Persebaya Surabaya
ANALISIS PERSEBAYA - Perlu Sesekali Merselino Ferdinan Cs Bermain Pragmatis Demi Kemenangan
Kemenangan 1-0 atas PSS Sleman menunjukkan Persebaya Surabaya juga bisa pragmatis demi tiga poin penuh
Penulis: Abdullah Faqih | Editor: Fatkhul Alami
NEWS ANALYSIS oleh Abdullah Faqih, Wartawan Surya
SURYA.co.id | SURABAYA - Kemenangan 1-0 atas PSS Sleman menunjukkan Persebaya Surabaya juga bisa pragmatis demi tiga poin penuh.
Bajul Ijo di bawah arahan Aji Santoso dikenal sebagai tim yang bermain taktis, berani memainkan kombinasi umpan pendek, dan mengandalkan sepakbola menyerang hingga menit akhir pertandingan.
Bagi para suporter, memainkan sepakbola indah, menyerang dan membawa pulang tiga poin tentu adalah sebuah harapan tertinggi. Tetapi kadang tim juga harus menghadapi berbagai faktor di atas lapangan yang mengharuskannya untuk bermain lebih pragmatis.
Kemenangan atas PSS Sleman, misalnya. Skuad Bajul Ijo harus menghadapi tekanan puluhan ribu suporter kandang dan melawan kolektivitas tim racikan Seto Nurdiantoro.
Walhasil Persebaya sekuat tenaga mempertahankan gol semata wayang Silvio Junior sepanjang pertandingan. Usaha untuk mengulur waktu, membuang bola secepat mungkin, dan menumpuk pemain di lini belakang dilakukan.
Gawang yang dikawal Satria Tama jadi sasaran para penyerang Super Elja sepanjang babak kedua. Beruntung saat itu pertahanan Bajul Ijo tak mampu ditembus lawan.
Kemenangan atas PSS Sleman itu tentu berbeda jauh jika dibandingkan saat Persebaya mampu menundukkan PSIS Semarang di pekan sebelumnya.
Marselino Ferdinan Cs bermain ngotot, menguasai jalannya pertandingan dan terus berusaha mencetak gol. Gol pun didapatkan Persebaya di menit akhir usai menyerbu pertahanan Mahesa Jenar.
Dua kemenangan yang dipetik Persebaya itu seakan menggambarkan dua wajah berbeda dari Persebaya musim ini. Persebaya bisa bermain menyerang dengan mengandalkan AjiBall, bisa juga bermain pragmatis jika memang benar-benar diperlukan.
Bicara soal bermain pragmatis, Persebaya tentu diharapkan tetap menjaga identitas untuk bermain ngeyel, ngosek, dan wani di atas lapangan. Tetapi juga harus tahu kapan bermain pragmatis demi mendapatkan poin penuh, atau bahkan hanya untuk menyelamatkan 1 poin yang bisa jadi berharga di akhir musim.
Jika berkaca dari musim lalu, Persebaya selalu bermain ngotot hingga menit akhir. Hasilnya beberapa kali Persebaya harus kecolongan poin penuh yang sudah ada di depan mata.

Masih segar betul ingatan saya ketika menonton pertandingan Persebaya vs Persija di paruh kedua musim lalu. Persebaya saat itu sudah unggul 3-1 atas tim ibu kota yang bermain dengan 10 pemain.
Keunggulan Persebaya dalam jumlah pemain dimanfaatkan untuk terus bermain menyerang, menggempur gawang Andritany yang saat itu berjibaku melakukan penyelamatan.