JENDERAL Dudung Abdurachman Atau Laksamana Yudo Margono? Ini Calon Kuat Panglima TNI Versi Pengamat

Pergantian Panglima TNI tinggal menghitung hari. Diantara Jenderal Dudung dan Laksamana Yudo Margono, siapa yang lebih kuat?

Editor: Musahadah
kolase tribunnews
Jenderal Dudung Abdurachman dan Laksamana Yudo Margono menjadi calon kuat Panglima TNI. Siapa yang paling kuat? 

SURYA.co.id - Pergantian Panglima TNi Jenderal Andika Perkasa tinggal menghitung hari. 

Nama KSAD Jenderal Dudung Abdurachman bersaing ketat dengan KSAL Laksamana Yudo Margono untuk menduduki jabatan yang akan ditinggalkan Jenderal Andika Perkasa pada Desember 2022. 

KSAL Laksamana Yudo Margono disebut-sebut berpeluang besar karena matra Angkatan Laut belum pernah menjabat pimpinan tertinggi di militer semasa pemerintahan Presiden Jokowi. 

Ini berbeda dengan matra Angkatan Darat yang kini dipimpin Jenderal Dudung Abdurachman

Pengamat militer Muradi mengatakan Panglima TNI periode ini seharusnya berasal dari Angkatan Laut, merujuk pada Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004.

Baca juga: KEKOMPAKAN Jenderal Dudung dan Laksamana Yudo Nyanyi Lagu Didi Kempot, Reaksi Prabowo Disorot

“Kan dari semenjak Pak Jokowi selama berkuasa dari 2014 sampai hari ini angkatan laut belum pernah menjabat sebagai Panglima.”

“Itu Pak Yudo jadi artinya potensi menjadi dari angkatan laut itu besar sekali, meskipun jabatan Pak Yudo tinggal satu tahun kedepan,” kata Muradi, Rabu (3/11/2022).

Dia melihat bahwa saat ini sudah waktunya Laksamana menjadi Panglima TNI.

Alasan terkuat, kata Muradi, ialah berkaitan dengan poros maritim hingga Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) yang memerlukan unsur kekuatan laut.

“Jadi artinya Pak Jokowi momen pergantian Panglima ini adalah harusnya dari angkatan laut, semacam given, artinya sudah jatahnya lah,” ucapnya.

Melihat catatan tersebut, Muradi menganggap Laksamana Yudo berpotensi besar menjadi Panglima TNI.

Sementara itu, nama lain seperti KSAD Jenderal Dudung pun bisa saja mengisi kursi tersebut.

“Apakah nanti Pak Yudo atau ada nama yang lain? Tapi kalau melihat polanya kan Panglima diusulkan dari Kepala Staf yang ada, jadi memang memungkinkan bahwa Pak Yudo punya potensi besar untuk menjadi Panglima,” ujarnya.

Lebih lanjut Muradi menilai jika Jenderal Dudung Abdurrachman terpilih menjadi Panglima pun tidak menyalahi aturan.

Namun hal itu terkesan tidak ada sirkulasi jabatan setelah sebelumnya Jabatan Panglima diduduki dari Jenderal berlatar belakang Angkatan Darat.

“Ya bisa, tapi kemudian kan sudah berturut turut angkatan darat, jangan dong, jadi lebih aman,” katanya.

Muradi menyebutkan jika Dudung legawa untuk tidak menjadi Panglima, maka mantan Panglima Kodam Jayakarta itu bisa menjadi Wakil Panglima TNI.

“Sebenarnya kalau Pak Dudung masih punya keinginan bantu ya, membantu Panglima dia bisa ada dalam posisi wakil Panglima, kan Keppresnya sudah ada wakil Panglima tapi gak pernah diisi karena kebutuhan organisasi,” kata dia.

Namun alih-alih menjadi Wakil Panglima, Muradi menilai Dudung lebih nyaman menjadi KSAD.

Sebab kewenangan jabatan KSAD bisa lebih leluasa, mengingat posisinya membawahi sekira 250 ribu prajurit di Indonesia.

“Kalau saya jadi Pak Dudung, saya lebih nyaman jadi KSAD ketimbang jadi Wakil Panglima, karena kan KSAD pegang administrasi, dia pegang pasukan betul,”

Tergantung kenyamanan Jokowi

Muradi beranggapan, Presiden Jokowi harus memilih calon Panglima TNI yang sesuai kebutuhan dan kenyamanan dirinya.

Ia lantas mencontohkan ketika era Gatot Nurmantyo dan Hadi Tjahjanto.

Kala itu, kata dia, kinerja Gatot cukup baik. Namun Presiden Jokowi cenderung kurang nyaman.

Sebaliknya, saat Hadi menjabat Panglima TNI, kinerjanya cenderung biasa saja.

Namun purnawirawan yang kini menjabat Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) itu mampu membuat Jokowi merasa nyaman.

“Jadi artinya kombinasi dari itu kenyamanan, sesuai kebutuhan dengan ancaman kemudian diterima oleh internal, kemudian bisa melakukan konsolidasi tiga matra itu jadi poin penting,” tuturnya.

Lebih jauh Muradi menilai seharusnya Presiden Jokowi mengepankan aspek keadilan dalam menunjuk jabatan Panglima TNI, dalam hal ini memprioritaskan matra Angkatan Laut.

“Panglima ini kan katakanlah kita berandai andai misalnya katakanlah Pak Yudo, kalau Pak Yudo yang jadi memang itu bagian penting dari skema memperkuat internal karena salah satu yang harus digarisbawahi konsolidasi internal ada asas keadilan, asas keadilan ini saya kira Pak presiden harus bisa mempertimbangkan betul.”

Sementara KSAD Jenderal Dudung, lanjut Muradi, bisa saja ditunjuk pada tahun depannya mendekati masa pemilu 2024.

“Bahwa nanti Pak Dudung kan selesai katakanlah kira kira sekitar Desember tahun depan saya kira gak ada masalah,” ucap Muradi

Kekompakan Jenderal Dudung dan Laksamana Yudo 

Momen Kekompakan Jenderal Dudung Abdurachman dan Laksamana Yudo Margono Nyanyi Lagu Pamer Bojo - Didi Kempot.
Momen Kekompakan Jenderal Dudung Abdurachman dan Laksamana Yudo Margono Nyanyi Lagu Pamer Bojo - Didi Kempot. (Youtube TNI AL)

Momen kekompakan KASAD Jenderal Dudung Abdurachman dan KASAL Laksamana Yudo Margono nyanyi bareng jadi sorotan.

Bahkan, reaksi Menteri Pertahananan (Menhan) Prabowo Subianto menambah keunikan momen tersebut.

Jenderal Dudung dan Laksamana Yudo tampak nyanyi bareng lagu Pamer Bojo yang dipopulerkan Didi Kempot.

Momen kemesraan Yudo dan Dudung terjadi di atas KRI dr Wahidin Sudirohusodo, selepas Prabowo mengukuhkan nama kapal milik TNI Angkatan Laut itu di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (3/11/2022) siang.

“Koyo ngene rasane wong nandang kangen…,” dendang Dudung mengawali bait pertama lagu Pamer Bojo.

Yudo yang berada di samping Dudung kemudian melanjutkan bait lagu yang sebelumnya sudah dinyanyikan Dudung.

Baca juga: PELUANG Laksamana TNI Yudo Margono Jadi Panglima TNI Gantikan Jenderal Andika Terbuka karena Hal Ini

Sementara, Prabowo yang tak jauh dari posisi Yudo dan Dudung secara spontan langsung berjoget sembari menebar senyum.

Prabowo pun tak henti-hentinya menikmati lagu yang dinyanyikan Yudo dan Dudung dengan terus meliukkan kedua tangannya.

Di tengah lagu, Yudo dan Dudung semakin memperlihatkan kemesraannya dengan saling mendekatkan badan satu sama lain.

Para tamu undangan yang di antaranya merupakan delegasi dari negara-negara sahabat terlihat terpukau dan menikmati momen kemesraan yang ditunjukkan Yudo dan Dudung.

Momen kemesraan Yudo dan Dudung ditutup dengan kalimat Jalesveva Jayamahe yang diteriakkan oleh Prabowo sembari mengepalkan tangan.

Adapun kalimat Jalesveva Jayamahe merupakan doktrin TNI Angkatan Laut yang memiliki arti, “Justru di Lautan Kita Menang” atau “Kejayaan Kita Ada di Laut”.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Calon Panglima TNI Pengganti Andika, Yudo atau Dudung? Ini Prediksi Pengamat

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved