Persebaya Surabaya
NAWAITU Perdamaian Persebaya dan Arema FC Usai Tragedi Kanjuruhan, Ram Surahman: Waktu yang Menguji
Persebaya Surabaya berinisiasi untuk mengakhiri rivalitas dengan Arema FC lewat Nawaitu Perdamaian, sekretaris Ram Surahman yakin dengan komitmen Bone
Penulis: Abdullah Faqih | Editor: Iksan Fauzi
Mulai dari makian kasar, hingga ujian dualisme yang pernah menerpa Persebaya. Terbukti tim yang lahir pada tahun 1927 ini masih tetap eksis di persepakbolaan tanah air hingga saat ini.

"Karena itu, ibarat sekolah, ujian kebaikan itu bertingkat. Ada level kesusahannya. Antara yang cupu dan level Dewa, tentu berbeda. Untuk ini, kita Bonek barangkali pantas menepuk dada. Sudah teruji dan tahan banting. Kalau sekedar di katai janc**k, dibu**h saja, sudah biasa. Level Persebaya dan Bonek sudah lebih dari itu. Sampai sudah mau dimatikan dan dihapus dari peta sepak bola Indonesia."
"Nyatanya? Bisa eksis sampai sekarang. Kenapa? Salah satunya karena kekuatan niat. Lihat di masa perjuangan dulu. Saat dualisme mendera. Sukar dinalar bila Persebaya bisa eksis sampai seperti ini. Tak ada yang percaya, Persebaya bisa keluar dari pusaran persoalan yang begitu berat. Kita waktu itu dalam posisi selemah-lemahnya."
Niat menjadi modal satu-satuna yang bisa diandalkan untuk bisa merajut perdamaian.
Tetapi Ram tak memungkiri bahwa tak akan mudah melupakan luka hati maupun memori kelam antara Bonek maupun Aremania.
"Hanya gumpalan niat yang kita punya. Meyakini jalan kebaikan yang diperjuangkan. Tuhan dan semesta mendengar kekuatan niat ini. Kemudahan dan keajaiban satu demi satu datang. Menerangi jalan kebaikan yang hendak dilalui. Dan, jadilah kita bisa seperti sekarang ini. "
"Begitu juga Nawaitu Perdamaian yang kini disemai. Mari bersama sambut jalan terjal di di depan dengan senyuman."
"Memang, tak mudah untuk mengusap begitu saja luka hati. Apalagi dengan pendukung Arema. Tak sedikit yang miliki memori buruk. Sangat menyanyat hati. Menggores di irisan terdalam. Sampai terucap tak akan memaafkan. Menjadi musuh selamanya. "
"Berat memang menghapus memori kelam itu dalam semalam. Tapi, karena itu kita yang dipilih. Takarannya sudah disesuaikan. Dan, kali ini pasti juga bisa dilewati. Bukankah kita telah teruji sukses lewati sederet ujian-ujian berat sebelum ini?
"Semesta telah menyiapkan skenario terbaik buat kita. Membawa ke derajat tertinggi. Dengan membuka pintu maaf pada sesama