Berita Bangkalan
Kecil Tapi Pedas, Siswa SD Bangkalan Dobrak Kejuaraan Karate, Bakat Mewarisi Orangtua
Selama lima kali bertanding pada event International Open Karate Championship, Bintang hanya kalah di final melawan peserta Singapura.
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, BANGKALAN - Terhentinya kegiatan belajar mengajar selama dua tahun karena pandemi Covid-19 ternyata membawa berkah bagi Bintang Ksatria Aji Akbar Priyanto (9). Siswa Kelas IV SD Kemayoran 1 asal Perum Pondok Halim II, Kota Bangkalan itu menyabet medali perak dalam event International Open Karate Championship Piala Wali Kota Surabaya di Gelora Bung Tomo Surabaya, pada 15-18 Desember 2022
Prestasi Bintang itu memang bak buah jatuh dari pohonnya, karena kedua orangtuanya juga menekuni olahraga itu. Ia adalah putra tunggal dari pasangan Aipda Priyanto asal Ngawi dan Neneng Hidayati asal Madiun.
Priyanto menjabat Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Bangkalan, sementara Neneng memilih menjadi tenaga pengajar bidang studi Bahasa Inggris di SMPN 2 Burneh.
Neneng mengungkapkan, bakat Bintang sebagai atlet karate potensial seperti kedua orangtuanya sudah tampak ketika usianya 7 tahun. Bintang akhirnya bergabung ke Perguruan Atlet Karate Bangkalan Prestasi INKA Bangkalan pada September 2020.
“Berkah di balik wabah pandemi Covid-19, karena saat itu sekolah libur. Ia mewarisi bakat kami, bukan mendorong Bintang melainkan sekedar mengarahkan. Karena keinginan untuk mendalami bela diri memang muncul dari tekadnya,” ungkap Neneng kepada SURYA, Selasa (20/12/2022).
Kepercayaan kedua orangtuanya dibayar Bintang dengan prestasi. Sebelum menyabet medali perak sebagai Juara II Kumite Perorangan 30 KG Usia Dini Putra International Open Karate Championship tersebut, Bintang juga sukses sebagai Juara I Kumite Perorangan 30 KG Usia Dini Putra Festival and Open Tournament Piala KONI Kota Malang, Pengprov KKI Jawa Timur 20-21 Agustus 2022 di Malang.
“Selama lima kali bertanding pada event International Open Karate Championship, Bintang hanya kalah di final saat melawan peserta asal Singapura. Ia tampak kecewa karena harus gagal menyabet medali emas karena memang sejak awal, Bintang memimpin perolehan poin,” jelas Neneng.
Pada situasi ini, peran orangtua sangat krusial. Nneek terus memberi dorongan kepada Bintang. Dengan harapan, mental bertanding Bintang semakin keras laksana baja. Selain dari Singapura, peserta lainnya juga berasal dari Brunei, Thailand, Malaysia serta dari beberapa daerah di Indonesia.
Kekalahan di laga final melawan peserta asal Singapura, lanjut Neneng, merupakan pencapaian luar biasa. Bahkan hingga 10 detik menjelang laga final usai, Bintang masih memimpin perolehan poin. “Mami bangga enggak sama aku? Alhamdulillah bangga Nak, saya jawab begitu. Papanya memang saat final tidak hadir karena sedang piket,” pungkas Neneng. ****