KERUGIAN Susi Air Miliaran Rupiah setelah Pesawat Dibakar KKB Papua, Ternyata Pilot Tak Disandera
Susi Pudjiastuti dipastikan mengalami kerugian belasan miliar akibat pesawat Susi Air yang dibakar di Landasan Udara Paro, Kabupaten Nduga, Papua
SURYA.CO.ID - Susi Pudjiastuti dipastikan mengalami kerugian belasan miliar akibat pesawat Susi Air yang dibakar di Landasan Udara Paro, Kabupaten Nduga, Papua pada Selasa (7/2/2023).
Kerugian ini berdasarkan harga pesawat pesawat Susi Air Pilatus Porter PC 6/PK-BVY seperti dikutip dari situs penjualan pesawat, Aerocorner.com dan trade-plane.org.
Pesawat Susi Air yang dioperasikan PT ASI Pudjiastuti Aviation milik Susi Pudjiastuti dibanderol dengan rentang harga 700 ribu-1 juta dolar AS atau jika dirupiahkan mencapai Rp 10-15 miliar per unitnya tergantung kostumisasi permintaan.
Pesawat model Pilatus Porter PC 6 merupakan produksi dari perusahaan penerbangan yang berbasis di Swiss, Pilatus Aircraft Ltd seperti dikutip dari Aviacionline.com.
Namun, Pilatus Aircraft telah menghentikan produksi pesawat model Pilatus Porter PC 6 sejak 2017 usai diproduksi pertama kali pada tahun 1959 lalu.
Baca juga: JEJAK KRIMINAL Egianus Kogoya Pimpinan KKB Papua yang Disebut Bakar Pesawat Susi Air di Nduga
Sementara untuk spesifikasi, Pilatus Porter PC 6 ditenagai mesin piston 254 kW pada awal pembuatannya.
Lalu penerbangan pertama kali dilakukan pada 4 Mei 1959.
Dua tahun pasca penerbangan perdana, versi terbaru untuk mesin Pilatus Porter pun dibuat yaitu Turbomeca Astazou II.
Namun, mesin terbaru tersebut justru menimbulkan komplain lantaran boros bahan bakar dan ketahanannya.
Alhasil mesin pun kembali diganti dengan Garret Air Research TPE 331 pada tahun 1967.
Perubahan terhadap mesin pesawat Pilatus Porter PC 6 pun terus berlanjut hingga tahun 1996 ketika mesin Pratt & Whitney Canada PT6A dipasang.
Mesin tersebut memiliki kecepatan 507 kW atau setara dengan 680 tenaga kuda (horsepower).
Lalu untuk menempuh jarak 925 kilometer dengan kecepatan 213 kilometer per jam, pesawat ini mampu terbang hingga ketinggian 5.750 meter.
Ketinggian tersebut dicapai ketika percobaan penerbangan di glasier Dhaulagiri, Nepal.
Selain itu, daya tampung Pilatus Porter PC 6 ini mencapai 1.200 kilogram atau setara dengan 10 penumpang sehingga cocok untuk digunakan untuk menjangkau lokasi-lokasi yang hanya bisa dicapai oleh helikopter saja.
Pilatus Porter PC 6 juga dilengkapi berbagai fitur seperti roda dengan tekanan rendah, alat pengereman yang berjumlah dua buah, serta mampu menyerap angin melalui alat pendaratan sehingga pesawat dapat beroperasi di iklim atau cuaca yang ekstrem dan sulit.
Sehingga, pesawat ini cocok untuk beberapa misi seperti transportasi, penyaluran bantuan di tempat terpencil, fotografi udara, pelayanan medis, serta misi pencarian dan penyelamatan.
Sementara maskapai Susi Air menggunakan pesawat model ini untuk penerbangan perintis di wilayah pedalaman seperti Papua.
Susi Air menilai keunggulan dari pesawat ini dapat menggantikan kebutuhan transportasi yang tak dapat diakses oleh pesawat bertipe Piaggio Avanti Caravan.
Hal ini lantaran Pilatus Porter PC 6 dapat melakukan penerbangan dengan kecepatan rendah.
Sebelumnya, KKB pimpinan Egianus Kogoya mengklaim telah membakar pesawat Susi Air tersebut.
Adapun klaim tersebut disampaikan oleh juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TNPB-OPM), Sebby Sambom.
"Sesuai laporan Egianus Kogoya, mereka telah melakukan pembakaran pesawat Susi Air dengan nomor registrasi PK-BvY di lapangan terbang Distrik Paro," ujar Sebby dikutip dari Tribun Papua.
Sebby mengungkapkan pembakaran pesawat tersebut dilakukan pada pukul 06.26 WIB.
Tak hanya pembakaran, pilot dari pesawat tersebut yang berasal dari Selandia Baru bernama Philips Marthen juga diklaim ditahan oleh kelompok Egianus Kogoya.
"Pilotnya kami tahan dan dia menjadi sandera kami, dan penyanderaan ini merupakan kedua kalinya yang kami lakukan," ungkapnya.
Terkait insiden ini, Sebby menyebut ada beberapa poin pernyataan sikap dari KKB pimpinan Egianus Kogoya.
Salah satunya adalah perintah kepada TNI dan Polri agar tidak melakukan penembakan dan interogasi kepada masyarakat sipil.
Hal tersebut, lantaran pilot Philips diklaim masih bersama KKB pimpinan Egianus Kogoya.
"Pilotnya kami sudah sandera dan kami sedang bawa keluar, untuk itu anggota TNI Polri tidak boleh tembak atau interogasi masyarakat sipil Nduga sembarang, karena yang melakukan adalah kami, TPNPB OPM Kodap III Ndugama-Derakma di bawah Pimpinan Panglima Bridgen Egianus Kogeya," ujar Sebby.
Selain itu, KKB pimpinan Egianus Kogoya menyebut akan melepaskan pilot pesawat Susi Air tersebut jika pemerintah Indonesia mau membiarkan Papua menjadi merdeka.
"Kami TPNPB Kodap III Ndugama-Derakma tidak akan pernah kasih kembali atau kasih lepas pilot yang kami sandera ini, kecuali NKRI mengakui dan lepaskan kami dari negara kolonial Indonesia (Papua merdeka)," tutur Sebby dalam keterangannya.
Kapolri Pastikan Pilot Susi Air Tak Disandera

Lima penumpang pesawat Susi Air yang dibakar Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Bandara Distrik Paro, Nduga, Papua Pegunungan, berhasil dievakuasi.
Informasi tersebut disampaikan oleh Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.
Listyo juga memastikan bahwa kelima penumpang tersebut tidak disandera oleh KKB.
"Untuk penumpang saat ini semuanya sudah bisa diamankan, sudah dievakuasi," kata Listyo kepada wartawan setelah rapat pimpinan (rapim) TNI-Polri di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/2/2023).
"Enggak ada (yang disandera)," sambungnya.
Namun, Listyo mengatakan bahwa pilot pesawat hingga kini belum ditemukan.
Ia memastikan aparat keamanan terus berupaya melakukan pencarian.
"Kita sudah bicara dengan beberapa, khususnya New Zealand sendiri, bahwa serahkan kepada kita dan kita akan ambil langkah-langkah penyelamatan pilot dari Susi Air saat ini sedang dalam pencarian," ucapnya.
Tak hanya 5 penumpang pesawat Susi AIr, 15 pekerja yang dikllaim disandera KKB juga sudah dievakuasi ke Timika dengan keadaan selamat.
Ke 15 pekerja puskesmas tersebut dievakuasi oleh personel gabungan TNI-Polri dengan menggunakan helikopter.
Sebelumnya Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menyebut keberadaan pilot pesawat Susi Air sudah terdeteksi pasca-insiden pembakaran di Bandara Distrik Paro, Nduga, Papua.
Meski begitu, hingga kini pilot yang merupakan warga negara Selandia Baru bernama Philips Max Marthin masih belum ditemukan.
"(Pilot) belum, tapi sudah terdeteksi," kata Yudo kepada wartawan setelah rapat pimpinan (rapim) TNI-Polri di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/2/2023).
Yudo mengatakan sejauh ini pihaknya sudah berhasil mengevakuasi 15 pekerja Puskesmas yang sebelumnya diancam Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
"Makanya dengan tadi sudah kita evakuasi 15 (pekerja puskesmas), prioritasnya sekarang ini untuk mencari pilotnya," katanya.
Yudo membantah pilot asal Selandia Baru tersebut disandera Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) OPM.
Ia menyebut Kapten Philips hanya menyelamatkan diri setelah pesawatnya diduga dibakar kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM).
"Dia (Pilot) kan diancam akhirnya diselamatkan lah oleh mungkin salah satu masyarakat di situ," jelasnya.
Kronologi Pembakaran Pesawat Susi Air

Polisi membeberkan kronologi pembakaran pesawat Susi Air yang dilakukan di Bandara Distrik Paro, Nduga, Papua oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menyebut kasus itu berawal saat adanya 15 pekerja pembangunan sebuah puskesmas di Distrik Paro, Nduga, Papua Pegunungan.
"Ada kelompok itu datang, yang mereka mencurigai bahwa 15 pekerja yang akan membangun bangunan puskesmas di Paro itu, ada anggota TNI atau BIN di dalam. Sehingga mereka melakukan pemeriksaan terhadap warga yang membangun Puskesmas," kata Mathius di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/2/2023).
Sosok Egianus Kogoya yang diduga kuat membakar pesawat Susi Air di Landasan Terbang Paro, Nduga, Papua Pegunungan. (TribunPapua.com)
Mathius menerangkan ada lima pekerja yang tidak memiliki kartu identitias diri.
Mendapat laporan itu, TNI dan Polri hendak mengevaluasi belasan pekerja tersebut.
"Lanjutan dari kejadian tanggal 4, 5, dan 6 (Februari), kita sudah susun rencana rapat di Timika, apabila nanti pesawat masuk kita akan bawa keluar para pekerja ini," ucapnya.
Singkat cerita, pesawat Susi Air yang dipiloti warga negara Selandia Baru, Philips Max Marthin sampai di Bandara Distrik Paro pada Selasa (7/2/2023).
Pesawat yang membawa lima penumpang itu rencananya akan digunakan untuk mengangkut 15 pekerja bangunan yang dicurigai KKB.
Saat itu, lima penumpang pesawat dilepas karena merupakan warga asli Papua.
Namun, pesawat tersebut ditahan hingga dibakar oleh KKB.
"Namun pada saat 7 (Februari) kemarin masuknya pesawat membawa lima warga sipil orang Paro, itu akhirnya setelah turun pesawatnya ditahan, tidak boleh terbang, karena mereka juga mungkin kita evakuasi keluar," ungkapnya.
Setelahnya, sang pilot disebut berhasil melarikan diri.
Namun, 15 pekerja bangunan tersebur diselamatkan oleh tokoh agama setempat.
"Warga masyarakat yang 15 tadi sudah diamankan oleh bapak pendeta, kami memang sangat berterima kasih kepada pendeta, karena tahu ada kejadian itu, langsung dibawa keluar para pekerja itu, karena takut ada korban para pekerja," katanya.
Ke 15 pekerja ini pun sudah dievakuasi personel TNI-Polri untuk keluar dari Distrik Nduga, pada hari ini.
Namun saat ini aparat keamanan masih mencari keberadaan pilot pesawat yang masih belum ditemukan.
"Nah pilot itu sementara memang masih tidak jauh dari Paro," ujarnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Kapolri Sebut Penumpang Susi Air Tak Ada yang Disandera KKB dan Sudah Dievakuasi, Pilot Masih Dicari
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.