Tragedi Arema vs Persebaya Surabaya

3 KISAH PILU Aremanita Korban Tragedi Kanjuruhan: Hilang Ingatan hingga Tangan Tak Bisa Digerakkan

Tragedi Kanjuruhan menyimpan kisah pilu bagi para aremanita yang menjadi korbannya. Ini 3 kisah pilu aremanita korban tragedi kanjuruhan.

Penulis: Kukuh Kurniawan | Editor: Musahadah
kolase surya/kukuh kurniawan/rifky edgar/willy abraham
Cahaya, Kevia dan Diby, aremanita korban tragedi Kanjuruhan. Berikut ini kisah pilu para aremanita ini. 

"Yang jelas rasanya perih di mata, hingga kelopak mata saya ini merah," ucapnya.

Saat mau menyelamatkan diri itu lah dia terpeleset dan terjatuh dari anak tangga. 

Dia tak tahu harus bagaimana, dan hanya pasrah dengan keadaan.

Tubuhnya terinjak-injak oleh kepanikan suporter lainnya imbas tembakan gas air mata yang dilontarkan aparat ke tribun Stadion Kanjuruhan.

Sembari menahan perih, kaki Kevia sempat terjepit di antara pagar anak tangga.

Beruntung, dia akhirnya selamat, dari jepitan itu, usai dibantu oleh Aremania yang lain.

"Kaki saya ini lecet akibat terjepit pagar. Kemudian tangan dan kepala saya ditarik dari bawah. Saya terjatuh. Beruntung di bawah saya ada orang. Jadi tidak terasa sakit," ucapnya kepada Surya.

Kevia sempat menjalani perawatan di RSUD Kota Malang sehari setelah Tragedi Kanjuruhan berlangsung.

Hasil diagnosa dokter, dia mengalami trauma stroke, yang mengakibatkan, jari tangan sebelah kanan tidak bisa digerakkan.

Kemudian ada luka memar di sekujur tubuhnya dan pembengkakan di bagian mata sebelah kanan.

"Awalnya itu badan saya gak bisa digerakkan. Lemes dan mata saya perih. Kalau dibuat melek pusing. Tapi lama-lama semua mulai membaik, hanya tangan saya yang lemas, belum bisa digerakkan," terangnya.

Kini, Kevia hanya menjalani rawat jalan di rumahnya yang terletak di New Puri Kartika Sari, Arjowinangun, Kota Malang.

Tiap tiga jam sekali, dia harus mengobati matanya dengan obat tetes seusai dengan anjuran dokter.

Dia juga harus menjalani terapi, untuk memulihkan kembali jari tangannya, yang hingga kini susah untuk digerakkan.

"Dengan tragedi ini, kalau dibilang trauma, enggak. Ya saya cuma jengkel saja melihat polisi. Semoga keadilan di Tragedi Kanjuruhan ini bisa ditegakkan, agar kasus ini diusut tuntas," tandasnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved