Berita Tulungagung

Terlambat Dirawat, 1 Warga Ngunut Tulungagung Meninggal Karena Leptospirosis/Penyakit Kencing Tikus

Seorang warga Desa Pandansari, Ngunut, Tulungagung, meninggal dunia karena leptospirosis atau oleh orang awam disebut penyakit kencing tikus.

Penulis: David Yohanes | Editor: irwan sy
Pexels.com
Waspada Penyakit Leptospirosis saat Musim Hujan, Ditularkan Lewat Kencing Tikus 

Berita Tulungagung

SURYA.co.id | TULUNGAGUNG - Seorang warga Desa Pandansari, Ngunut, Tulungagung, meninggal dunia karena leptospirosis atau oleh orang awam disebut penyakit kencing tikus.

Korban seorang laki-laki berusia 57 tahun, meninggal pada Senin (7/11/2022) kemarin.

Menurut Kepala Dinas kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung, dr Kasil Rokhmat, korban diketahui muncul gejala pada Minggu (30/10/2022) silam.

"Saat itu korban hanya di rumah saja, tidak dibawa berobat. Jadi kondisinya terlambat," terang dr Kasil.

Pada Jumat (4/11/2022) korban dibawa ke RSUD dr Iskak Tulungagung.

Petugas medis saat itu sudah mencurigai korban terkena leptospirosis, karena gejalanya yang menguatkan.

Seperti kulit kuning, mata merah dan seluruh badan terasa nyeri.

Petugas medis langsung melakukan uji laboratorium dan hasilnya keluar pada Minggu (6/11/2022).

Namun pada Senin (7/1/2022) kondisi korban memburuk dan meninggal dunia.

"Awalnya dianggap sakit biasa. Saat dibawa ke rumah sakit, tanda-tandanya sudah penuh," sambung dr Kasil.

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira.

Bakteri ini bisa ditularkan dari hewan ke manusia (zoonozis).

Kasus yang paling umum terjadi saat banjir, bakteri menyebar lewat kencing tikus yang terbawa air.

Dinkes telah menindaklanjuti kejadian ini dengan melakukan surveilans epidemiologi.

Dinkes juga menggandeng Dinas  Peternakan dan Kesehatan Hewan, karena bakteri ini bisa ditularkan lewat hewan ternak, seperti sapi, babi, dan kambing.

Selain itu bisa juga hewan peliharaan seperti kucing dan anjing.

"Hewan ternak dan hewan peliharaan bisa membawa bakteri leptospira dan mereka tidak bergejala. Gejalanya muncul jika kena manusia," ungkap dr Kasil.

Sejumlah tikus di sekitar tempat tinggal pasien sudah ditangkap untuk diteliti ginjalnya.

Demikian juga hewan ternak di sekitar korban, termasuk sapi peliharaannya juga diambil sampel untuk diperiksa.

Namun semua sampel masih di laboratorium, belum keluar hasilnya.

Selain hewan-hewan, keluarga dan tetangga dekat korban juga telah diperiksa

Namun hasil pemeriksaan medis, semuanya dinyatakan negatif Leptospirosis.

"Pasti ada hewan yang menularkan. Mudah-mudahan tidak menyebar," ucap dr Kasil.

Sebelumnya terjadi banjir di mayoritas kawasan persawahan di Tulungagung.

Kondisi ini memaksa tikus berpindah mencari tempat yang kering, termasuk masuk ke permukiman warga.

Situasi ini yang meningkatkan risiko penyebaran bakteri Leptospira.

Jika terlambat ditangani, bakteri ini bisa memicu gagal ginjal hingga kematian.

Karena itu dr Kasil meminta masyarakat mengenali gejala awalnya, demam mendadak sekitar 38 derajat celcius, sakit kepala, lemah, kulit kekuningan, mata merah dan nyeri otot betis.

"Gejala dominan adalah nyeri otot, terutama otot betis. Disentil sedikit saja akan sangat sakit," paparnya.

Bakteri ini masuk ke tubuh lewat jalur makanan (mulut), atau selaput lendir, mata hidung dan kulit lecet.

Karena itu penting untuk menjaga makanan dari jangkauan tikus, seperti memberikan tudung yang rapat.

Selain itu juga penting menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan lingkungan, menutup luka dengan plester kedap air dan menutup tempat sampah serta penampungan air.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved