Persebaya Surabaya
NAWAITU Perdamaian Persebaya dan Arema FC Usai Tragedi Kanjuruhan, Ram Surahman: Waktu yang Menguji
Persebaya Surabaya berinisiasi untuk mengakhiri rivalitas dengan Arema FC lewat Nawaitu Perdamaian, sekretaris Ram Surahman yakin dengan komitmen Bone
Penulis: Abdullah Faqih | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id, - Persebaya Surabaya berinisiasi untuk mengakhiri rivalitas dengan Arema FC lewat Nawaitu Perdamaian, sekretaris Ram Surahman yakin dengan komitmen Bonek.
Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10) lalu menjadi babak baru rivalitas dari Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Peristiwa yang merenggut ratusan nyawa usai pertandingan itu menyulut semangat kedua tim untuk menyudahi rivalitas yang terjadi antara kedua suporter.
Seperti diketahui, Bonek (pendukung Persebaya) dan Aremania (Pendukung Arema FC) merupakan dua kubu yang memiliki tensi tinggi ketika dua tim saling bertemu.
Sekretaris Persebaya Surabaya, Ram Surahman menyebutkan bahwa manajemen Bajul Ijo sudah memulai Nawaitu Perdamaian itu.
"Lilin perdamaian itu telah dinyalakan. Menguatkan syair-syair damai yang bergaung di lini masa dan dunia nyata, pasca Tragedi Kanjuruhan. Akun ini, ofisial Persebaya telah merangkum dalam unggahan Nawaitu Perdamaian. Mengulurkan tangan damai buat pendukung Arema, dan seluruh suporter di Indonesia." tulis Ram seperti dikutip dari laman resmi klub.

Ia mengingingkan perdamaian antara kubu Persebaya dan Arema FC ini bisa teruji seiring berjalannya waktu, bukan hanya karena momen berkabung akibat Tragedi Kanjuruhan saja.
"Tentu, ini masih terlalu dini menghitung seberapa kuat dan lama lilin perdamaian itu akan menyala. Biar nanti waktu yang akan mengujinya."
Ram tak menampik bahwa perjalanan untuk menjalin relasi baik ini akan diuji oleh orang yang tak mau untuk berdamai, serta menyebarkan pesan-pesan pesimis.
Kata damai pun akan menjadi pertanyaan dan menghilang jika suara orang-orang pesimis tersebut lebih menonjol.
"Yang pasti, setiap kali kerja kebaikan digerakkan, selalu saja ada suara-suara miring yang coba menjebak pada ruang pesimistis. Melemahkan semangat dan niat. Jangan sampai terus menyala dan membesar. Menjadi gerakan nyata di lapangan. Dibikin lelayu. Sambil dibumbui dengan sederet narasi dan bukti agar tak ada kata damai. Tak apa. Begitulah hukum dunia.
Tetapi Nawaitu Perdamaian harus tetap dipertahankan karena niat ini akan terus ditempa.
"Kita tidak boleh menyerah untuk terus mengobarkan nawaitu ini. Sudah kodratnya urusan kebaikan selalu dibikin mendaki dan terjal. Sesulit mungkin.
Kenapa? Karena disana ujian sesungguhnya bagaimana kualitas seseorang ditempa. Jika sukses, maka itu akan menambah derajat diri. Lalu, naik level berikutnya. Begitu seterusnya.
Ram menyebutkan bahwa kualitas Bonek dan Persebaya juga sudah teruji dari masa ke masa.
Mulai dari makian kasar, hingga ujian dualisme yang pernah menerpa Persebaya. Terbukti tim yang lahir pada tahun 1927 ini masih tetap eksis di persepakbolaan tanah air hingga saat ini.

"Karena itu, ibarat sekolah, ujian kebaikan itu bertingkat. Ada level kesusahannya. Antara yang cupu dan level Dewa, tentu berbeda. Untuk ini, kita Bonek barangkali pantas menepuk dada. Sudah teruji dan tahan banting. Kalau sekedar di katai janc**k, dibu**h saja, sudah biasa. Level Persebaya dan Bonek sudah lebih dari itu. Sampai sudah mau dimatikan dan dihapus dari peta sepak bola Indonesia."
"Nyatanya? Bisa eksis sampai sekarang. Kenapa? Salah satunya karena kekuatan niat. Lihat di masa perjuangan dulu. Saat dualisme mendera. Sukar dinalar bila Persebaya bisa eksis sampai seperti ini. Tak ada yang percaya, Persebaya bisa keluar dari pusaran persoalan yang begitu berat. Kita waktu itu dalam posisi selemah-lemahnya."
Niat menjadi modal satu-satuna yang bisa diandalkan untuk bisa merajut perdamaian.
Tetapi Ram tak memungkiri bahwa tak akan mudah melupakan luka hati maupun memori kelam antara Bonek maupun Aremania.
"Hanya gumpalan niat yang kita punya. Meyakini jalan kebaikan yang diperjuangkan. Tuhan dan semesta mendengar kekuatan niat ini. Kemudahan dan keajaiban satu demi satu datang. Menerangi jalan kebaikan yang hendak dilalui. Dan, jadilah kita bisa seperti sekarang ini. "
"Begitu juga Nawaitu Perdamaian yang kini disemai. Mari bersama sambut jalan terjal di di depan dengan senyuman."
"Memang, tak mudah untuk mengusap begitu saja luka hati. Apalagi dengan pendukung Arema. Tak sedikit yang miliki memori buruk. Sangat menyanyat hati. Menggores di irisan terdalam. Sampai terucap tak akan memaafkan. Menjadi musuh selamanya. "
"Berat memang menghapus memori kelam itu dalam semalam. Tapi, karena itu kita yang dipilih. Takarannya sudah disesuaikan. Dan, kali ini pasti juga bisa dilewati. Bukankah kita telah teruji sukses lewati sederet ujian-ujian berat sebelum ini?
"Semesta telah menyiapkan skenario terbaik buat kita. Membawa ke derajat tertinggi. Dengan membuka pintu maaf pada sesama