Berita Surabaya

Jadi Merchandise KTT G20, Dehealth Supplies Optimistis Bersaing di Pasar Ekspor dengan Digitalisasi

Produk UMKM asal Surabaya, Dehealth Supplies, jadi salah satu merchandise resmi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: irwan sy
bobby constantine koloway/surya.co.id
Owner Dehealth Supplies, Citra Dewi Gunawan, memperlihatkan minuman cuka apel buatannya. Produknya menjadi salah satu merchandise resmi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. 

Berita Surabaya

SURYA.co.id | SURABAYA - 'Kesempatan tidak datang dua kali', pepatah inilah yang dijalankan Citra Dewi Gunawan, Owner Dehealth Supplies, setelah mengetahui produknya masuk dalam salah satu merchandise resmi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.

Melalui kesempatan ini, pelaku UMKM asal Surabaya ini semakin mantap untuk menembus pasar ekspor.

Produsen minuman cuka apel asal Surabaya ini sudah cukup lama menargetkan produknya bisa diterima pasar mancanegara.

Produk yang ia hasilkan tersebut tak kalah dengan produk luar negeri yang telah merajai pasar Indonesia.

"Dengan kami diterima di ajang sekelas KTT G20, ini sekaligus menjadi bukti bahwa produk lokal bisa bersaing dengan produk luar," kata Citra di Surabaya, Rabu (19/10/2022).

Ia mengungkapkan sejak memulai usaha enam tahun silam, berbagai inovasi telah ia lakukan untuk menyempurnakan produknya.

Ibu 3 anak ini menceritakan ide produksi minuman ini berawal dari masalah kesehatan ayah mertuanya.

"Dulu, papa mertua kami sakit kanker. Dari sana, kami sadar bahwa penyakit datang dari gaya hidup yang di antaranya juga berasal dari makanan. Kami memulai mengubah gaya hidup dengan banyak mengonsumsi makanan alami, termasuk dengan membuat produk makanan sendiri yang ramah terhadap pencernaan," kata perempuan 37 tahun ini.

Di saat yang sama, ia juga mendengar bahwa ada beberapa kelompok petani apel di Kota Batu yang kesulitan memasarkan hasil panennya.

Sempitnya pasar membuat hasil panen mereka terancam rusak.

"Muncul ide, kenapa tidak kami manfaatkan (buah apel) saja. Akhirnya, kami kemudian mulai memproduksi minuman ini," ungkapnya.

Selain menggunakan bahan langsung dari alam, produknya juga menggunakan proses alami serta tanpa pengawet.

"Dalam pemrosesan, kami tak langsung dikemas. Namun, akan melalui proses fermentasi selama 6 bulan terlebih dahulu," katanya.

Awalnya, minuman ini hanya untuk dikonsumsi oleh keluarga saja.

Namun seiring berjalannya waktu, produknya mulai disukai teman dan rekan kerjanya.

Mereka yang mengonsumsi minuman ini memberikan testimoni positif.

Bukan hanya sekadar suplemen, namun juga dinilai bisa mencegah berbagai masalah kesehatan, seperti halnya masalah lambung.

Tak sekadar rasa maupun khasiat, kemasan juga diperhatikan.

Ia juga melengkapi dengan izin edar resmi dari pemerintah.

Tak heran, hingga saat ini ia sukses menjual ribuan botol selama sebulan.

"Ternyata banyak yang suka. Akhirnya, kami produksi dalam jumlah besar," katanya.

Selain rasa apel, saat ini ia juga mengembangkan rasa lemon dan nanas, serta produk minuman minyak kelapa.

"Bahan yang kami gunakan juga berasal dari petani lokal," katanya.

Menariknya, meskipun mampu menjual ribuan produk, ia mengaku tak memiliki toko fisik.

Selama ini, ia memilih untuk memanfaatkan berbagai marketplace.

Hasilnya pun mencengangkan.

Ia mampu menjangkau pasar di Jakarta hingga Papua.

"Mayoritas pembeli produk kami justru dari luar Surabaya," katanya.

Memanfaatkan teknologi digital, ia juga sukses mengambil momentum di masa pandemi Covid-19.

Apabila sektor lain cenderung menurun, produknya justru laris di pasaran.

"Banyak yang memilih minuman kami sebagai suplemen untuk mengantisipasi Covid-19. Penjualan kami naik dua kali lipat," ujarnya.

Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki produknya, kini ia optimistis menjangkau pasar ekspor.

Apalagi, produk yang ia beri nama Vinega dan Fineco ini telah terpilih sebagai salah satu merchandise resmi di G20.

"Sebagai produsen lokal di Jawa Timur, kami tentu bangga dan bersyukur bisa lolos dalam proses kurasi produk untuk KTT G20. Besar harapan kami, ini bisa membuka pasar ke internasional," harapnya.

Baginya, kemudahan akses dunia digital akan semakin memudahkan masyarakat dalam mengembangkan usaha.

Bukan hanya di dalam pasar lokal, namun juga mancanegara.

"Target kami tahun depan adalah menjangkau pasar ekspor. Kami siap untuk menjawab persaingan dengan produk luar negeri," katanya.

Dengan semakin luasnya pasar, maka akan semakin besar dampak ikutan yang diterima masyarakat lokal, termasuk sektor ekonomi, hingga para petani yang menyediakan bahan baku.

"Termasuk, juga para pekerja kami yang juga berasal dari berbagai kelompok usia. Inilah momentum yang akan kami manfaatkan sebaik mungkin," tandasnya.

Pemkot Surabaya ikut mendorong semakin banyak UMKM bisa menembus pasar internasional.

Dengan terpilihnya Dehealth Supplies sebagai marchandise resmi KTT G20, menunjukkan kualitas UMKM lokal memang memberikan jaminan.

”Alhamduillah UMKM asal Surabaya bisa semakin dikenal. Dorongan Pemkot Surabaya untuk mendorong UMKM bisa bersaing. Mudah-mudahan semakin banyak UMKM yang dikenal dari Surabaya,” kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Surabaya M Fikser dikonfirmasi terpisah.

Selama ini, pihaknya telah memberikan dukungan akses teknologi informasi untuk mengembangan usaha, baik dalam pemasaran, maupun intervensi lainnya.

”Kami siapkan aplikasi untuk memetakan UMKM. Masing-masing kami kelompokan dalam beberapa bidang seperti makanan, minuman, handycraft, hingga beberapa produk lainnya yang akan kami gunakan sebagai bahan intervensi,” jelas fikser.

Berdasarkan data yang dimilikinya, nantinya ada sekitar 80 ribu UMKM yang akan masuk dalam aplikasi ini.

”Nanti akan terlihat jumlah produk yang dihasilkan, pendapatan, hingga laba masing-masing UMKM. Dengan mengetahui detail UMKM, maka akurasi intervensi dari Pemkot Surabaya bisa tepat sasaran,” paparnya.

Perluasan pasar ekspor juga menjadi salah satu prioritas yang diupayakan pihaknya, termasuk melalui forum G20 yang diharapkan bisa memantik pasar internasional untuk menerima dari Surabaya.

”Selama ini kami juga kolaborasi dengan berbagai marketplace dalam hal pemasaran hingga pelatihan pengembagan UMKM. Ke depan, kami juga jalin kerja sama dengan Google untuk mempermudah promosi,” katanya.

Sebelumnya, pemerintah pusat telah melakukan kurasi terhadap 1.024 UMKM untuk Presidensi G20 Indonesia.

Hasilnya, 20 UMKM yang dinyatakan siap sebagai pemasok.

Mereka yang terpilih adalah UMKM yang bergerak di sektor craft, fashion, makanan, kosmetik, herbal dan wellness yang tersebar di seluruh Indonesia.

Presidensi G20 Indonesia yang berlangsung sejak Desember 2021 hingga November 2022 telah menggelar lebih dari 160 kegiatan resmi dan berpotensi membuka 33.000 lapangan kerja dengan nilai konsumsi mencapai Rp 1,7 triliun.

”Dari jumlah tersebut, ada 20.000 delegasi masuk ke Indonesia,” tandas Staf Ahli Menteri Bidang Produktivitas dan Daya Saing Kementerian Koperasi dan UKM, Eddy Satriya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved