Berita Gresik
Petrokimia Gresik Dampingi Peternak Sapi, Berdaya Secara Ekonomi Lewat Pengolahan Limbah Ternak
Selain menjadi media tanam, limbah kotoran sapi juga diolah menjadi biogas sebagai bahan bakar kompor dan lampu
Penulis: Sugiyono | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, GRESIK - Petrokimia Gresik memantau perkembangan Lingkungan Peternakan Sapi Terintegrasi (Literasi), Senin (7/11/2022). Hal itu untuk memastikan manfaat dan kesejahteraan bagi anggota kelompok maupun masyarakat sekitar.
Direktur Operasi dan Produksi Petrokimia Gresik, Digna Jatiningsih monitoring tempat program community development (comdev) Literasi di Desa Sumbersari, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan.
"Monitoring ini untuk memastikan sejauh mana program Literasi ini memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi anggota kelompok maupun masyarakat sekitar," kata Digna dalam rilis Humas Petrokimia Gresik.
Selain itu, monitoring ini juga dalam persiapan Petrokimia Gresik untuk penilaian PROPER 2023 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia.
“PROPER memang penting, tetapi yang menjadi prioritas bagi Petrokimia Gresik dalam program Literasi adalah kesejahteraan yang harus dirasakan oleh penerima manfaat maupun masyarakat. Sehingga program ini menginspirasi dan mampu menjadi solusi atas problem yang sama di tempat lain,” imbuhnya.
Lebih lanjut Digna menambahkan, program Literasi merupakan pengembangan masyarakat yang dibina Petrokimia Gresik untuk menjawab resiko pertanian dan peternakan di Desa Sumbersari. "Program yang digagas mulai tahun 2018 ini, sekarang sudah menjadi sebuah smart ecosystem agribisnis," imbuhnya.
Menurut Digna, melalui program ini, Kelompok Tani Ternak Sumber Rejeki yang menjadi pengelola Literasi berhasil meraih Juara I, Tingkat Provinsi Jawa Timur Tahun 2022. Sekarang kelompok tani telah mengolah limbah pertanian sebanyak 60 ton per tahun menjadi silase tetapi juga dijual ke beberapa peternak sapi di wilayah Lamongan.
Kemudian anggota kelompok memanfaatkan limbah ternak yang selama ini menjadi momok lingkungan, menjadi media tanam. "Kelompok ini sekarang memiliki merk dagang 'Literasi' yang sudah dipatenkan untuk media tanam hasil produksinya," jelasnya.
Kelompok sekarang sudah mampu mengolah limbah peternakan sebanyak 504 ton per tahun. Produknya sudah dipasarkan di Lamongan, Jombang, Bojonegoro, Mojokerto, Gresik, Malang dan Tuban.
Media tanam 'Literasi' juga diaplikasikan pada kebun percobaan yang memanfaatkan lahan tidur di sekitar kandang milik kelompok. Kebun ini ditanami berbagai tanaman hortikultura dan tanaman toga, seperti tomat, cabai, kunyit dan lain sebagainya.
"Hasil panen kemudian digunakan oleh istri para peternak sebagai bahan baku usaha katering dan minuman jamu kunyit asam. Sehingga ibu-ibu di Desa Sumbersari juga terberdayakan dan dapat menambah penghasilan," paparnya.
Selain menjadi media tanam, limbah kotoran sapi juga diolah menjadi biogas sebagai bahan bakar kompor dan lampu untuk aktivitas operasional di kandang. Sementara residu biogas cair dimanfaatkan menjadi akuakultur dan residu padat menjadi media budidaya cacing yang bernilai ekonomi. "Sehingga tidak menyisakan limbah yang terbuang sia-sia atau zero waste," katanya.
Sementara untuk pengelolaan usaha, kelompok ini menerapkan sistem Bank Literasi untuk memberikan kemudahan bagi peternak dan petani padi dalam mengakses Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau (AUTS/K) dan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
Peternak hanya perlu menyetorkan 15 karung kotoran sapi sebagai pengganti premi asuransi, dibayarkan koperasi untuk seekor sapi.
"Peternak juga dapat mengirim kotoran ternak kepada koperasi, dengan pengganti jasa Rp 3.000 per karung. Sementara petani padi yang ingin mendaftar AUTP cukup menukarkan 15 karung jerami untuk mengasuransikan satu hektare lahan padi," katanya. *****