Berita Blitar
4 Fakta Pabrik Rokok Apache di Kota Blitar Tutup Setelah 13 Tahun Beroperasi, 890 Karyawan Kena PHK
Kondisi ekonomi kurang bagus seperti saat ini membuat pemilik Pabrik Rokok Apache tutup sejak dua hari lalu atau 29 Agustus 2022.
Penulis: Samsul Hadi | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id I BLITAR - Kondisi ekonomi kurang bagus seperti saat ini membuat pemilik Pabrik Rokok Apache tutup sejak dua hari lalu atau 29 Agustus 2022.
Tak tanggung-tanggung, akibat penutupan pabrik rokok yang ada di Kota Blitar, Jawa Timur tersebut, sebanyak 890 karyawan terkena putus hubungan kerja (PHK).
Namun, klaim dari manajemen perusahaan, para karyawan mendapatkan pesangon melebihi dari aturan yang berlaku plus mereka diberi pelatian vokasi.
Seperti diketahui, Pabrik Rokok Apache berdiri sejak 2009 di bawah naungan PT Karya Dibya Mahardhika.
Pada 2017, PT Japan Tobacco International Indonesia (JTII) membeli Pabrik Rkok Apache dari PT Karya Dibya Mahardhika.
Pabrik rokok ini telah meluncurkan berbagai produk, termasuk untuk menjangkau segmen pasar anak-anak muda.
Namun, pabrik rokok yang berdiri Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar ini tak lagi mampu memenuhi target produksinya hingga harus terpaksa ditutup.
Berikut 4 fakta Pabrik Rokok Apache tutup, termasuk dampak dan penyebabnya diulas di artikel di bawah ini.
1. Tutup mulai 29 Agustus 2022
Perwakilan Japan Tobacco International (JTI), selaku perusahaan yang membawahi Pabrik Rokok Apache, Putri Sasongko mengatakan penutupan pabrik rokok di Kota Blitar dilakukan mulai 29 Agustus 2022.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi UKM dan Tenaga Kerja Kota Blitar, Juyanto mengatakan sudah diundang oleh menajemen pabrik terkait dampak penutupan pabrik rokok tersebut terhadap karyawan.
"Sekitar seminggu lalu, kami diundang pihak manajemen pabrik, intinya menyampaikan terkait tenaga kerja. Dalam pertemuan itu, pihak manajemen menyampaikan pabrik tutup per 1 September 2022," kata Juyanto, Selasa (30/8/2022).
Usia Pabrik Rokok Apache ini hanya 13 tahun.
Pabrik Rokok Apache berdiri sejak 2009 di bawah naungan PT Karya Dibya Mahardhika.
Pada 2017, PT Japan Tobacco International Indonesia (JTII) membelinya.