Berita Lumajang
Usai BBM, Kini Harga Kedelai di Lumajang Mulai Ikut Terkerek Naik, Perajin Tempe Meratap
Kenaikan harga kedelai sebagai dampak dari kenaikan harga BBM, dikeluhkan para perajin tempe di Lumajang.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, LUMAJANG - Dampak kenaikan harga BBM sudah mulai terasa, harga jasa transportasi dan logistik sudah mulai ikut menyesuaikan. Kini, giliran harga kedelai yang ikut terkerek naik.
Sekarang, harga kedelai sudah hampir menyentuh Rp 13 ribu per kilogram. Terkait hal tersebut, membuat perajin olahan makanan kedelai, seperti tempe di Kabupaten Lumajang meratap.
Produk makanan ini menjadi favorit, namun pedagang kerap mendapat penolakan ketika menaikkan harga.
Hal tersebut dialami Yayuk, perajin tempe asal Dusun Karangsepuh, Desa Kunir Kidul, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang.
Umumnya di Lumajang satu iris tempe ukuran panjang sekitar 10 centimeter dijual harga Rp 2 ribu. Jika lebih dari harga itu, memungkinkan bisa tidak laku. Sebab, olahan makanan ini terlanjut dikenal sebagai makanan merakyat yang murah dan sehat.
"Ya diperkecil ukuran ketebalan tempe. Kalau sebelumnya 5 centimeter, sekarang 3 centimeter," kata Yayuk, Kamis (29/9/2022).
Yayuk menuturkan, dua tahun terakhir, perajin tempe dan tahu di Kabupaten Lumajang benar-benar diuji. Harga bahan baku kedelai impor terus merangkak naik, semenjak ada temuan kasus Covid-19 di Indonesia. Harga komoditi kedelai yang semula hanya Rp 8.000 per kilogram, kini sudah kisaran Rp 12.600 - 12.650 per kilogram.
"Selama ini kalau ada kenaikan harga kedelai, cara menyiasati kurangi ketebalan tempe. Kalau gak gitu, ya bisa rugi," ujarnya.
Yayuk berharap, pemerintah harus turun tangan menghadapi kondisi ini. Minimal memberi jaminan agar harga kedelai bisa stabil.
"Gak masalah kalau tidak bisa turun lagi, tapi setidaknya jangan naik lagi," harapnya.
Akan tetapi, jauh lebih baik jika lonjakan kedelai impor ini dijadikan pemerintah untuk momentum meningkatkan produktivitas dan kualitas kedelai lokal.
Kemudian, petani kedelai lokal diberi jaminan produknya terserap. Sehingga ke depan perajin kedelai tidak lagi tergantung impor.
