumah di belakang objek vital nasional itu karena keterbatasan dana.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved