KKB Papua

SOSOK Nicholas Messet Mantan Petinggi KKB Papua yang Insyaf Setelah Tahu Dicurangi Kolonia Belanda

Berikut Sosok Nicholas Messet, Mantan Petinggi KKB Papua yang Insyaf Setelah Tahu Dicurangi Kolonia Belanda.

istimewa/tribun palu
Sosok Nicholas Messet Mantan Petinggi KKB Papua yang Insyaf Setelah Tahu Dicurangi Kolonia Belanda. 

SURYA.co.id - Sosok Nicholas Messet mungkin sudah tak asing lagi di kalangan anggota KKB Papua.

Dia merupakan mantan petinggi KKB Papua yang insyag setelah tahu dicurangi oleh kolonial Belanda.

Nicholas Messet dulunya adalah salah satu pendiri Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Nicholas Messet kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi sejak 2007 silam.

Selama 40 tahun tokoh ini mencari arti dari kata kemerdekaan bagi Papua.

Ia lama malang melintang di negeri Paman Sam.

Dalam sebuah video yang diunggah akun facebook Yudi Prasetyo Djojokusumo, medio 2020, secara gamblang Nicholas Messet mengisahkan perjalanan hidupnya.

Seperti dilansir dari Tribun Palu dalam artikel 'Bos Besar KKB Papua Sadar Dicurangi Belanda Gara-gara Ucapan Presiden AS, Kini Pilih Kembali ke NKRI'.

Awalnya, ia terhentak saat Nicolaas Jouwe, pemimpin Papua yang terpilih sebagai wakil presiden dari Dewan Nugini yang mengatur koloni Belanda, Nugini Belanda bercerita tentang pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) John F Kennedy.

Dalam pertemuan itu, Kennedy menyadarkan Nicolaas Jouwe bahwa dirinya telah dicurangi Belanda.

“Pada 24 Agustus 1828, Papua adalah bagian dari Hindia-Belanda. Itu artinya anda (Papua) adalah bagian dari Indonesia,” kata Kennedy kepada Nicolaas Jouwe, sebagaimana diceritakan Nicholas Messet dalam video tersebut.

Berdasarkan cerita Jouwe tersebut, Nicholas Messet kemudian memutuskan untuk pulang kembali ke Indonesia.

Sebelum mengambil keputusan itu, Nicholas Messet mengaku telah berkeliling dunia selama 40 tahun untuk mencari arti kemerdekaan.

Khususnya untuk menjawab pertanyaan, apakah benar bangsa Papua itu merdeka?

“Setelah mendapat jawaban dari bapak almarhum Nicolaas Jouwe di Belanda, maka saya berpikir bahwa saya harus kembali ke Republik Indonesia. Dan saya kembali tahun 2007,” terangnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved