Berita Surabaya
Pemerintah Pusat Sebut 23.523 Warga Surabaya Masuk Kemiskinan Ekstrem, Begini Solusi Pemkot
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkap, 23.523 warga di Surabaya masuk dalam kemiskinan ekstrem.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkap, 23.523 warga di Surabaya masuk dalam kemiskinan ekstrem.
Terkait angka di tahun 2019 tersebut, Pemkot Surabaya tengah melakukan verifikasi.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi (Cak Eri) menjelaskan, proses verifikasi di lakukan dengan mencocokkan masing-masing data. Ini akan disesuaikan dengan indikator kemiskinan, yakni memiliki penghasilan sekitar Rp1,5 juta.
"Yang masuk kategori miskin, pendapatannya sekitar Rp 600 ribu. Namun, (indikator) ini saya naikkan Rp 1,5 juta. Sebab, ini Surabaya," kata Cak Eri, Selasa (18/10/2022).
Proses verifikasi telah diselesaikan sebagian. Kesimpulan sementara, banyak data yang berbeda dibanding kondisi di lapangan.
Menurut Cak Eri, perbedaan tersebut mengingat data BKKBN diperbaharui 2019 lalu.
"Saat kami cek data dari pusat, ternyata rumahnya apik-apik (bagus), onok fotone (ada fotonya)," ujarnya.
Hasil dari pengecekan tersebut akan menjadi bahan aktualisasi data.
"Ini sudah kami sampaikan ke pemerintah pusat juga. Kita juga akan mengubah (data) itu," Cak Eri menuturkan.
Selain pembaharuan data, pihaknya juga akan menggunakan hasil verifikasi tersebut untuk pemberian intervensi. Pemkot Surabaya telah menyiapkan berbagai program untuk mengentaskan kemiskinan.
Di antaranya, melalui program padat karya. Masyarakat diharapkan bisa mandiri dengan pemberdayaan ekonomi.
"Kalau kemiskinan hanya dikasih bantuan (charity) saja tanpa memikirkan pekerjaan, maka hari ini dia hanya menerima bantuan tapi tidak tahu di tahun depan mau apa," jelas Cak Eri.
"Di Surabaya, ada pembuatan paving, cuci mobil dan berbagai jenis usaha lainnya. Tujuannya, mereka berdaya untuk mengentaskan kemiskinan," paparnya lagi.
Pihaknya menargetkan, angka kemiskinan bisa menurun tajam. Terutama, dua desil terbawah (kelompok yang terendah tingkat kesejahteraannya).
"Saya harapkan, kemiskinan yang masuk desil 1 dan 2 di Surabaya berkurang. Ke depan bisa memiliki pendapatan Rp 5 juta per bulan," tegasnya.