KPK OTT Pimpinan DPRD Jatim
BIODATA Sahat Tua Simanjuntak Wakil Ketua DPRD Jatim yang Ruang Kerjanya Disegel KPK, Terjaring OTT?
Inilah profil dan biodata Sahat Tua Simanjuntak, wakil Ketua DPRD Jatim yang ruang kerjanya disegel Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Inilah profil dan biodata Sahat Tua Simanjuntak, wakil Ketua DPRD Jatim yang ruang kerjanya disegel Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sahat Tua Simanjuntak diduga terjaring dalam operasi tangkap tangan (OTT) KPK pada Rabu (14/13/2022) malam.
Ruang kerja Sahat Tua Simanjuntak disegel dengan tulisan 'Dalam Pengawasan KPK' yang tertempel di pintu ruangan persis dibawah tulisan Wakil Ketua DPRD.
Tak ada aktifitas apapun disekitar ruangan, hanya ada petugas pengamanan dalam (Pamdal) yang biasa berjaga.
Hanya saja, dia mengaku tak mengetahui pasti kapan segel ruangan itu dipasang. "Kami tidak tahu," singkat salah seorang petugas.
Sementara itu, Ketua DPD Partai Golkar Jatim M Sarmuji saat dikonfirmasi Kamis dini hari mengaku belum mengetahui pasti kabar OTT yang dikaitkan dengan Sahat. Diketahui, Sahat merupakan politisi Partai Golkar.
Baca juga: Kadernya Dikabarkan Terjaring OTT KPK di Surabaya, Begini Respon Ketua DPD Parpolnya
"Saya belum tahu pasti kebenaran info ini seperti apa," jelasnya kepada TribunJatim.com melalui pesan singkat.
Di singgung mengenai adanya penyegelan yang pintu ruang kerja dari pimpinan DPRD Jatim yang diduga terjaring OTT KPK tersebut.
M Sarmuji menegaskan, pihaknya belum dapat mengonfirmasi kebenaran temuan dari dokumentasi foto yang beredar sejak Rabu (14/12/2022) tersebut.
"Saya tidak bisa mengkonfirmasi dan tidak tahu harus mengkonfirmasi ke siapa," pungkasnya.
Kabar OTT KPK itu sudah ramai sejak Rabu malam.
Informasinya, pimpinan DPRD Jatim itu ditangkap bersama seorang stafnya.
Penangkapan terhadap keduanya diduga terjadi di sebuah perumahan kawasan, Sukolilo, Surabaya.
Diduga, kedua orang pejabat tersebut diamankan KPK atas dugaan korupsi dana hibah tahun anggaran 2020.
Sekitar pukul 19.00 WIB, kabarnya penyidik KPK telah melakukan penyegelan pintu ruang kerja pimpinan legislatif yang terjaring OTT, di dalam gedung legislatif Provinsi Jatim tersebut.
Pimpinan DPRD Jatim yang diamankan KPK tersebut, diduga sedang dimintai keterangan oleh penyidik KPK dengan meminjam sebuah ruangan di Gedung Ditreskrimsus Mapolda Jatim.
"Orangnya sudah di dalam," ungkap sumber internal yang enggan dikutip namanya, saat ditemui awak media di depan Gedung Ditreskrimsus Mapolda Jatim, Kamis (15/12/2022) dini hari.
Sementara itu, TribunJatim.com telah menghubungi, Plt Juru Bicara KPK, Ali Fikri, sekitar pukul 23.15 WIB. Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada balasan.
Profil dan Biodata Sahat Tua Simanjuntak

Wakil Ketua DPRD Jawa Timur Sahat Tua Simanjuntak telah memulai berproses di partai berlambang pohon beringin ini sejak 30 tahun lalu sebelum mencapai puncak karier politiknya saat ini.
”Kali pertama saya tertarik di politik ketika saya kuliah di Fakultas Hukum Ubaya (Universitas Surabaya) di tahun 1988,” kata Sahat kepada Surya.co.id ketika ditemui di ruangan kerjanya pada Kamis (3/10) sore.
Ketertarikan pria 50 tahun ini di politik, tak lepas dari peran dua dosennya, Martono dan Anton Prijatno.
Martono pernah menjadi Ketua DPD Partai Golkar Jatim, sedangkan Anton pernah menjadi Anggota DPR RI juga dari Partai Golkar.
”Saya terus terang tertarik dengan kedua figur ini. Mulai dari keilmuannya, penyampaian di depan mahasiswa, hingga pemikiran beliau,” kata Sahat.
Anggota DPRD Jatim tiga periode ini bahkan menceritakan bahwa ia lebih banyak berbincang dengan para seniornya tersebut dibanding sekadar nongkrong dengan teman sebayanya.
Mulai dari bertukar pikiran hingga mencari solusi atas berbagai masalah organisasi yang ia ikuti, di antaranya di Senat Mahasiswa.
Hasilnya, Sahat Tua Simanjuntak pun dipercaya sebagai Ketua Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) Ubaya pada 1990.
”Saat itu, saya menjabat di periode pertama. Kalau sekarang istilahnya Presiden BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa),” katanya.
Tak hanya aktif kegiatan kampus, Sahat Tua Simanjuntak juga mengaku telah bergabung dengan Golkar sejak 1990.
Saat itu, ia masuk di DPD II Partai Golkar Surabaya menduduki Biro Hukum.
Tak hanya di Golkar, Sahat Tua Simanjuntak juga aktif di Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) yang juga Trikarya Golkar, hingga di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
”Pada tahun 1992, saya ikut mengampanyekan Pak Anton Prijatno yang saat itu nyaleg. Itu kali pertama saya turun di Pileg (Pemilu Legislatif), sekalipun baru sebagai tim kampanye,” katanya.
Barulah pada 1997, ia terjun sebagai Calon Anggota Legislatif (Caleg) Partai Golkar untuk DPRD Surabaya.
Sayangnya, saat itu, ia gagal terpilih.
Pun demikian pada Pemilu 1999 (Caleg DPRD Jatim) dan Pemilu 2004 (Caleg DPR RI), Sahat juga belum berhasil menarik hati rakyat.
Gagal di tiga pemilu, Sahat Tua Simanjuntak tak lantas patah semangat.
Berada di Partai Golkar, membuatnya optimistis suatu saat ia akan menduduki kursi Dewan.
”Sebab, partai yang paling besar saat ini, menurut saya adalah Golkar,” katanya.
Benar saja, Sahat Tua Simanjuntak akhirnya terpilih sebagai Anggota DPRD Jatim pada Pemilu 2009 dari dapil (daerah pemilihan) Jatim 1.
Pun demikian pada Pemilu 2014, bukan hanya lolos ke parlemen dari dapil yang sama, ia bahkan dipercaya menduduki posisi Ketua Fraksi DPRD Jatim periode 2014-2019.
Bagi Sahat Tua Simanjuntak , menjalankan kaderisasi di Golkar menjadi kebanggaan tersendiri.
Sebab, Golkar dinilai sebagai partai modern.
”Partai modern tak mengenal owner. Sebab, sahamnya dimiliki oleh seluruh kader,” katanya.
Sehingga, seluruh kader Golkar memang dididik untuk siap mengemban posisi apapun.
”Kami optimistis. Partai Golkar tidak bergantung pada figur seseorang. Seluruh kader Golkar siap untuk menjadi pemimpin,” katanya.
Sekalipun demikian, Sahat Tua Simanjuntak menjelaskan bahwa jabatan bukan sekadar prestasi namun penugasan yang dibebankan oleh partai.
Sehingga, kader Golkar diminta pantang berbangga kala mendapat jabatan, sebab tugas besar telah menanti.
”Apa yang menjadi tugas partai, itu yang harus kita jalani. Jabatan apapun itu, kader harus bisa melihat bahwa hal itu menjadi bagian dari penugasan partai,” katanya.
Sehingga, setiap keinginan kader tetap harus didasarkan pada tujuan berpartai. ”Kita boleh berambisi, namun harus ingat bahwa ada kepentingan partai yang lebih besar,” katanya.
Dipercaya duduk di Pimpinan DPRD Jatim, Sahat Tua Simanjuntak berkomitmen untuk meningkatkan kinerja Dewan.
Namun, dengan tetap mempertahankan kepemimpinan kolektif kolegial.
”Terobosan itu harus kolektif kolegial dan berdasarkan kehendak seluruh anggota,” katanya.
Prinsipnya, partainya menugaskan ia untuk mewujudkan keadilan masyarakat.
Hal ini juga sejalan dengan tuntutan profesinya yang juga pengacara ini.
”Kalau di pengacara, kami memperjuangkan seseorang yang memerlukan bantuan hukum. Sifatnya tidak banyak, hanya satu atau dua orang. Di politik, kita memperjuangkan keadilan untuk kesejahteraan, namun untuk banyak orang. Jadi, ini kan hampir sama,” kata Anggota Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) ini.
Bagi Sahat Tua Simanjuntak , penugasan di berbagai posisi yang dipercayakan partai kepadanya merupakan ladang perjuangan untuk mengabdi kepada rakyat.
"Kita harus rendah hati serta berbuat baik. Sebab, hal itu wajib dan akan menyempurnakan ibadah kita," pungkasnya.
Terkait target ke depan, Sahat Tua Simanjuntak enggan berandai-andai. Sebagai kader, ia memercayakan karir politiknya kepada partai.
”Untuk gengsi pribadi, saya rasa saat ini sudah di puncak. Tiga periode di Dewan, saya cukup. Dimanapun penugasan partai, saya siap,” katanya.
Termasuk apabila partai menugaskan berangkat ke kursi eksekutif, Sahat Tua Simanjuntak juga memiliki mimpi untuk mencalonkan diri sebagai kepala daerah suatu saat nanti.
”Seorang politisi yang lama di legislatif, pasti punya mimpi di eksekutif. Dimana? Saya belum fokus di pilkada. Namun, saya kalau maju harus menang. Politisi itu kalau maju harus menang,” katanya.

Perjalanan panjang karier Sahat Tua Parlindungan Simanjuntak tak bisa lepas dari keluarga.
Utamanya oleh sang mendiang Ibunda Sahat.
”Peran orang tua sangat penting dalam membangun karakter seseorang. Peran ibu saya sangat kuat dalam membentuk karakter saya,” kata Sahat menceritakan.
Sulung dari tiga bersaudara ini menceritakan bahwa ibundanya selalu mengajarkan tentang nilai-nilai kebaikan.
”Misalnya, harus memberikan kebaikan kepada siapa pun dan ini terbentuk untuk anak-anaknya,” katanya.
Hal ini tak lepas dari keluarganya yang juga perantau asal Batak meskipun Sahat lahir dan besar di Surabaya.
”Sekecil apapun, harus menyisihkan kepada yang membutuhkan. Tak hanya materi, namun juga tenaga, pikiran, dan peduli kepada orang lain. Kenapa? Karena saudara yang paling dekat adalah tetangga saya,” katanya.
Sekalipun berdarah Batak, Sahat mengaku banyak menggunakan filosofi hidup orang Jawa.
Hal ini juga yang diajarkan kedua orangtuanya.
”Harus bisa berempati. Istilahnya, harus isa rumangsa, ojo rumangsa isa (harus bisa merasa jangan merasa bisa),” kata Sahat.